KAMPUANG NAN JAUH DIMATO DAKE

KAMPUANG NAN JAUH DIMATO DAKE’ DIHATI

Kampungku bernama Padang Luar, mungkin orang padang yang mendengar atau membaca ini berfikir padang luar itu pasti di bukit tinggi, Namun kenyataannya berbeda, Padang Luar yang saya maksudkan adalah Padang Luar yang terletak di Kabupaten Tanah Datar, Kecamatan Rambatan,Batu Sangkar atau bisa di sebut Juga Padang Luar Tigo Koto, karena memang terbagi tiga wilayah, yaitu Padang Luar, Turawan,dan Galogandang.

Padang Luar : Padang Luar ini mungkin bisa saya simpulkan sebagai desa yang teramat aneh dikarenakan jikalau saudara mampir kesana, saudara akan terheran-heran dibuatnya karena hampir semua rumah yang ada dipinggir-pinggir jalan disana layaknya rumah yang ada di Pondok Indah, padahal hasil bumi atau industri disana hampir bisa dibilang tidak ada,yang ada hanya pembuatan kerupuk singkong itupun industri yang bersifat individu, dan keberadaan penghuni rumah-rumah tersebut juga tidak ada karena memang penghuninya pergi merantau dan rumah-rumah ini hanya ramai menjelang perayaan hari-hari besar seperti Idul Fitri, Namun Orang Padang luar yg membaca ini jangan berbangga hati dulu, karena dikaki-kaki bukit masih banyak rumah gubuk bahkan lantainya pun beralaskan tanah,dan itu membuat perbedaan yang amat mencolok kalau dilihat dari atas langit,dan itu tugas kita semua untuk membenahi ini semua, tapi ada satu kebanggaan bagi masyarakat padang luar khususnya masyarakat Sumatra barat/Padang, bahwa mereka semuanya Muslim(islam),bahkan ada sebutan bagi kami bahwa bila mereka bukan muslim, berarti mereka bukan orang Padang. 

Pintu gerbang padang luar ini terletak di Batu Gadang, kebetulan batugang ini terletak di halaman rumah saya, yang mithosnya didalam batu gadang ini terdapat ular sanca (dukun disana yang bilang lho “tapi jangan percaya he”). Yang aneh dari batu ini, adalah terdapat jejak kaki kerbau dan telapak tangan, yang katanya jejak ini adalah jejak kerbau sibinuang mithos yg terkenal di sumatra barat itu. (wah tambah nyasar nih artikelnya). ………Okeh kita kembali ke Desa yang dinamakan Padang Luar Tigo koto…...

Dibalik semua itu, Padang luar ini termasuk daerah yang sangat indah sekali, karena letak geografisnya yang strategis, yang mana kampung ini di kelilingi bukit, jikalau kita memasuki kampung Padang Luar ini, di sebelah kanan kita akan menemukan Bukit yang sangat besar yang disebut Bukit TABASI, yang mana mitosnya bukit ini dulu sama besarnya dengan gunung Berapi, bukit tembasi dan gunung berapi pernah terjadi perkelahian, akibatnya bukit Tebasi terbelah dua, dan belahannya terdampar di Balimbiang, mungkin bisa dilihat disana, bukit dibalimbiang sama percis bentuknya dg Bukit Tebasi (heheh mitos yg sangat aneh), Adapun mitos yang lain, dimana Bukit Tebasi ini didalamnya ada Emas sebesar Masjid, sampai saat ini tidak ada yg sanggup menggalinya, karena pernah dahulu orang jepang mencoba menggali bukit ini, lalu meninggal dunia ( tapi Saudara jangan percaya ya, itu syirik heheh).  Lalu dari Sebelah kiri kita akan melihat bukit Taratai, dan didepan kita akan menemukan bukit  Aur Serumpun dan Aur bariri (aur berjejer), di bukit Aur serumpun inilah kita bisa melihat semua sisi padang luar layaknya sebuah kota yang terletak di kawah gunung dan disisi satu lagi kita bisa melihat danau Singkarak nan elok (Ikan Bilih yang langka dan danau yang berombak) & jalur Lintas Sumatra. Di Bukit Aur Serumpun ini juga sering dipakai ajang berburu babi yang sangat di gemari oleh seluruh penCINTA buru-babi diSumatra Barat, bukan saja keindahan alamnya yang bagus namun juga lokasi perburuan yang menyenangkan, karena tidak begitu banyak pohon dan semak-semak disana, dan kita bisa dengan puas menonton anjing berburu, hanya dengan duduk di Puncak bukit Aur Serumpun.

