The Cross
Under the Cross

English
Indonesian
Search
Archives
Photos
Maps
Help Ambon
Statistics
HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67

Copyright ©
1999/2000 -
1364283024 &
1367286044

 

AMBON Berdarah On-Line
About Us

 
KASUS AMBON DIMULAI 10 TAHUN YANG LALU 

Seorang tokoh politik terkenal pernah berceritera 10 tahun yang lalu, betapa  mengerikan yang akan terjadi di Ambon dikemudian hari. Jadi apa yang terjadi hari ini adalah skenario 10 tahun yang lalu, suatu isyarat ramalan yang mengerikan. Waktu itu ICMI berhasil menempatkan ketua ICMI cabang Ambon dan Maluku sebagai gubernur Maluku. Tokoh Ketua Cabang tersebut ialah Mohamad Akib Latuconsina yang terpilih menjadi gubernur Maluku tahun 1992. Dengan berapi-api ia mengatakan bahwa Ambon akan menjadi Islam dan halangan untuk berdirinya negara Islam Indonesia sudah tidak ada lagi. Seluruh pejabat pemerintahan diganti dan yang paling mencolok ialah naiknya pejabat Muslim dengan marga Tuasikal, Latuconsina, dan Marabessy menggantikan pejabat-pejabat Kristen dari marga Wattimena, Tutupoli, Manuhutu dan Talaut. 

Pola kekuasaan ini dilanjutkan oleh penggantinya ialah Saleh Latuconsina. Dan sang gubernur Mohamad Akib Latuconsina mulai mengganti semua aparat pemerintah yang sebelumnya dijabat oleh pribadi yang beragama Kristen menjadi pejabat-pejabat yang beragama Islam. Pergantian besar-besaran dilakukan atas restu Jakarta, dari wakil gubernur, wali kota, sekda dan semua yang bukan beragama Islam dirontokkan dengan keji. Demikian juga dengan Panglima Komando Militer dijabat oleh jenderal yang beragama Islam. Kemudian didatangkan secara besar-besaran kelompok masyarakat dari Sulawesi yang beragama Islam, dengan demikian diharapkan bahwa Maluku terutama Ambon akan mayoritas penduduknya beragama Islam.

Suatu strategi yang mengakibatkan terganggunya kerukunan beragama dan menyebabkan hilangnya toleransi beragama dan yang paling fatal ialah rontoknya moral beragama. Agama bagi sebagian orang berarti menghalalkan segala cara, menghalalkan penindasan dan tujuan menghalalkan segala cara inilah yang menhancurkan Maluku serta negara ini. Ini adalah konspirasi pemerintah dan panglima ABRI termasuk Kasad Hartono, mendagri, menteri agama, menteri pendidikan. Pendek kata Maluku harus di-Islamkan dan disinilah asal muasal “kiamat” Ambon dan Maluku hari ini. 
 

Kita yakin bahwa tidak semua umat Islam setuju dengan cara-cara ini, terbukti bahwa Piagam Jakarta serta kefanatikan tidak pernah langgeng. Hanya bagian kecil saja yang menginginkan negara agama. Justru disini peranan ICMI yang sebetulnya merupakan kendaraan politik kelompok “keblinger” dan sangat tidak Islami, sangat tidak memperhatikan kepentingan umat, hanya ambisi kelompok dengan mengorbankan negara dan bangsa. Gubermur Latuconsina sepuluh tahun yang lalulah dengan ICMI-nya yang harus bertanggung jawab atas  kerusuhan serta pembunuhan di Ambon. Gubernur Latuconsina yang rela terjadinya pembunuhan dan anarki didaerahnya, hanya karena alasan yang dikobarkan oleh Islam garis keras yang diotaki oleh pimpinan ICMI dan petinggi negara di Jakarta.  

