|
|
Edisi Jumat 22 September 2000 Pokok-Pokok Berita:
1. Sirisori Kristen Digempur, 2 Tewas, 1 Hilang Kronologis dan Data Korban Simpang Siur Ambon, Siwalima Informasi yang dihimpun Siwalima menyebutkan, Desa Sirisori Kristen digempur massa penyerang menggunakan mortir, ledakan granat, bom rakitan. Pula, tembakan senjata organik. Tak pelak, warga lari kocar-kacir menyelamatkan diri ke tempat aman. Selain warga Sirisori Islam, juga para penyerang luar ternyata ikut bergabung. Mereka menumpang kurang lebih sembilan buah speedboat dan merapat di desa-desa yang menampung massa penyerang. Selanjutnya, massa melanjutkan perjalanan ke kawasan pegunungan dan merangsek mendekati Desa Sirisori Kristen. Desa tetangga Sirisori Islam itu, digempur habis-habisan dari arah gunung. Sialnya, tutur sumber Siwalima kapal patroli TNI-AL terkesan tidak menghalau speedboat yang memasok massa penyerang ke wilayah Saparua. Malah, kapal TNIAL hanya berpatroli di sekitar perairan Desa Haria. Sementara informasi yang diperoleh dari Camat Saparua, Drs Felix Leunura menyebutkan, penyerangan terhadap Desa Sirisori Kristen menewaskan Markus Kesaulya (24) dan anggota Polsek Saparua, Sertu Fredy Matulessy. Seorang warga sipil, Dominggus Tutuhatunewa (40), juga dikabarkan hilang. Enam warga lainnya luka-luka dan 13 rumah penduduk terbakar. Camat membenarkan bahwa massa menyerang dari arah gunung. Desa Sirisori Kristen dibombardir dengan mortir, granat, bom dan rentetan tembakan senjata organik. Sempat tersiar kabar bahwa gereja Sirisori Kristen sudah terbakar. Namun menurut Camat, informasi itu tidak benar. Yang terjadi hanyalah tembakan yang merusak kaca-kaca dan melubangi dinding tembok. Gubernur Maluku selaku Penguasa Darurat Sipil Dr Ir Saleh Latuconsina, saat dikonfirmasi, Kamis siang, membenarkan bahwa terjadi ketegangan di Sirisori Kristen. Namun ia tidak merincikan kronologis peristiwa yang sebenarnya. Gubernur hanya menambahkan, pihaknya sementara berkoordinasi dengan Kapolda Maluku, Brigjen Pol Firman Gani untuk menambah aparat keamanan ke Saparua. Sebab, Saparua merupakan wilayah pengamanan kepolisian. Sebab-sebab konflik berikut kronologisnya, hingga tadi malam masih simpang siur. Begitupun data tentang jumlah korban jiwa dan rumah penduduk yang dibakar massa penyerang. Staf ahli penerangan darurat sipil hingga tadi malam tidak berhasil dikonfirmasi. "Pak Jhon Tomasoa dan Pak Marthen sedang keluar," ujar si penjawab telepon di posko darurat sipil, gubernuran Manggadua. Saat dihubungi lagi, telepon posko darurat sipil 353001 dinyatakan masih dalam perbaikan.(cep/enu) 2. Sepuluh Pengungsi BUB Meninggal Ambon, Siwalima Itu diungkap Dominggus Lehalima, tokoh masyarakat dari Dusun Waikose yang ditemui Siwalima kemarin di Ambon. Untuk itu atas nama masyarakat pengungsi di Waikose, ia meminta pemerintah daerah tingkat I maupun tingkat II untuk segera mendrop obat-obatan dan mengirim tenaga kesehatan ke wilayah tersebut untuk mengatasi kekurangan yang dialami para pengungsi di sana. "Sejak rusuh Desember tahun lalu, sampai sekarang para pengungsi Waikose belum pernah mendapat pelayanan obat-obatan dari pemerintah daerah. Padahal disana banyak yang menderita berbagai macam penyakit, dan saat ini sungguh memprihatinkan," ujarnya. Dikatakan, saat ini para pengungsi Waikose tinggal di