HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67
Copyright ©
1999/2000 -
1364283024
& 1367286044
|
|
From: "Joshua Latupatti" <joshualatu@hotmail.com>
Date: Tue, 06 Mar 2001 13:01:27
MANUSIA PENDUSTA MANUSIA (1)
download artikel Tanggapan-tanggapan Joshua Lainnya
Salam Sejahtera!
Saudara-saudara sebangsa,
Pada akhirnya, Gubernur Maluku, Dr. Ir. Saleh Latuconsina mengeluhkan "beberapa media
nasional" yang selama ini sangat gemar "memutarbalikkan fakta tentang Ambon/Maluku"!
Tidak ketinggalan, para wartawanpun ikut bersepakat untuk "memberitakan kebenaran"!
Anggaplah ini suatu kemajuan, walaupun dilakukan 'setelah' belasan atau bahkan puluhan ribu
orang menjadi mayat, ratusan ribu orang terpisah dari rumah dan kampung halaman, ribuan
rumah musnah, dan ratusan juta yang lain, yang sudah 'tercemar' dengan berita dusta serta
hasutan murahan!!! Hikmahnya bagi saya pribadi ialah bahwa apa yang selama ini saya
katakan sebagai 'dusta dan hasutan tentang Ambon/Maluku', sudah mendapatkan
"pengesahannya"!!!
Anda mungkin bertanya tanya, siapa-siapa saja yang kali ini masuk di dalam daftar
"manusia-manusia pembohong"! Seperti biasanya, ada yang baru, dan ada yang lama! Yang
baru mungkin hanya berarti 'baru disebutkan Joshua', sedangkan yang lama tidak terlepas dari
"kelompok pendusta terkenal" yaitu "laskar jahad ahlus dusta wal hasut"!!!
Berita lengkap dari cuplikan-cuplikan di bawah ini, dapat saudara lbaca sendiri pada
situs-situs, 'maluku.org/hain', 'egroups-ambon messages' dan 'laskarjihad'! Mari kita kupas kulit
mereka!!
Source Jakarta Post
Date 2001-03-03
'It's impossible to bring total peace in Malukus'
FIRMAN GANI:
"Basically we are wary about the fragile calm in Maluku. Many contributing factors are involved
here, from the social-cultural character of Maluku people who are known to have hot tempers to
the fact that there are complex security problems and that distrust among all elements of
society runs high," Firman Gani said.
JOSHUA:
Saya percaya, masalah utama bagi seorang "Kepala Keamanan" di Ambon/Maluku bukanlah
"fragile calm" atau "solid calm", tetapi "calm" itu sendiri. Firman Gani mendasari kekuatirannya
pada sifat orang Ambon/Maluku yang 'temperamental', tanpa berpikir bahwa "mereka yang
temperamental ini, sudah hidup ratusan tahun, paling tidak, di dalam damai dan
persaudaraan"!!! Kekuatiran yang 'mencurigakan' ini dapat digunakan untuk menyalahkan
warga Ambon/Maluku, jika timbul kerusuhan baru, padahal pecahnya kerusuhan disebabkan
oleh adanya 'Komando Siluman Wijaya III', misalnya!! Cobalah sekali-sekali, Firman Gani
menyentuh inti permasalahan, untuk menunjukkan 'niatnya yang murni untuk menciptakan
keamanan dan menegakkan kembali supremasi hukum di Ambon/Maluku!!!
FIRMAN GANI:
He cited the high level of the illegal possession of weapons and presence of outsiders such as
Lasykar Jihad as adding to the problems.
JOSHUA:
Ini bukan 'cerita baru' lagi Gani! Jangankan "senjata dan amunisi gelap", "personil TNI/Polri
gelap"-pun ikut berkeliaran di sini!!! Masalahnya adalah, "Apa yang sudah Firman Gani
usahakan untuk mengatasi masalah tersebut?" Setelah mampu mengatakan bahwa "laskar
plastik menambah masalah", mengapa "juru hasut bergelar ustadz", si "jaffar umar plastik",
masih bebas keluar masuk Ambon/Maluku sambil menebar racun permusuhan? Apa yang
sudah dilakukan dengan "ke-12 anak asuhan iblis" yg. kedapatan membawa "perlengkapan
perang ketika sholat"?????
FIRMAN GANI:
"The conflict in Maluku has not been handled properly by the government and has been allowed
to roll on like a giant snowball," he said.