Latar belakang perjuangan Islamisasi Indonesia oleh ICMI dimulai jauh sebelum pengangkatan Habibie dan sejarahnya dimulai sewaktu Bung Hatta  almarhum mencoret deklarasi kemerdekaan Indonesia dan Undang Undang Dasar 1945 dengan bagian yang ada bunyi negara agama ialah kata-kata "Menjalankan syariah agama” atau lebih tepat yang tercantum pada "Piagam Jakarta” yang dapat dianggap usaha menjadikan negara Indonesia sebagai negara agama. Pada waktu akan dideklarasikan teks proklamasi kemerdekaan, utusan dari Ambon  yang menamakan utusan dari negara Indonesia Timur mendatangi Bapak Mohammad Hatta dan menyatakan bahwa Indonesia Timur tidak akan bergabung dengan RI sebab penduduk Ambon mayoritas beragama Kristen. Oleh Bung Hatta kata-kata “menjalankan Syariah agama”dicoret sehingga Indonesia terhindar sebagai negara agama. Hal inilah yang sangat mengecewakan sekelompok garis keras dan mereka tetap bertekad untuk membentuk negara Islam terbukti dengan gerakan Darul Islam dengan TII atau Tentara Islam Indonesia. Gerakan ini berhasil dibentuk di Aceh dipimpin oleh Daud Beureuh, di Jawa Barat dipimpin oleh Sekarmaji Kartosuwiryo, di Makassar dipimpin oleh Kahar Muzakar.  

Mereka melakukan pemberontakan berdarah dan pengacauan, tetapi pembentukan negara agama tidak kunjung berhasil. Justru pada tahun 1998 terjadi gerakan 13-15 Mei sebetulnya adalah gerakan penerus kearah pembentukan negara agama, meskipun sampai saat ini belum pernah dibahas dengan tuntas. Kekuatan gerakan yang didukung oleh TNI dan ditengarai sebagai digerakkan oleh elite kekuasaan terutama pengaruh ICMI di Kopassus selama Prabowo menjadi komandan dan kemudian Kostrad dimana Prabowo sebagai panglima. Boleh jadi Prabowo merupakan korban karena berdiri digaris depan serta korban ambisi menjadi orang nomor satu di Republik ini.

Ingat ucapan Prabowo bahwa ia rela Indonesia mundur 30 tahun asalkan warga negara keturunan Cina tidak ada lagi di Indonesia dan ada indikasi bahwa gerakan 13-15 Mei adalah semacam gerakan “etnic cleansing” dengan perencanaan agar seluruh warga keturunan Cina mengalami ketakutan dan meninggalkan bumi Indonesia. Inilah kesalahan fatal karena hal ini tak mungkin terjadi mengingat jumlah masyarakat keturunan non pribumi berjumlah 7 atau 8 juta jiwa dan mana mungkin meninggalkan negaranya? Mungkin idenya dari manusia perahu dari Vietnam atau pembasmian orang-orang keturunan Cina yang dilakukan oleh Vietnam atau Kamboja yang gagal total dan menjadikan negara tersebut hancur lebur. Itulah sebabnya baik Kamboja maupun Vietnam mengharapkan kembalinya orang-orang Cina untuk membangkitkan perekonomian negara tersebut.

Aneh sekali di Indonesia dengan umat beragama, melakukan rekayasa yang keji dan sangat kejam hanya karena ulah sekelompok orang ambisius dengan menggunakan “agama”sebagai kendaraan politik. Keanehan lainnya ialah bahwasanya seorang Letnan Jenderal yang berpendidikan tinggi berpikir untuk menjadikan Indonesia mundur 30 tahun, mundur dari peradaban. Sangat jelas bahwa Afganistan, Sudan, atau Somalia bukanlah negara yang boleh ditiru. Justru negara-negara maju tidak pernah mempermasalahkan agama dan tidak pernah berdalih untuk menjadikan negara agama yang mungkin akan mengakibatkan keterbelakangan. Itulah kegagalan ICMI  yang sangat tidak disetujui oleh mayoritas umat Islam maupun cerdik cendekiawan Muslimin, ini sangat diyakini oleh kita semuanya. 
 

Kekuasaan Islam garis keras dimulai dengan diangkatnya Panglima ABRI Jenderal Faisal Tanjung dan KASAD Jenderal Hartono, disitulah berjayanya sekelompok kecil ICMI sebagai pemikir kearah negara Islam, kearah negara agama dan dimulailah penghancuran secara besar-besaran apa saja yang berbau Kristen dan mulailah "Grand Strategy” penghancuran warga negara keturunan Cina yang kebanyakan anggautanya adalah beragama non-Islam dan kebetulan "match” dengan policy pemerintahan Suharto. Pemerintahan yang pada 10 tahun terakhir hanya memikirkan kepentingan uang atau duit untuk kekayaan keluarganya.

