The Cross

Under the Cross

English
Indonesian
Search
Archives
Photos
Maps
Help Ambon
Statistics


HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67

Copyright © 2000
1364283024&
1367286044

 


 

AMBON Berdarah On-Line
About Us


Nahdatul Ulama Malra Menolak Jihad


Siwalima Report 68 - Provided By Masariku Network & Harian Siwalima
Edisi 03 November 2000


Tual, Siwalima - Tual, Ibukota Kabupaten
Maluku Tenggara (Malra) yang memiliki 432 pulau, sangat berhasil dalam mempertahankan diri dari bahaya ekspansi zona konflik, yang terus membelah kawasan kepulauan Maluku selama kurun waktu hampir 2 tahun. Pemda setempat bersama masyarakat Islam maupun Kristen, tokoh adat, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda, bersatu padu membangun rasa kebersamaan, membentengi diri dalam semangat rasa persaudaraan yang kuat, serta bersama-sama menolak keras kehadiran laskar jihad ke wilayah itu.

Pernyataan itu keluar langsung dari mulut Ketua Nahdatul Ulama (NU) Malra, Haji Yahya Tamher dalam perbincangan dengan Siwalima, saat menghadiri serah terima jabatan Kapolres Malra di Kota Tual, Senin (30/10).

"Kami di sini bekerja keras, baik umat Islam maupun Kristen dalam semangat persaudaraan yang kuat berupaya mempertahankan kondisi aman seperti anda lihat sendiri. Terhadap kelompok laskar jihad atau orang-orang luar dari manapun, sikap NU jelas, yakni menolak kehadiran mereka. Sebab kami tidak ingin kebersamaan yang sedang tertata sekarang ini dinodai, hanya karena kehadiran orang luar," tandas Haji Tamher, yang juga fungsionaris Gapensi Malra.

Kota Tual dan sekitarnya pernah sekali mengalami kegoncangan situasi akibat adanya pengaruh orang luar yang mencoba masuk dan mengacaukan kerukunan kedua umat beragama di sana, pada beberapa bulan lalu. Namun segera diantisipasi pemerintah setempat bekerjasama dengan para tokoh agama Islam dan Kristen dan berbagai komponen lain di wilayah setempat.

Semua upaya yang dilakukan melalui pendekatan-pendekatan internal dimasing-masing komunitas sampai ke pelosok desa-desa terpencil, akhirnya berhasil menciptakan stabilisasi kondisi keamanan di keseluruhan wilayah Malra. "Sehingga masyarakat di sini baik Islam maupun Kristen cepat sadar terhadap pentingnya perdamaian, bahkan mereka sendiri begitu mendengar isuisu akan datang orang luar, langsung bersatu dan berdialog, dan bersama-sama menghadapi orangorang luar yang tidak jelas identitasnya itu," ujar Tamher.

Dia menambahkan, "Saya contohkan, salah satu upaya pemda di sini, yang boleh saya bilang cukup berhasil adalah kegiatan doa bersama secara rutin dengan melibatkan kedua umat beragama. Saya pikir ini cara rekonsiliasi yang paling mungkin, paling efektif dan efisien untuk membangun ketahanan bersama demi perdamaian. Buktinya anda bisa lihat sendiri, umat Islam bebas keluar masuk ke kantong-kantong Kristen, demikian juga sebaliknya. Bahkan para pemuda Islam dan Kristen tiap ada kesempatan duduk bersama-sama sambil merokok, naik mobil sama-sama, jalan pun bersama-sama. Alhamdulillah, kami semua disini benar-benar dilindungi oleh Allah SWT," ucap Tamher.

Pernyataan Tamher sungguh mencerminkan realitas Kota Tual. Keseharian terlihat jelas, masyarakat dari kedua komunitas saling membaur dalam aktivitasnya. Sedikitpun tidak terkesan ada rasa saling curiga, rasa cemas dan takut, semua benar-benar menghilangkan jurang pemisah diantara mereka sebagaimana kita saksikan di Kota Ambon. Mereka sepertinya sudah dalam satu negeri tersendiri, dan seolah-olah masalah pertikaian yang sungguh menghebat di kawasan kepulauan Maluku bukan urusan mereka.

Hal ini dibenarkan seorang anggota Marinir yang sudah 4 bulan bertugas di Kota Tual. Ia menuturkan, "Kami disini satu batalyon Marinir dan personil Polres Malra, tidak kerepotan menjalankan tugas-tugas pengamanan. Bahkan tidak sedikit terkesan ada rasa saling curiga, rasa cemas dan takut diantara dua umat beragama. Kondisi masyarakat di sini sama seperti kondisi sebelum kerusuhan," tutur seorang anggota Marinir yang menolak menyebutkan namanya.

Sebenarnya, tambah anggota Marinir itu, menciptakan suatu kondisi yang normal tidak semata-mata tergantung dari aparat keamanan tetapi tergantung para tokoh masyarakat dan kesadaran masyarakat sendiri untuk hidup damai. "Ini bisa tercapai karena masyarakat disini cepat sekali sadar bahwa pertikaian dalam bentuk apapun tidak akan pernah menguntungkan. Dan bersyukur sikap ini benarbenar nyata di wilayah Malra sehingga kami tidak terlalu kerja ekstra. Apalagi pemimpin maupun pejabat-pejabat sipil maupun militer di sini, turun sendiri sampai ke desa-desa melakukan dialog dengan masyarakat," kata anggota Marinir itu. (eda)

Received via email from: Peter by way of PJS  


Copyright © 1999-2000  - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/ambon67
Send your comments to alifuru67@egroups.com