JOSHUA:
Sebagai seorang "Brigjen Polisi", Firman Gani seharusnya sudah tahu, apa yang dihadapi oleh
Pemerintah! Penyusupan "laskar plastik" ke Ambon/Maluku adalah "bukti" pembangkangan
sekelompok perusuh terhadap "Perintah Presiden"!!! Hal ini tidak mungkin terjadi, jika
kelompok perusuh ini "tidak punya backing yang kuat, baik di dalam tubuh Pemerintahan & elit
Politik, maupun di dalam tubuh TNI/Polri sendiri!!! Firman Gani jangan lekas lupa diri dan
mengekor para elit politik busuk di Jakarta sana untuk "membuang sampah ke Pemerintah"!!!
Dosa Firman Gani di dalam kasus Komando Siluman Wijaya II masih belum dihapus!
FIRMAN GANI:
"They are losing faith that the central government will help them to end this.. and at the same
time many security forces' personnel are also involved in the conflict because, basically, the
Maluku conflict affects all Indonesians. The police chief, the military commander, the governor..
all of us are emotionally involved in the conflict," he said.
JOSHUA:
Sebagai manusia biasa, kita 'diberkati' Tuhan dengan emosi! Tetapi, Tuhan juga
'menganugerahkan' pikiran sehat bagi setiap kita untuk mendampingi emosi tersebut!!! Apa
yang akan Firman Gani berikan sebagai "bekal" kepada anak buahnya, jika dia sendiri mencari
'pembenaran diri' di dalam 'kewajaran keterlibatan emosional'??? Saya tidak menentang
keterlibatan emosional di dalam menangani konflik Ambon/Maluku, selama emosi itu masih
didampingi oleh akal sehat! Dengan mengandalkan akal sehat, seorang pemimpin akan
mampu menekan emosi yang lain, kecuali 'emosi kemanusiaan'-nya, atas penderitaan sesama
manusia di depan matanya!!! Oleh sebab itu, dia akan melakukan yang terbaik, menurut
keadilan dan kebenaran, untuk menghentikan kesengsaraan tersebut!!! Itulah emosi
kemanusiaan yang dikontrol oleh akal sehat seorang manusia berTuhan!!!
FIRMAN GANI:
"In this situation we do not need evidence. All we need are indications that a soldier or police
officer is partial. Then we'll get rid of him. So far, I have transferred 600 police officers,
dishonorably discharged 16 and imposed sanctions on 87 others," Firman asserted.
JOSHUA:
Saya mohon maaf jika kemudian terbukti bahwa saya 'ketinggalan kereta', tetapi saya 'belum
pernah melihat bukti dari pernyataan di atas, di dalam media apapun'!! Semuanya lebih berbau
misteri kucing di dalam karung'!! Oleh sebab itu saya katakan bahwa "dosa Firman Gani di
dalam kasus Komando Siluman Wijaya II, belum terhapuskan"!!! Maaf Pak Gani, saya juga
berusaha keras mengotrol emosi saya dengan akal sehat, kearah kemanusiaan di dalam
hubungan Pela & Gandong, Salam - Sarani, dengan tidak mengabaikan kesengsaraan
saudara-saudara BBM, yang adalah "korban sembelihan saudara seiman", dengan
menggunakan parang warga Kristen Ambon/Maluku!!!
RYAAS RASYID:
KOMPASSelasa, 27 Februari 2001
Opini
Faktor-faktor Penyebab Disintegrasi Bangsa dan Bubarnya Suatu Negara
Oleh M Ryaas Rasyid
Kelima, demoralisasi tentara dan polisi dalam bentuk pupusnya keyakinanmereka atas makna
pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sebagaibhayangkari negara. Demoralisasi itu, pada
kadar yang rendah dipengaruhioleh merosotnya nilai gaji yang mereka terima akibat krisis
ekonomi. Kemerosotan itu umumnya terjadi akibat inflasi. Tetapi dalam kasus tertentuhal itu
diakibatkan oleh kebijakan pemerintah untuk menurunkan gaji merekaatau membayar kurang
dari 100 persen dan sisanya menjadi utang pemerintah.
