HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67
Copyright ©
1999/2000 -
1364283024
& 1367286044
|
|
From: "Andreas Limongan" <andreas_limongan@hotmail.com>
Subject: Bandit atau Pengacara?
Date: Sun, 27 May 2001 19:02:31 -0000
Bandit atau Pengacara?
Saya benar-benar sudah muak dengan tingkah laku para kuasa hukum yang katanya membela
hukum demi keadilan dan kebenaran, nyatanya mereka cuma membela "hukum" hanya untuk
menebalkan "dompet" mereka, maklumlah mereka memang dibayar mahal untuk
memutarbalikan fakta dan mencoreng keadilan di dalam hukum itu sendiri. Dasar para
pengacara tidak bermoral, moral mereka dapat mudahnya dibeli dengan segepok uang,
sementara orang-orang yang sudah ditindas, diperlakukan dengan tidak adil oleh para
"koboi-koboi" politik, para perusuh "yang beriman", para koruptor yang kotor, para rezim Orba,
mereka bungkam seribu bahasa sambil dengan entengnya berkata," Mana buktinya? Mana
buktinya? Mana surat panggilan resminya? Klienku sedang sakit, tidak bisa dipanggil. Ini surat
keterangan dokternya. Dsb, dsb, dsb." Rupanya para pengacara sekarang banyak yang ingin
mengikuti jejak dari kuasa hukum Pak Harto, Pak Juan Felix Tampubolon yang kaya
mendadak gara-gara membela Suharto. Inilah sebagian dari kebiadaban para pengacara
bajingan, saya ambil saja contohnya yang konkret yaitu Eggy Sudjana… eh maksud saya si
Eggy Durjana. Biarpun beritanya sudah agak usang, tetapi kebusukan para bandit hukum yang
mengaku pengacara tidak akan lapuk dimakan waktu. Inilah salah satu berita yang
menggambarkan sepak terjang dari seorang yang termasuk dalam kelompok bandit hukum
yang sedang getol-getolnya membela para bandit lainnya yang antara lain terdiri dari para
koruptor, perusuh, provokator, penjahat politik, dll. Saya khawatir jika keberadaan para bandit
hukum tidak "dibereskan", maka wajah hukum kita akan semakin rusak jadinya.
Kompas:
Eggy Sudjana Persoalkan Penangkapan Panglima Laskar Jihad
Andreas:
Judul beritanya saja sudah bisa ditebak arahnya ke mana. Dasar pengacara goblok! Yang
harus dipersoalkan bukan "penangkapannya" tapi "waktunya", kenapa baru ditangkap
sekarang, kenapa bukan ditangkap dari dulu-dulu. Setelah Maluku hancur lebur, barulah si
setan ini ditangkap. Justru persoalan waktunya yang harus dipermasalahkan bukan caranya,
atau kenapa ditangkap.
Kompas:
Eggy Sudjana, kuasa hukum Djafar Umar Thalib, Panglima Laskar Jihad Ahlus Sunah Wal
Jamaah mendatangi Korps Reserse (Korserse) Mabes Polri, Sabtu (5/5), pukul 14.30. Ia
memprotes cara polisi memperlakukan Djafar seolah seperti buronan.
Andreas:
Inilah salah satu kegoblokan dari pengacara kita, si Eggy Durjana yang mempersoalkan
kenapa si Jafar diperlakukan sebagai buronan. Justru yang harus dipersoalkan adalah jika si
Jafar diperlakukan sebagai pahlawan, jika si Jafar diperlakukan sebagai orang suci, jika si Jafar
dianggap sebagai tokoh utusan Allah S.W.T. Itulah yang harus dipersoalkan. POLRI ternyata
jauh lebih pintar daripada si monyet yang mengaku pengacara ini, yaitu dengan
memberlakukan si Jafar sebagai buronan. POLRI telah memberikan posisi dan "gelar" yang
tepat kepada si Jafar sebagai buronan. Semoga saja POLRI tidak berubah pikiran.