rumah-rumah darurat yang dibangun sendiri dengan beratap daun rumbia, di suatu wilayah yang berjarak sekitar 1,5 km dari Waikose. Mereka mengungsi saat rusuh tanggal 22 Desember 1999, yang mengakibatkan rumahrumah mereka ludes terbakar. Saat ini sebagian besar pengungsi terutama anak-anak dan para lansia, kondisi kesehatannya sangat memprihatinkan. "Banyak yang menderita sakit, ada yang sudah lama terbaring sakit hanya karena tidak ada tenaga medis dan dukungan obat-obatan. Rata-rata mereka sakit diare dan malaria. Akibatnya, mereka hanya pasrah pada keadaan apapun yang akan menimpa mereka," tuturnya. Lehalima Soal bantuan pangan, kata Lehalima, mereka memang pernah menerima bantuan langsung dari Satkorlak berupa beras 1, 5 ton, 50 karton sarimie, dan sejumlah terpal yang diterima pada Pebruari lalu. Namun hanya sekali itu saja. Seterusnya mereka hanya mengkonsumsi bahan makanan yang didapat dari hasil kebun di sekitar kali Wainibe. Tapi, kata dia, di wilayah pengungsian warga Waikose tetap merasa tidak aman karena masih ada gangguan keamanan yang mengancam hidup mereka. Untuk mengambil hasil-hasil kebun di daerah pengungsian, mereka harus selalu waspada karena sering muncul isu-isu penyerangan. Maklum lokasi yang ditempati mereka sekarang tak jauh dari daerah pemukiman Islam disekitarnya. "Pernah di suatu waktu seorang pengungsi kena tembak ketika hendak mengambil hasil kebunnya sedangkan seorang lagi sampai sekarang belum diketahui nasibnya," ungkap Lehalima. (eda) 3. Islam Boikot Pers, Pokja MUI Belum Tahu Ambon, Siwalima Himbakuan tertulis yang ditandatangani Abdullah Latuconsina itu telah beredar luas di masyarakat. Namun, Sekretaris Pokja Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku, Malik Selang SH yang ditemui Siwalima, Kamis kemarin mengaku belum mengetahuinya. Padahal, dirinya adalah salah seorang staf di Sekretariat Bersama (Sekber) Islam Maluku. "Saya belum tahu informasi itu. Saya cuma bertanyatanya, karena selama dua hari lalu, koran tidak masuk di kawasan pemukiman Muslim," ujar Malik Selang, diplomatis. Ia mengaku, tidak tahu penyebab terbitnya himbauan itu. Namun, ia meminta pers lokal untuk mengintrospeksi diri terhadap setiap pemberitaan. Sebab, kalangan Islam menilai, ada berita-berita yang kurang rasional. Malik mencontohkan, dalam berita Gerakan Perempuan Peduli (GPP) menyebutkan ada sembilan warga disandera. Sebaiknya, lanjut Malik, berita-berita itu dikonfirmasikan ke gubernur selaku penguasa darurat sipil. Seperti diketahui, Ketua Tim Penertiban Umat Islam dalam surat bernomor 11/A/SekberUIM/09/2000 tertanggal 16 September 2000, menghimbau umat Islam agar tidak membeli dan mengedarkan koran Suara Maluku dan Siwalima, karena nyata-nyata menyebarkan berita bohong dan fitnah yang merugikan umat Islam. Namun tidak dijelaskan berita-berita seperti apa. Tidak Semuanya Setuju Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kodya Ambon, Herman Hattu SH , yang ditemui terpisah, menyakini bahwa tidak semua umat Islam setuju dengan kebijakan seperti itu. Karena komunikasi informasi sudah menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat secara universal. Menurutnya, tim penertiban tidak mempunyai kewenangan mendasar untuk membatasi peredaran media massa di lingkungan masyarakat. "Apa kewenangannya, sampai harus membatasi