Sampai-sampai diantara anak-anak keluarga Suharto-pun terjadi perebutan proyek tanpa mementingkan kerukunan keluarga besar. Jadi kebijakan Angkatan Darat selama 30 tahun yang menghalangi membaurnya keturunan Cina dengan memplot orang-orang keturunan agar bekerja dibidang bisnis saja. Universtitas dibatasi penerimaan mahasiswa golongan keturunan Cina, kepangkatan ABRI keturunan Cina hanya dibatasi sampai Letnan Kolonel setelah itu pensiun, pembatasan untuk menjadi pegawai negeri dan terutama untuk menjadi dosen atau staf pengajar.

Dengan suksesnya mereka dibidang bisnis dan ada semacam "paksaan” agar mau bergabung dengan kelompok Cendana. Akademi Militer Nasional yang sejak tahun 1960-an menjadi populer dengan masuknya banyak warga keturunan Cina mulai dibatasi atas kecurigaan atau memang policy anti pembauran. Dengan demikian masyarakat keturunan diplotkan agar terpisah dari masyarakat pribumi. Suatu "grand Strategy” dari sebagian perwira-perwira tinggi Angkatan Darat yang sangat berbau SARA.

Hampir semua konglomerat adalah gabungan dengan anggauta keluarga Cendana atau dengan  kelompok keluarga pejabat lainnya. Barito Pacific adalah kelompok Tutut, BCA  dengan saham keluarga cendana dan menempatkan anak-anak Suharto sebagai pemegang saham atau sebagai komisaris perusahaan. Bob Hasan sangat jelas mengelola bisnis bapak, ingat kasus Bre-X yang sangat memalukan dimana terjadi juga perebutan antara anak-anak Suharto dan akhirnya diputuskan bahwa Bob Hasanlah yang mengelola “pepesan kosong”tersebut. Suatu peristiwa memalukan dengan terjadinya "skandal kelas dunia” ialah tambang emas yang kosong dan banyak orang merugi besar-besaran di Canada dengan penipuan saham perusahaan kosong tersebut. 

Jadi skenario 13-15 Mei 1998 sangat tepat bagi ICMI dengan kelompok Islam garis keras untuk dilaksanakan dengan kejam dan sangat bertentangan dengan agama. Salah satu orang muda yang sangat brilyan otaknya ialah Fadly Son yang sangat fanatik bagi terbentuknya negara agama, ia bertugas mempengaruhi Prabowo dan merupakan orang dekat dengan Letnan Jenderal Prabowo bahkan dalam tugasnya mengembangkan peristiwa keji yang lazim disebut tragedi 13 –15 Mei. Sempat juga gara-gara salah memberikan peta “kerusuhan” Fadly Son kabarnya digaplok oleh Prabowo .

Akibat dari peta yang salah sejumlah korban tewas dibunuh dikawasan Klender, betapa tidak bertanggung jawabnya Fadly Son dan menyebabkan terbunuhnya penduduk Klender sebanyak lebih dari 400 orang di Plaza Jogya. Ini kesalahan operasi pembakaran pusat perdagangan tersebut gara-gara keliru memberikan peta daerah yang harus di- "bom”, suatu istilah operasi 13 – 15 Mei tersebut. Beberapa hari setelah peristiwa tersebut dalam wawancara dengan Far East Economic Review, Letnan Jenderal TNI Prabowo  Subianto menyatakan bahwa ia rela Indonesia mundur 30 tahun, asalkan  Cina-Cina tidak ada dinegeri ini. Yang dimaksud dengan Cina disini ialah warga negara Indonesia keturunan Cina dimana direncanakan untuk “dibasmi habis” dengan kerusuhan rasial politik tersebut.