Kompas:
Dalam pernyataannya, Eggy Durjana mengatakan dirinya kesal dengan cara penangkapan
polisi terhadap Djafar yang memperlakukan kliennya seperti buronan.
Andreas:
Eggy kesal? Ini jelas-jelas bohong! Mana mungkin si Eggy kesal sementara dia dapat order
besar buat membela si setan ini. Bukankah karena order ini, dompet si Eggy tambah
menggembung. Dasar Eggy, rupanya dia pintar main sinetron juga! Ini cuma kekesalan yang
dibuat-buat!
Kompas:
Menurut Eggy, Panglima Laskar Jihad tersebut ditangkap di Bandar Udara Juanda, Surabaya,
Jawa Timur, ketika sedang transit.
Andreas:
Masalah tempat di mana si setan ditangkap tidak perlu dipermasahkan. Apakah itu mau di
hutan, mau di pantai, mau di lapangan sepak bolapun, kalau memang harus ditangkap ya
ditangkap. Si Eggy Durjana juga mempermasahkan si setan kenapa ditangkap waktu transit
yang notabene si setan ini sedang santai dan lengah. Hal ini justru menunjukkan kecerdikan
POLRI dalam menangkap si Jafar setan, buronan berbahaya ketika ia sedang lengah, karena
kalau harus menunggu si Jafar bersiap dulu ini namanya bunuh diri. Apa POLRI harus
menunggu si Jafar dandan dulu baru ditangkap? Apa POLRI harus menunggu dulu hingga Jafar
dan kambing-kambingnya berada dalam posisi "siaga militer baru ditangkap?" Si Eggy kalau
ngomong memang nggak pake otak.
Kompas:
Ia juga membantah keterangan di dalam surat penahanan bahwa kliennya sudah dipanggil dua
kali oleh Mabes Polri, tetapi tidak datang. Menurut Eggy, pernyataan di dalam surat
penahanan itu bohong.
Andreas:
Inilah contohnya pendusta membela pendusta. Mana mungkin Mabes Polri begitu ceroboh
sehingga lupa untuk mengirimkan surat penahanan kepada si setan. Sampai dua kali ngirim
lagi. Saya bisa mengerti si Eggy bisa ngomong begini, karena sampai seribu kalipun surat
penahanan dilayangkan kepada si Jafar, tidak mungkin si Jafar dengan sukarela menyerahkan
diri kepada Mabes Polri. Karena itulah, si Jafar ditangkap ketika dia transit. Proses
penangkapannyapun begitu sulit sampai POLRI mengerahkan lima belas petugas berpakaian
preman hanya untuk menangkap satu kambing.
Kompas:
"Padahal tidak pernah ada panggilan terhadap Djafar, itu kebohongan pihak kepolisian," ujar
Eggy. Ia juga heran dengan pertanyaan para penyidik terhadap kliennya. Di dalam surat
penahanan, kliennya dituduh atas dua hal yaitu menyebarkan rasa permusuhan terhadap
agama tertentu dan melakukan pembunuhan dan penganiayaan berat, sehingga
menghilangkan nyawa orang.