Turawan :        Untuk Turawan ini tidak banyak yang bisa saya ceritakan karena memang wilayahnya tidak terlalu besar, hanya ada pasar kecil yang disebut pasar jum’at dan sebagai gerbang untuk masuk ke padang luar dan galogandang, karena letaknya memang terdepan diantara dua desa yang lain, tapi disitu ada mitos-mitos yang sangat menarik yang bisa saya sampaikan yaitu dimana disana terdapat sungai yang cukup besar, sungai ini konon tempat pelintasan ular naga untuk bunuh diri keair panas, dan disungai ini juga tempat pemandian putri-putri dari alam gaib yang cantik rupa, dan anak-anak mereka inilah penghuni sampai sekarang desa turawan ini, terbukti dari orang-orangnya yang putih-putih dan cantik-cantik. ( itu mithos loh, krn ada juga yg jelek hehe)

Galogandang : Sebuah desa yang lebih kreatif dalam membangun desanya dibandingkan dengan desa Padang luar dan Turawan, karena di desa ini banyak industri-industri kecil awalnya, kabarnya sekarang sudah menjadi besar, industri tersebut adalah industri pebuatan tembikar (tungku dari tanah) dan industri pembuatan batu bata.

Galogandang ini juga wilayahnya hampir mendekati kaki dari gunung berapi, dan dari sinilah gunung berapi yang berdiri gagah sebagai salah satu penyangga terindah disumatra barat dapat kita lihat dengan jelas.

( Demikian sedikit penjelasan saya mengenai kampung halamanku, yang di Sebut PADANG LUAR TIGO KOTO, kalaupun ada sedikit kritikan sana sini, hal ini gunanya untuk menggugah para perantau untuk lebih memperhatikan kampungnya, terutama desa Padang Luar.) Hujan Ameh di Nagari Urang, Hujan batu di Nagari Awak, elok Juo kampuang halaman. Dan supaya lebih meng-akrabkan anak-anak muda setiga koto ini, yang sekarang sedikit demi sedikit sudah lebih kompak terbukti digelarnya kompetisi bola bersama berlangsung sukses yang diadakan dipadang luar dan InsyaAllah juga Idul fitri Tahun 2004 akan diadakan Pulang Basmo seTIGO KOTO.

Kabupaten Tanah Datar

WILAYAH agraris dengan suhu udara berkisar 12–25 derajat Celsius ini termasuk daerah yang diuntungkan oleh alam dan kondisi perekonomian daerah sekitarnya. Sektor pertanian, industri, perdagangan, dan jasa menjadi penopang perputaran ekonomi daerah.

PADA tahun 2001, kegiatan usaha yang dihasilkan sektor pertanian memberikan kontribusi 37 persen atau Rp 625 miliar. Meski tidak dapat dikatakan dominan terhadap total kegiatan usaha, usaha pertanian menyerap 56 persen penduduk usia kerja.

Lahan pertanian yang subur dan potensial untuk diolah hanya meliputi 59 persen wilayah kabupaten. Komoditas andalan sektor pertanian adalah padi dan tanaman hortikultura. Tanaman padi mampu panen sepanjang tahun dengan mengandalkan air pegunungan. Produksi padi yang merata di setiap kecamatan selalu surplus. Tahun 2002, misalnya, padi surplus 70.000 ton beras. Kelebihan produksi beras didistribusikan ke Jambi dan Riau.

Satu langkah inovatif Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar adalah membuat terobosan baru dengan mengembangkan tanaman hortikultura organik. Jerami padi yang menumpuk setiap habis panen, selain untuk pakan ternak, diolah menjadi pupuk kompos guna memupuk tanaman hortikultura yang sedang dirintis.

Dalam tahap awal dikembangkan 6,5 hektar sayuran organik. Beberapa produk hortikultura organik yang dihasilkan adalah brokoli, selada merah, selada hijau, labu siam, dan wortel. Hasil pertanian organik dipasarkan di pusat sayuran organik di tepi Jalan Padang Panjang–Bukit Tinggi. Bahkan, beberapa di antaranya menembus pasar supermarket di Padang.

Komoditas jagung dan kacang tanah dibudidayakan di seluruh kecamatan. Tahun 2002, produksi jagung 10.744 ton dan kacang tanah 1.014 ton. Produksi jagung cukup menonjol di Kecamatan Rambatan, Salimpaung, dan Lima Kaum. Sementara, kacang di Kecamatan Rambatan, Batipuh, dan Pariangan. Selain menyuplai kebutuhan lokal, produk pertanian juga diperdagangkan ke Pekanbaru dan Padang.