kehadiran koran di pemukiman Islam. Negara saja tidak berani melakukannya, masa Tim Penertiban Muslim segampang itu mengeluarkan himbauan sedemikian," ujar Hattu. Ia menduga, di balik pemboikotan media massa di pemukiman Islam sebagai bagian dari upaya provokasi dan pendiskriminasian. "Untuk itu, penguasa darurat sipil patut mencermati hal ini. Bila perlu ditempuh proses hukumnya," timpal Hattu. Dari aspek ketenagakerjaan, kebijakan itu akan menimbulkan masalah baru berupa pengangguran, walaupun jumlahnya terbatas. "Kalau penjualan koran di pemukiman Islam terhenti, lalu bagaimana dengan nasib mereka. Juga para agen di kawasan Islam yang menggantungkan kehidupannya dari hasil penjualan koran," tukasnya menambahkan. (eda) 4. Demo Tekan Gubernur Bongkar Polisi Tidur Kantor Gubernur Sempat Jadi Terminal Umum Ambon, Siwalima Tiba sekitar pukul 11.00 WIT, rombongan demonstran yang datang menumpang puluhan angkot langsung meneriakan yel-yel tuntutan yang intinya menghendaki agar polisi tidur dibongkar. Di antaranya, "ayo bongkar polisi tidur, polisi tidur merugikan kami, kami tidak bisa mencari nafkah, DPR di Ambon bencong, takut bersuara padahal rakyat sudah sangat menderita, dan kalau tidak dibongkar kami akan tetap tinggal di sini." Kehadiran demosntran sontak membuat kaget pegawai Kantor Gubernur yang tengah beraktivitas. Mereka berhamburan keluar ruangan menyaksikan aksi para demonstran. Para demonstran, tidak lain adalah pengemudi dan kondektur angkot jurusan Air Salobar, Gudang Arang dan Kudamati. Mereka datang dengan mengemudikan angkot masing-masing. Dalam hitungan menit, halaman Kantor Gubernur penuh sesak oleh angkot yang diparkir berjejal-jejal. Tak ayal, halaman yang selalu lengang berubah hiruk-pikuk. Suasana tidak bedanya sebuah terminal umum. Dalam pada itu, para pengemudi dan kondektur mendesak dipertemukan guna meminta pertanggungjawaban Gubernur sekaligus penguasa darurat sipil daerah Maluku, Dr Ir MS Latuconsina, atas pembuatan polisi tidur itu. Pula, mereka menuntut aparat keamanan guna segera membongkar polisi tidur tersebut. Namun, mengingat jumlahnya yang terlalu banyak, Gubernur hanya bersedia ditemui secara perwakilan. Beruntung maksud Gubernur bisa dipahami pengemudi dan kondektur angkot. Mereka kemudian mengutus lima anggota untuk menyampaikan tuntutan mereka. Dengan didampingi Kapolda Brigjen Pol Drs Firman Gani dan Walikota Chris Tanasale, Gubernur bersedia mene0rima tuntutan demonstran di Posko Darurat Sipil. Dihadapan ketiga pejabat teras itulah, seorang juru bicara dengan tegas minta Gubernur Latuconsina dengan kuasa yang dimilikinya memerintahkan bawahannya untuk membongkar speed treck yang dibuat di ruas jalan Pohon Puleh. Pertimbangannya, karena angkot yang melintasi daerah rawan tersebut sering didor penembak-penembak misterius. Olehnya, banyak kaca jendela pecah dan bodi angkot lubang tertembus peluru. Bahkan, tidak sedikit penumpang, pengendara angkot dan sepeda motor menderita luka kena tembakan misterius tersebut. "Dengan adanya polisi tidur itu, kemudian terjadi insiden atau tembakan, apakah bapak-bapak bisa memberikan jaminan keselamatan bagi kami dan penumpang? Kami minta Pak Gubernur segera perintahkan bawahannya untuk membongkar polisi tidur itu," pinta seorang juru bicara. Dia mengancam mengajak teman-temannya tidak