Andreas:
Si Eggy rupanya terus berdusta dan ingin berdalih rupanya. Si Eggy begitu heran terhadap
pernyataan para penyidik. Dia heran kenapa kliennya dituduh, pertama menerapkan syariat
barbar dengan seenaknya di negara Indonesia yang jelas-jelas adalah negara hukum, berarti
dia secara tidak langsung menghina kedaulatan negara Indonesia dalam hukum. Kedua, si
setan dituduh menebarkan rasa permusuhan terhadap agama tertentu. Ini sudah jelas, kita
tidak perlu jauh-jauh datang ke Maluku hanya untuk sekedar melihat kebiadabannya, cukup
anda lihat saja isi websitenya si kambing dungu di www.laskarjihad.or.id yang isinya hanya
ada provokasi, berita yang diputarbalikkan kebenarannya, pernyataan-pernyataan yang isinya
hanya membangkitkan permusuhan, tidak ada sama sekali berita yang sejuk atau pesan
kedamaian. Yang ada hanya propaganda kotor dari para kambing dungu. Yang diulas hanya
kebusukkan kaum Kristen dan RMS, sementara kebusukkan kelompok kambing dungu tidak
pernah diulas. Padahal kebusukkan kelompoknya jauh lebih berat dibandingkan dengan kaum
Kristen dan Muslim di Maluku. Ini yang namanya tahi semut di kepala orang lain kelihatan
sementara tahi kambing di mata sendiri tidak terlihat. Para kambing juga terlihat begitu
mati-matian untuk mempertahankan pernyataan supaya Kristen dan Muslim jangan sampai
berdamai. Karena kalau Kristen dan Muslim di Maluku berdamai, si Jafar dan pengikutnya
bakalan menganggur. Satu hal yang saya heran, websitenya kok ada yang pakai bahasa
Inggris, bahasa Inggris kan bahasanya orang kafir. Inilah munafiknya para kambing, benci ke
orang kafir, tapi pakai bahasa orang kafir. Mailing listnya juga nebeng ke webmaster dan yahoo
yang jelas-jelas milik orang kafir. Wahai Eggy, masihkan kamu mau berdalih?
Kompas:
"Tetapi pada saat pemeriksaan polisi sama sekali tidak mengeluarkan bukti-buktinya. Dalam
konteks ini saya melihat lebih banyak unsur politisnya, karena di surat kabar Suara Maluku,
empat bulan lalu Keuskupan Amboina, Uskup Mandagi menyebutkan bahwa nasib Djafar akan
sama seperti Eurico Guterres (Wakil Panglima Pejuang Pro Integrasi)."
Andreas:
Tidak usah berdalih, Eggy. Kalau memang harus ditangkap, kenapa harus berdalih bahwa itu
ada unsur politisnya, ada unsur itunya, atau unsur ininya. Apakah kepergian Jafar beserta
pasukan pengacau ke Maluku juga tidak dimuati unsur politis? Lalu si Eggy ini mencoba
mengubung-hubungkan nasib si Jafar dengan Guterres yang notabene sama-sama bangsat.
Bedanya yang satu bersembunyi di belakang agama, yang satunya lagi bersembunyi di
belakang nasionalisme, namun kedua-duanya adalah sama-sama pembunuh berdarah dingin
yang banyak menumpahkan darah orang-orang yang tidak berdosa.
Kompas:
Jadi menurut Eggy Sudjana ada target tertentu yang berbarengan dengan kepentingan yang
belum jelas. "Kalau memang mau ditangkap kenapa baru sekarang dan lagipula kenapa
Panglima dari agama lain tidak ikut ditangkap. Kalau bicara soal pembunuhan kasus Ambon,
pada saat kemarin suasana di Ambon memang perang," tegas Eggy.
Andreas:
Saya tidak mengerti target tetentu mana yang dimaksud Eggy. Si Eggy ini memang selalu
ingin berdalih. Dia terpaksa sedemikian rupa bersilat kata dengan Mabes Polri, supaya
kebusukan dirinya tidak tercium oleh hidung dari orang-orang yang masih peka dengan hukum.
Suasana di Ambon pada waktu itu memang perang, namun siapakah pelopor dan perintis
utamanya dari peperangan besar di Ambon tersebut, kalau bukan kliennya si Eggy, yakni Jafar
Kambing.
Kompas:
Ia mengaku datang ke Mabes Polri untuk melakukan langkah hukum berupa penangguhan
penahanan dan pra peradilan. Tetapi ia mengaku bahwa ia dan kliennya salah waktu, sebab
mulai hari ini, Sabtu (5/5) sampai Senin (7/5) adalah hari libur. "Saya kira ini sudah dihitung
betul oleh polisi," katanya.