JOSHUA:
Pertama, jika bicara tentang 'demoralisasi', kita seharusnya bicara tentang 'manusia' secara
keseluruhan! Jika 'demoralisasi' dihubungkan dengan masalah 'ancaman disintegrasi
bangsa',maka kita harus berbicara tentang 'seluruh komponen bangsa'! Disintegrasi tidak
tergantung hanya pada sikap TNI/Polri! Disintegrasi bangsa yang mengancam dewasa ini,
justeru lebih banyak disebabkan oleh "demoralisasi elit-elit politik di Pusat"!!! Menggunakan
'standar upah' sebagai dasar demoralisasi anggota TNI/ Polri adalah tindakan
'penggeneralisasian' yang 'tidak jujur'!!! Masih banyak 'tentara dan polisi' yang bukan "parajurid
upah", dan yang tidak terkontaminasi oleh kecenderungan buruk akibat krisis ekonomi!!!
RYAAS RASYID:
Pada tingkat tinggi, demoralisasi itu berupa hilangnya kepercayaan merekaterhadap nilai
pengabdian setelah mengalami tekanan-tekanan psikologis yangberat dalam waktu lama
akibat krisis politik yang akut. Dalam situasiseperti ini, tentara dan polisi yang seyogianya
mencegah konflik sosial malah bisa tergiring untuk mengambil bagian dalam konflik itu dengan
berbagai alasan.
JOSHUA:
Menyebutkan istilah "waktu yang lama", tanpa mengidentifikasi "era kekuasaan" yang ada di
dalamnya, juga tindakan yang tidak jujur!!! Orang akan digiring untuk hanya memperhatikan
Pemerinta yang ada sekarang ini, dan menghubungkannya dengan berbagai konflik yang
menjamur belakangan ini, tanpa sempat berpikir bahwa apa yang sedang kita alami sekarang
adalah "longsoran timbunan sampah yang membusuk", yang ditumpuk selama 32 tahun
pemerintahan ORBA!!! Dengan mengambil pepatah orang Ambon bahwa "ikan membusuk
mulai dari kepalanya", kita bisa mendapatkan gambaran yang benar bahwa "demoralisasi"
yang kita bahas sekarang, mulai terjadi pada zaman pemerintahan ORBA, mulai dari
"kepala-kepala", baik di dalam tubuh sipil, maupun di dalam tubuh militer/polisi!!! Begitupun,
yang terdemoralisasi masih lebih bersifat 'oknum' daripada 'institusi'! Ungkapan terakhir,
"dengan berbagai alasan", akhirnya malah meluruhkan seluruh argumentasi tentang "nilai-nilai
pengabdian yang diukur dengan standar upah", sebagai biang demoralisasi!!!
RYAAS RASYID:
Secara teoretik, ketika negara tidak lagi memberi harga yang pantas terhadap pengorbanan
tentara dan polisi dalam menjaga integrasi bangsa, maka tempat paling aman bagi
segmen-segmen tertentu dari merekaadalah kelompok-kelompok sosial di mana mereka bisa
mengidentikkan dirinya. Karena itu, demoralisasi tentara dan polisi amat rawan terhadap
perluasan dan intensitas kon flik sosial yang sedang terjadi.Keterlibatan yang luas dari tentara
dan polisi dalam konflik sosial akan mengkonversi konflik itu sendiri menjadi perang saudara
yang justru merupakan episode terakhir dari proses disintegrasi bangsa dan keruntuhan
sebuah negara.
JOSHUA:
Saya berpendapat bahwa teori di atas terlalu dangkal! Penghargaan terhadap pengabdian
seseorang(bukan hanya tentara/polisi) tidak selalu harus berupa uang (upah)! Tidak semua
orang memberikan pengabdian kepada bangsa dan negaranya hanya karena pertimbangan
materiil, uang! Tentara dan Polisi bukanlah "anjing penjaga integrasi"! Seluruh komponen
bangsalah yang harus menjaga dan bertanggung jawab terhadap integrasi bangsa!! Dengan
mengunakan "tangan besi", Tentara dan Polisi mungkin mampu memelihara keutuhan fisik
teritorial dari sekelompok orang, sebagai suatu bangsa, tetapi Tentara dan Polisi tidak akan
mampu mencegah "kebocoran dan kekeringan integritas" dari pribadi atau kelompok yang
kehilangan makna dari konsep berbangsa dan bernegara itu sendiri!!! Sebagian anggota
TNI/Polri malah mungkin termasuk mereka yang bingung dan kehilangan makna dari konsep
berbangsa dan bernegara, tetapi pasti, itu bukan karena masalah upah (uang)!!! Ryaas Rasyid
seharusnya lebih tahu tentang hal itu!!!
(ke bagian -2)
Salam Sejahtera!!!
JL.
Received via email from: Alifuru67@egroups.com
Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/maluku67
Send your comments to alifuru67@egroups.com |