Sayang sekali kelompok ICMI  sama sekali tidak memikirkan betapa kerugian negara, betapa sengsaranya rakyat kecil sebagai akibat dari kerusuhan tersebut. Ada lebih dari 2200 orang terbunuh dan mayoritas adalah rakyat Indonesia kelas bawah dan ada 150 lebih wanita keturunan Cina yang diperkosa. TGPF atau Tim Gabungan  Pencari Fakta mendapatkan banyak data kerusuhan dan adanya pemerkosaan terhadap etnis Cina, tetapi bantahan demi bantahan dikeluarkan , bahkan oleh pejabat penting. Inilah salah satu “strategi kebohongan” ICMI dan keterlibatan pengurus-pengurus ICMI sangat jelas dan arahnya ialah pemerintahan Republik ini.

Pernyataan dari perwakilan PBB serta tokoh Hak Asasi Manusia Mary Robinson mengenai perkosaan tersebut sangat jelas dan sangat keras menyebabkan sulitnya bagi Indonesia untuk mengelak seolah-olah peristiwa perkosaan tidak ada. Jelas sekali dengan dihancurkannya bisnis warga negara keturunan Cina mengakibatkan kehancuran bagi seluruh perekonomian, apalagi dengan kebijakan menteri Adi Sasono yang sangat rasialis dan Adi Sasono menggunakan isu populis yang gampang mempengaruhi masyarakat yang pendidikannya kepalang tanggung, bahkan yang berpendidikan tinggipun dengan gampangnya terpengaruh isu sara tersebut.

Isunya bahwa perekonomian dikuasai 90 % oleh Cina , bahwa cukong-cukong menghancurkan perekonomian sangat merasuk kekalangan masyarakat. Secara tidak sadar masyarakat digiring keposisi SARA dan kebencian dan bukannya membangkitkan perekonomian dengan gairah kerja keras. Yang dinamakan redistribusi aset merupakan perampokan terselubung dan kemalasan untuk bekerja keras. Dengan  membagi-bagikan kekayaan dan aset masyarakat keturunan Cina saja sudah ada modal. Ini kegilaan yang betul betul menghancurkan fundamental perekonomian. 
 

Dengan berhasilnya Habibie menjadi presiden transisi makin muluslah kelompok ICMI untuk menuju era baru Negara Agama dan era ekonomi kerakyatan yang sangat eksprimentil. Rekayasa yang menyatakan bahwa perekonomian dihancurkan oleh konglomerat betul-betul sangat berhasil dan selalu keluar ucapan bahwa 90 % perekonomian dikuasai oleh “Cina”, padahal bukti bahwa angka tersebut ada sebetulnya berbau kebohongan dan “fitnah”. Mana mungkin 90 % dikuasai sedangkan perusahaan-perusahaan besar adalah perusahaan negara : Pertamina, Telkom, Indosat, Bank-bank BUMN, tambang-tambang dikuasai BUMN, perkebunan-perkebunan negara, belum lagi perusahaan asing Barat seperti Caltex, Mobil Oil, Freeport, Unilever, BAT, dan banyak lagi yang besar dan jauh lebih besar dari kebanyakan perusahaan milik Warga Negara keturunan Cina.

Belum lagi perusahaan-perusahaan raksasa milik keluarga Suharto yang terlalu diatur dengan rekayasa salah: kelompok Bimantara, kelompok Humpuss, kelompok Tutut bahkan sampai cucu presidenpun Ari Sigit mendirikan berbagai bisnis dengan cara-cara “potong kompas”. Kesemua isu dan fitnah terhadap warga keturunan Cina arahnya jelas “kebencian”. Mungkinkah negara akan maju kalau ada kebencian, banyak fitnah dan ini dilakukan oleh pejabat-pejabat dari lurah sampai menteri dan kobaran kebencian dilakukan juga pada hari Jum'at dalam berbagai acara sembahyang di mesjid-mesjid.

Coba kita simak dengan kepala dingin betapa banyaknya kuliah subuh yang isinya sangat memalukan umat Islam yang dilakukan oleh pengkhotbah tukang fitnah ? Bahkan Kyai Sejuta Umat ialah Kyai Zainuddin M.Z sempat mengeritik gara-gara Gus Dur ingin menyatukan umat beragama pada acara Natalan. Kyai kondang yang main uang dan bermewah-mewahan ini memang alat penguasa lama dan memang ia menjadi kaya raya dalam pemerintahan Suharto.