Tanaman perkebunan yang masih menjadi unggulan Tanah Datar adalah kayu manis (cassiavera) dan kopi arabika. Kayu manis yang banyak digeluti petani di setiap kecamatan merupakan komoditas ekspor unggulan. Tahun 2001 produksi kayu manis 1.835 ton yang dipanen dari lahan 5.682 hektar. Tanaman hias dan bunga potong akan segera dikembangkan di daerah yang suhu udaranya sejuk, seperti Kecamatan Sepuluh Koto dan Pariangan di lereng Gunung Merapi.

Dinas Pertanian mencatat penurunan produksi pertanian lima tahun terakhir. Sebagai daerah agraris yang boleh dikatakan tidak memiliki hambatan pengairan dan kesuburan tanah, kemerosotan produksi cukup merisaukan. Hal ini disebabkan masih banyak hama yang menyerang tanaman pertanian, seperti wereng. Di samping itu, terjadi alih usaha petani yang semula bertanam padi ke tanaman cabe atau komoditas yang laku di pasar serta lintas sektoral yang semula petani menjadi pedagang atau perajin.

Secara makro, kelompok usaha tersier-perdagangan, pengangkutan, keuangan, serta jasa-tahun 2000 mendahului kontribusi kelompok usaha primer, terdiri dari pertanian dan pertambangan sebagai penyumbang terbesar kegiatan ekonomi. Akibatnya, terjadi pergeseran pada 2001 di mana kelompok usaha tersier menyumbang 41,5 persen, sedangkan usaha primer 39 persen.

Perubahan iklim kegiatan usaha ini dapat dimaklumi, melihat perkembangan kecamatan-kecamatan yang saat ini berjumlah 14. Wilayah barat Tanah Datar berbatasan dengan Kota Padang Panjang yang berkembang cukup pesat. Kegiatan ekonomi di Kota Padang Panjang langsung berdampak pada Kecamatan Sepuluh Koto dan Batipuh. Aktivitas perekonomian kedua kecamatan tersebut bertopang pada perdagangan komoditas hasil pertanian dan industri kecil kerajinan. Begitu pula pengaruh Kota Sawahlunto di selatan yang berbatasan dengan Kecamatan Padang Ganting dan Lintau Buo. Masyarakat di Kecamatan Rambatan, Lima Kaum, Tanjung Emas, Sungayang, dan Sungai Tarab terkena imbas kegiatan ekonomi di Batu Sangkar.

Pertumbuhan perdagangan besar dan eceran yang menyerap 20.196 tenaga kerja mencapai 3,4 persen. Pertumbuhan sektor industri 2,8 persen tiap tahun sejak tahun 1998 ikut mendorong perdagangan yang bertumpu pada produk industri kerajinan. Dari 7.832 unit usaha industri kecil, terdapat 567 unit usaha pertenunan dan sulaman menjamur di Tanah Datar.

Tenunan Pandai Sikek adalah salah satu maskot kerajinan tangan Tanah Datar. Dalam satu jam, penenun merajut 880 helai benang sepanjang dua cm. Selendang kain songket berukuran 160 x 35 cm diselesaikan dalam waktu dua bulan.

Selendang kain songket Pandai Sikek kualitas nomor satu dihargai Rp 1,5 juta. Sementara, kualitas kelas dua Rp 800.000 dan kualitas paling rendah (nomor tiga) Rp 600.000. Selain karena proses penenunan yang makan waktu lama, bahan baku pun, berupa benang emas, masih diimpor dari India. Bahan baku lainnya, seperti benang sutra dan katun sudah dapat dibeli di pasar lokal, terutama di Padang. Kegiatan usaha perdagangan dengan komoditas pertanian dan industri kerajinan ini terpusat di jalur lintas Sumatera dan obyek wisata seperti Kecamatan Sepuluh Koto, Pariangan, serta ibu kota kabupaten.

Kabupaten Tanah Datar yang dikelola dengan mengadopsi pola manajemen perusahaan menunjukkan kemajuan. Dalam kurun waktu tiga tahun terjadi peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Pada tahun 2000, pemasukan PAD Rp 1,7 miliar. Dua tahun kemudian naik menjadi Rp 11,3 miliar. Tahun 2003 PAD ditargetkan menyumbang kas daerah sekitar Rp 15 miliar, di mana 60 persen berasal dari kutipan retribusi dan pajak daerah, dan sisanya dari bunga cash management. Perolehan ini menjadi tidak berarti kalau tingkat kesejahteraan masyarakat tidak terangkat. Sebab, seluruh perolehan keuangan tersebut harus dikembalikan lagi kepada kepentingan masyarakat.