Surat Dari Redaksi
Pembaca yang budiman,
selamat bejumpa kembali
dengan kami redaksi majalah "Suara Demokrasi". Setelah selang waktu yang
sedemikian lama, kali ini kami baru berhasil secara bertahap merampungkan
artikel2 yang kami sengaja pilih yang terbaik untuk anda. Kami, redaksi
Suara Demokrasi memohon maaf sedalam dalamnya atas keterlambatan penyajian
nomor ini yang seharusnya sudah beberapa bulan yang lalu selesai dicetak
dan di tayangkan dalam bentuk "Homepage". Juga kami memohon maaf kepada
para pembaca karena kami tidak membalas E-Mail anda sebagai mestinya. Kami
tidak berkehendak untuk mencari cari alasan guna menutupi kelalaian kami
dalam memenuhi janji kami untuk menyajikan majalah kecil ini dihadapan
anda tepat pada waktunya.
Sebagaimana kita ketahui,
sejak awal tahun 1997 ini masyarakat Indonesia harus merasa prihatin atas
jatuhnya korban jiwa, raga dan kerugian materiel serta moril yang tak terhingga
besarnya. Tahun 1997 adalah tahun dimana terjadi tragedi2 yang sifatnya
nasional. Diawali dengan kasus Sanggau-Ledo di Kalbar (menurut beberapa
sumber terdapat ribuan korban jiwa dan ratusan rumah hunian), rangkaian
pembakaran rumah2 ibadah kaum minoritas, rangkaian konfrontasi pisik berdarah
sebelum dan selama kampanye Pemilu, berjatuhannya korban akibat asap tebal
yang mengandung kuman penyakit dan bahkan racun sehingga 22 juta penduduk
(terutama kelompok rentan, yaitu orang tua, bayi dan anak kecil) menderita
sakit pernapasan dan komplikasi2 penyakit lainnya bahkan ada yang sampai
meninggal dunia (menurut mentri Kependudukan dan Pelestarian Lingkungan
Hidup Sarwono Kusumaatmaja, kebakaran di lebih dari 300 lokasi dengan luas
total 900.000 ha areal hutan itu bukan disebabkan oleh petani ladang tetapi
oleh konglomerat pemilik PIR dan pemegang HPH). Tentu saja musim kering
yang berkepanjang menambah dalamnya permasalahan.
Beberapa bulan setelah presiden
RI mendapat berbagai penghargaan dari berbagai badan ekonomi dunia, Indonesia
mengalami krisis ekonomi moneter yang mengakibatkan ratusan ribu pekerja
kehilangan mata pencaharian. Dengan demikian kaum penganggur dan setengah
menganggur yang jumlahnya sudah mencapai angka jutaan itu terus bertambah
pesat. Selain itu korban terus berjatuhan (hingga kini tidak kurang dari
500 penduduk meninggal dunia) akibat kelaparan yang melanda 5 kabupaten
di Irja, beberapa tempat di propinsi2 NTT, Kalteng, Sumsel, Lampung dan
bahkan Jateng! Memang saudara, korban jiwa sudah terlampau banyak.
Dalam nomor ini kami menyajikan
rangkuman dari rangkaian tragedi nasional diatas. Nomor depan kami berusaha
secara maksimal untuk mengetengahkan thema sistim kepartaian dalam rangka
reformasi sistim politik di Indonesia. Tentu saja kami berusaha keras untuk
menyajikannya dihadapan anda tepat pada waktunya. Bersama ini segenap staf
redaksi Suara Demokrasi,mengucapkan Selamat Hari Natal 25 Desember 1997
bagi yang merayakannya dan Selamat Tahun Baru 1 Januari 1998 untuk semuanya.
Nah, para pembaca yang budiman, selamat membaca dan sampai nomor yang berikut.
Kembali ke Daftar Isi