|
|
Edisi Rabu 11 Oktober 2000 Pantauan perkembangan Ambon & Saparua I. Perkembangan Keadaan Kota Ambon Kondisi Kota Ambon pasca penyerangan perusuh Muslim ke desa Suli masih diwarnai dengan sejumlah aksi kiriman bom dan mortir oleh pihak Muslim ke beberapa pemukiman kristen di Ambon, misalnya di Mardika maupun di Karpan. Peluncuran mortir-mortir ke kawasan pemukiman Kristen yang sejauh ini belum menimbulkan korban dan kerusakan, seakan menjadi sebuah isyarat bahwa aksi agresi perusuh Muslim masih akan berlanjut. Dalam rangka melumpuhkan dan menguasai kota Ambon yang hingga kini masih memiliki sejumlah kawasan pemukiman Kristen, ada dugaan bahwa dalam serangan berikutnya dari laskar perusuh ini, wilayah Galala akan menjadi daerah target penguasaan kelompok laskar jihad. Mengapa Daerah Galala menjadi focusnya? Karena daerah ini berada dalam lintasan penyeberangan yang menghubungkan wilayah Jasirah Leihitu dengan kota Ambon. Ada dua dermaga penyeberangan fery di lintasan tsb, yakni di Poka dan di Galala. Mengingat dermaga Poka telah dikuasai laskar Jihad menyusul jatuhnya desa Poka & rumah tiga, laskar Jihad perlu menguasai dermaga Galala dan wilayahnya sehingga terbukalah jalan bagi pasokan kekuatannya dari wilayah Jazirah Leihitu ke kantong-kantong mereka mereka yang berbatasan langsung dengan kota Ambon, yakni di wilayah Galunggung-Kebon Cengkeh-Batumerah. Sasaran lain dari taget laskar Jihad untuk menguasai desa Galala ialah untuk mengisolasi kota ambon dari adanya mobilisasi warga Kristen yang kini bermukim di desa Halong, Lateri maupun desa Passo. II. Konflik Aparat di pulau Saparua Warga Desa Sirisori Amalatu yang tadinya telah kembali ke desanya walaupun tinggal di walang-walang (rumah-rumah darurat) di hutan desa, terpaksa melakukan kembali evakuasi ke kota Saparua setelah terjadi insiden konflik antar aparat bersenjata di sana. Konflik non kekerasan ini dimulai saat aparat dari kesatuan Brimob yang ditugaskan mengamankan desa ini, tiba-tiba dikepung dalam formasi "U" oleh pasukan gabungan TNI. Entah ada apa gerangan, namun terinformasi bahwa saat dikepung, terjadi perang mulut antara aparat Brimob dan aparat TNI-AD dari pasukan itu yang kemudian disusul dengan bergesernya aparat Brimob dari posisi mereka sebelumnya. di sekitar gedung SMP ke pertigaan jalan baru yang menuju ke kota Saparua, daerah Hatawano, Sirisori desa Amalatu. Artinya akibat konflik ini, aparat brimob terdesak mundur ke pinggiran desa tersebut. Sejauh ini belum diperoleh kabar ada apa dibalik konflik aparat ini dan sepak terjang 192 aparat pasukan gabungan yang 80 personilnya diketahui berasal dari kesatuan 403 dan beberapa dari Kopassus. Mengenai hal keterlibatan aparat TNI-AD dalam penyerangan ke desa Sirisori Amalatu, diperoleh informasi bahwa ada 2 orang anggota TNI AD dari Yon 733 yang sementara ditunggu kehadirannya oleh POM (polisi militer) untuk diproses soal keterlibatan mereka pada tanggal 21 september 2000. Kedua orang tersebut adalah; Kopda Loukaki dari Kompi A Yon 733 Indikasi keterlibatan kedua orang ini diperoleh saat apel rutin satuan tersebut, kedua orang tersebut ternyata desersi alias tidak berada di tempat. Provided By Masariku Network 2000 - Masariku@egroups.com
Received via e-mail from : Peter by way of PJS
|