Andreas:
Kok aneh ya, orang goblok begini bisa jadi pengacara? Sudah tahu hari itu libur malah datang
ke Mabes Polri. Pantas saja masalah-masalah yang menyangkut hukum di negara kita nggak
beres-beres, yang ngurus hukumnya saja orang goblok.
Kompas:
Eggy juga meminta kliennya untuk tidak menandatangani Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
dengan alasan sampai sekarang mereka masih mempersoalkan cara penangkapannya.
Walapun demikian, Eggy mengaku kliennya menjawab semua pertanyaan yang diajukan
penyidik. "Tapi yang saya heran, sama sekali tidak ada pertanyaan tentang rajam padahal
Kapolri di salah satu televisi swasta mempermasalahkan soal rajam. Tapi dipemeriksaan yang
ditanyakan justru soal perang di Ambon. Bagaimana ia memberangkatkan pasukannya ke
Ambon dan sebagainya," jelasnya.
Andreas:
Inilah salah satu upaya provokasi yang dilakukan Eggy si provokator hukum terhadap Jafar si
provokator agama. Terlihat jelas hubungan antara kedua orang ini betul-betul akrab karena
sama-sama pendusta. Masalah yang ditanyakan Kapolri adalah urusan Kapolri, itu bukan
urusanmu Eggy!
Kompas:
Eggy mengaku khawatir bahwa suasana di Ambon yang dinilainya sudah cukup kondusif akan
menjadi keruh lagi karena picu yang dimulai oleh polisi. Ketika ditanya apakah penangkapan
terhadap Djafar akan berakibat datangnya massa pasukan jihad? Eggy mengatakan mungkin
saja mereka akan disini (Mabes Polri), mau ditahan bersama-sama Panglimanya. "Saya kira
mereka pasti kesini karena tadi pukul 14.00 sudah berangkat," tukasnya.
Andreas:
Yang memicu suasana di Ambon menjadi keruh bukan karena polisi, tetapi karena
kambing-kambing dungu itulah yang selalu tidak merasa senang jika Maluku kembali damai
dan aman. Justru ketika si Jafar ditangkap, suasana di Ambon dan sekitarnya malah semakin
kondusif. Ini terbukti bahwa siapa pengacau yang sesungguhnya bisa ditebak. Tentu saja para
kambing dungu lainnya tidak akan sudi jika bosnya ditangkap, karena mereka akan merasa
sedih sekali dan merasa begitu kehilangan, jika Jafar "tercinta" ditahan oleh Polri. Bisa
dibayangkan jika Jafar ditawan oleh polisi, maka tidak akan ada lagi orang yang memimpin
aksi penjarahan ke rumah orang-orang kafir, tidak akan ada lagi aksi penyelundupan bendera
RMS "made in Galunggung", tidak akan ada lagi aksi pemerkosaan masal terhadap para
wanita-wanita Ambon yang tidak berdosa, tidak akan ada lagi aksi pembobolan gudang senjata
milik Brimob di Ambon, tidak akan ada lagi aksi pembakaran asrama Polda Maluku di Tantui,
Ambon, dsb. Ini berarti, jika si Jafar ditahan berarti lapangan kerja para "spesies" yang sejenis
Jafar akan tertutup, karena Jafarlah perintis dari lapangan pekerjaan ini yakni jadi laskar jahad.
Namun lapangan kerja yang baru muncul juga ketika si Jafar ditahan, ini terbukti bahwa si
Eggy Durjana dengan rekannya yang sama-sama bejad yaitu Ulardjono mendapat order besar
untuk membela penjahat ini. Dan ini berarti bahwa dompet kedua orang ini tambah
menggembung saja. Jadi kesimpulan akhir, bandit ataukah pengacara?
Received via email from: Alifuru67@yahoogroups.com
Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/maluku67
Send your comments to alifuru67@egroups.com |