Bagaimana seorang kyai hanya bermewah-mewahan dari penghasilan khotbah yang setiap kali berharga puluhan juta Rupiah. Kenapa ia tidak peduli kepada kemelaratan umat ? Kyai yang selalu berkumpul dengan aktris-aktris Sinetron dan merupakan simbol sukses meraih kekayaan duniawi. Justru umat Islam mayoritas menganggap Gus Dur adalah Kyai yang benar-benar ingin membangun negara ini. Kyai Gus Dur yang berkorban untuk negara sejak ia dilecehkan, ditindas dan hampir saja digilas habis oleh rezim Suharto. Kecerdasan dan pengalamannya yang banyak saja yang memungkinkan ia terhindar dari kebinasaan. Kyai Gus Dur tidak dapat disamakan dengan Kyai Sejuta Umat yang ber-mewah-mewahan sejak zaman Suharto dan apakah ini Islami?

Sayang sekali anugerah Allah dengan keberhasilannya tidak menjadikan kyai Zainuddin M.Z menjadi manusia santri, ia terlalu  tergoda dengan keduniawian dan masalah Gus Dur sebagai presiden mengayomi umat Kristen sebetulnya wajar-wajar saja, jangan digunakan untuk membangkitkan permusuhan, jangan digunakan untuk menebar kebencian. Agama Islam tidak mengajarkan kebencian dan fitnah, Islam adalah keluhuran dan akhlak. Bagi umat Islam, fitnah berarti kekejian yang bertentangan dengan agama itu sendiri dan merupakan pembodohan dalam memperalat politik. 
 

Sangat disayangkan bahwa umat Kristen Ambon terpengaruh oleh provokasi sehingga terjadi pertumpahan darah yang dahsyat, pembunuhan serta penganiayaan dilakukan oleh kedua pihak dengan alasan agama. Padahal mana ada agama yang menganjurkan kekerasan dan pembunuhan? Sebetulnya acara kekacauan dimulai oleh preman-preman bayaran yang sangat boleh jadi diatur oleh kelompok pro status quo.

Nama-nama Yorys Roweyai, Ongen Sangaji,Yoseano Waas, Dicky Watimena bahkan seorang Jenderal ialah Kivlan Zein dimunculkan sebagai biang kerusuhan Ambon. Entah apa betul atau cuma rekayasa politik, tetapi nama-nama tadi sangat santer disebut banyak pihak. Disitulah sukses rekayasa adu domba antara warga Ambon Kristen melawan Ambon Islam dan dibarengi dengan kelompok pendatang dari Sulawesi. Suatu “Grand Strategy” yang tidak masuk akal dan selalu dikobarkan oleh kelompok provokator.

Tetapi kita hendaknya berpegang kepada inisiator penggusuran pejabat-pejabat karena alasan agama yang dilakukan sebagai strategi ICMI untuk membuat Ambon dan Maluku mayoritas Islam. Terlalu dipaksakan dan terlalu rapuh dan effek yang luar biasa busuknya dengan pertentangan agama yang akan berlaku lama sekali dan sulit mengobatinya. Disinilah sangat disesalkan pemikiran kelompok garis keras yang tidak lagi mementingkan persatuan bangsa.

Provokator Kristen, provokator Muslim serta kelompok bayaran lainnya tumpang tindih menghancurkan bagian dari negara yang dulunya aman dan damai. Perlu diperhatikan bahwa pusat gerakan kerusuhan Ambon dan Maluku di Jakarta dan bukan aneh lagi kalau hasutan untuk memperkeruh keadaan berlangsung terus dalam bentuk demo pembela umat dan semacamnya.

Siapakah dibelakang gerakan tersebut dan siapakah penyandang dananya? Cocok juga ungkapan Jenderal Wiranto bahwa masalah Maluku adalah masalah politik dan berbagai sinyalemen sebagai digerakan di Jakarta. Setiap ada ketidak puasan TNI selalu berkobar kerusuhan di Ambon. Setiap ada hujatan kepada TNI , makin maraklah kerusuhan dan bunuh-bunuhan di Ambon. Ada indikasi penggerak kerusuhan ialah kelompok preman Jakarta seperti ada suara-suara yang mengatakan bahwa tokoh utamanya ialah Ongen Sangaji dan Yorys Roweyai, kenapa tidak ditangkap saja dan diinterogasi ?

