Ambon, Siwalima - Fenomena pembusukan kelompok yang akhir-akhir ini marak terjadi,
ditanggapi serius Mayjen Pol (Purn) Koesparmono Irsan dengan meminta masing-masing
pihak perlu mewaspadai adanya pembusukan kelompok itu. Kalau itu terjadi akan
semakin memperparah kondisi internal kedua pihak.
"Contohnya seperti keributan antara dua kelompok Kristen pimpinan Coker dan Agus
Watimena di Kudamati yang nyaris baku tembak. Demikian juga kelompok Muslim
seperti kasus Negeri Lima dan Asilulu menyebabkan 4 orang pemuda tewas karena baku
tembak. Inikan jelas merusak dan sangat merugikan persatuan umat Islam dan Kristen
di sini. Saya sudah ketemu pimpinan masin-gmasing kelompok, kepada mereka saya
katakan sikap kalian itu hanya merusak. Sedikitpun tidak punya manfaat apa-apa,
masakh kamu tidak kasihan dengan ribuan saudara-saudaramu yang telah tewas, tidak
sedih melihat penderitaan mereka yang sekarang ada di kamp-kamp
pengungsian,ujarnya.
Pembusukan kelompok ini, menurut pensiunan jenderal polisi bintang dua yang biasa
disapa Pak Koes, itu jelas ada pihak ketiga yang bermain atau karena kepentingan
internal antar mereka. "Saya anggap itu orang-orang nakal yang masih suka kekerasan,
pendukung penderitaan rakyat. Kalau tidak segera dihentikan akan menghancurkan
komunitas sendiri. Nanti yang rugi siapa, kan komunitas sendiri. Nah, kalau didalamnya
sudah rusak seperti di Kudamati, Kristen dengan Kristen baku sikat, ya untuk apa kita
bicara dialog?
Karena itu ia minta para tokoh agama, baik Islam maupun Kristen, harus lebih banyak
berperan untuk menghindari perpecahan di masing-masing komunitas. "Kami minta
supaya ditertipkan oleh komunitasnya sendiri, selesaikan secara internal, jangan sampai
akibat dari itu lalu pecah. Kalau komunitasnya pecah, maka yang masuk nanti kan
Setan. Kalau setan-setan sudah bermain, konflik sulit diselesaikan?
Dikatakan, sebuah tindak kekerasan itu terjadi dapat dilihat dari tiga motif yaitu masalah
internal akibat naluri pribadi seseorang untuk pergi kemana saja dia mau. Kedua,
didorong oleh lingkungan untuk melakukan kegiatan keagamaan yang dilakukan di
tempat ibadah masingmasing. Ketiga, adanya dorongan dari luar.
Nah, "Yang dari luar itu yang paling berbahaya, yang menekan orang atau menghasut
orang untuk melakukan apa yang mereka kehendaki. Oleh karena itu kita belum melihat
secara gamblang apa sih motifnya, kan gitu,?ujar Pak Koes. Namun, katanya, apapun
masalahnya kita tidak hanya meributkan soal sebab akibatnya saja tapi perlu
menyelesaikannya secara kekeluargaan demi kebaikan masa depan Maluku.
"Kalau masing-masing pihak masih masih ribut terus, ya jangan salahkan orang lain.
Anda tunjuk orang lain dengan satu jari tapi tiga jari menunjuk anda sendiri, dan ibu jari
tunjuk keatas berarti suatu ketika anda harus mempertanggung jawabkan perbuatan
kepada Tuhan Yang Maha Esa,?kata Pak Koes seraya menggerakan jari tangannya.
Itu tidak berarti, "Kita tidak mau mencari tahu latar belakangnya. Yang penting berdamai
dulu, baru kemudian Komnas HAM akan menginjak pada masalah-masalah besar lain.
Siapa yang melanggar, siapa berbuat apa, siapa bekerjasama dengan siapa, siapa
bertanggung jawab kepada siapa. Nah, kalau tidak mau berdamai, kita mau buat apa,
nanti bersinpun jadi salah? (aus/fik) |