lagi mengangkut penumpang, bila tuntutan mereka tidak direalisasikan. Pula, mereka minta Gubernur memperhatikan barikade-barikade yang dipasang di ruas jalan tersebut. Utamanya, drum-drum yang terkesan menghambat arus lalulintas. Yang mengejutkan, juru bicara tadi menyebut ada sejumlah rekan pengemudinya yang dipukul menggunakan popor senjata oleh aparat keamanan di Pos Jaga Pohon Puleh karena menyenggol drum yang dipasang di ruas jalan tersebut. Sebelum bergerak menuju Kantor Gubernur, di sekitar speed treck sempat mendengar bunyi ledakan bom hingga membuat panik dikalangan penumpang. Demi mendengar keluh kesah pengemudi dan kondektur tersebut, kontan Gubernur Latuconsina memerintahkan Walikota Chris Tanasale berkoordinasi dengan Komandan Sektor1/Ambon, Kolonel Inf A Siswanto untuk membongkar speed treck. Cuma pembongkaran barikadenya disesuaikan situasi dan kondisi. Para pengemudi akhirnya bergegas meninggalkan halaman Kantor Gubernur. (ate/eda) 5. Dugaan Penembakkan KM Anda 2 oleh Oknum Brimob Kapolda: Kalau Terbukti, tak Ada Ampunlah Ambon, Siwalima "Sementara ini kita memang sedang melakukan pemeriksaan, kalau terbukti tidak ada ampunlah. Untuk sementara, hasilnya mereka punya alibi yang kuat bahwa pada saat kejadian itu mereka tidak berada di situ. Tapi tetap kita lakukan pemeriksaan. Minimal ada pelanggaran kecil yang dia lakukan, misalnya dia tidak berseragam lengkap dan lain-lain. Penertiban akan kita lakukan seperti itu," ujar Kapolda Firman Gani, setelah mendengar langsung tuntutan membongkar polisi tidur oleh para pengemudi angkot di Posko Darurat Sipil, Kamis kemarin. Sedangkan menyangkut 3 oknum Polda Maluku, masing-masing Sertu Pol Iwan, Sertu Pol M Musaad dan Serda Pol Kaisapi, yang terjaring ketika pelaksanaan sweeping oleh Tim SGI di Mardika, Selasa (19/9), mantan ajudan Presiden BJ Habibie ini, mengaku, telah meminta keterangan dari aparat TNI yang menangkapnya, termasuk upaya koordinasi tentang kemungkinan hukuman yang dikenakan. Ketiga oknum aparat Polda tersebut diduga mengantongi senjata tanpa surat ijin. "Kalau dalam pemeriksaan terbukti membakwa senjata tanpa surat ijin, ya, pokoknya jangan khawatir. Kita tidak akan pernah ragu-ragu mengambil tindakan," tandas jenderal bintang satu ini. Kasus yang menimpa ketiga oknum Polda tersebut kini sementara dilakukan penelitian oleh Provost Polda. Pula Kapolda membenarkan kalau ketiga oknum Polda Maluku itu sedang diperiksa di Pomdam XVI Pattimura. Seperti yang diberitakan harian ini Kamis kemarin, selain 3 oknum Polda Maluku yang terjaring ketika mengadakan sweeping di Mardika, Tim SGI pun sukses menyita 1 pucuk pistol colt dan senjata AK47, magasen 2 buah, parang dan sangkur. Sedangkan menyangkut, seorang personil Brimob yang hilang tenggelam akibat ditembak di Tanjung Ouw Saparua, beberapa hari lalu, Firman Gani, mengatakan, telah menetapkan waktu pencarian selama lima hari. "Jika sampai batas waktu lima hari tidak ditemukan maka akan ditetapkan yang bersangkutan hilang dan meninggal dunia," jelasnya. Ditambahkannya, selanjutnya pihaknya akan melaksanakan langkah-langkah administratif menyangkut korban personil Brimob tersebut, kepada Markas Korps Brimob dan Mabes Polri. (eda/lai) From : Izaac Tulalessy - Wartawan Harian Umum Siwalima Ambon Received via e-mail from : Peter by way of PJS
|