Seperti juga demo-demo di Jakarta oleh Front Pembela Islam, kemudian KISDI, atau front lainnya yang menggunakan atribut-atribut seolah-olah Islam atau Muslim dan ada kerja sama dulunya dengan Panglima Komando Letnan Jenderal Djaja Suparman, kenapa ada isu semacam ini. Perlu dicatat bahwa suara-suara yang menyatakan keterlibatan Letjen Djaja Suparman luar biasa banyaknya, kenapa justru Wiranto mengangkat Djaja sebagai Panglima Kostrad ?

Jadi dugaan banyak pihak bahwa Wiranto merupakan salah satu petinggi yang berpengaruh pada banyak peristiwa bukanlah omong kosong. Tak ada satu peristiwapun yang menyangkut segi kerusuhan yang pernah dituntaskan oleh Jenderal Wiranto. Dan sudah waktunya Jenderal ini digusur agar kabinet bisa bekerja dengan keamanan yang bagus. Masalah kerusuhan Maluku sesungguhnya merupakan tanggung jawab Wiranto, demikian juga kasus-kasus lainnya.

Kabarnya dalam reshuffle kabinet ini tokoh Wiranto merupakan pejabat nomor satu yang akan diganti. Setelah kelompok poros tengah mengeritik Gus Dur sebagai lamban mengatur pemerintahan dan kemudian ada sentilan bahwa supaya tidak lamban, pemerintah akan melakukan perubahan kabinet. Barulah kelompok garis tengah kebingungan dan mengatakan tidak perlu ada pergantian, nah ketemu batunya atas ucapannya sendiri. Bagaimana menteri-menteri tidak diganti kalau oleh ulah mereka kabinet tidak sanggup menuntaskan banyak hal ? 

 
Demo besar-besaran yang digelar menjelang hari Raya Idulfitri dan dikomandoi oleh Trio Amien Rais – Hamzah Haz – Ahmad Sumargono dengan judul SEJUTA UMAT kemungkinan sebagai lanjutan skenario kerusuhan Ambon. Demo Jihad semacam ini hanya menghamburkan tenaga dan berpotensi malah merunyamkan daerah Maluku tersebut. Sangat tidak bijaksana ucapan Ketua MPR yang malah meributkan masalah tersebut dari sudut pandang Islam saja. Ketua MPR adalah mewakili rakyat Indonesia dan Amien bukan mewakili cuma umat Islam. Presiden Gus Dur menyatakan bahwa kasus Ambon hampir selesai, nyatanya berpindah ke Maluku Utara.

Sangat jelas ada usaha-usaha untuk menjatuhkan pemerintah, mau diakui atau tidak. Disinilah kita sangat kecewa akan Amien Rais, seorang Profesor Doktor tetapi tidak menghayati akan kebutuhan keamanan dan kedamaian. Ia hanya memikirkan kursi kepresidenan saja dan ambisinya yang kelewat tinggi. Rakyat Indonesia membutuhkan pemerintahan yang bersih dan didukung rakyat, isu agama sangat tidak relevan dan sangat berbau adu domba.  

Mudah-mudahan pemerintah mampu menyelesaikan kasus bunuh-bunuhan di Ambon dan Maluku Utara dan sangat jelas bahwa “jihad” adalah hal yang makin memperkeruh keadaan. Kalau mau percaya , Gus Dur selalu berpikir untuk menyelesaikan semua persoalan dengan Win-Win Solution, bukannya dendam atau ambisi.  

-----Original Message----- 
From: "Faried Basalamah" basalamah@hotmail.com  
To: apakabar@saltmine.radix.net  
Subject: Kasus Ambon dimulai 10 tahun yang lalu  
Date: Sat, 08 Jan 2000 13:02:00 JAVT  

Source : Faried Basalamah 
Received via e-mail from : Faried Basalamah     


Copyright © 1999-2000 
- Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/alifuru67
Send your comments to alifuru67@egroups.com