The Cross
Under the Cross

Listen to the News
English
Indonesian
Search
Archives
Photos
Pattimura
Maps
Ambon Info
Help Ambon
Statistics
Links
References
Referral

HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67

Copyright ©
1999/2001 -
1364283024
& 1367286044


Ambon - Island 

 

AMBON Berdarah On-Line
About Us

 

 

  Ambon Island

  Ambon City

 

 

   Latupatti

  Want to Help?

REPORT AMBON SEPTEMBER 2001

Situasi Ambon:

Situasi di Ambon relatif tenang walaupun secara sporadis jihad terus menerus berusaha menyerang dengan cara melakukan penyusupan, penembakan, pemboman, dll. Namun hal tersebut dihadapi dengan sangat tegas oleh aparat Yon Gab (Yonif Gabungan Satuan Marinir, Kopasus dan Kostrad, Brimob) yang konon merupakan pilihan terakhir bagi Indonesia untuk menempatkan Pasukan Penjaga Perdamaian hasil kompromi dan kesepakatan dengan PBB, demi menghindari masuknya Tentara PBB.

Dalam waktu dekat pasukan YONGAB tersebut akan di tarik, dan hal ini tentu akan dimanfaatkan oleh pasukan jihad untuk menyerang kembali secara frontal daerah-daerah kristen menjelang natal 2001 nanti.

Jika terjadi penarikan satuan YONGAB, itu adalah hasil upaya laskar jihad yang menghadap WAPRES sekitar bulan lalu (Juli-Agustus-Red). Natal berdarah di Poso dan Ambon nanti adalah suatu upaya terakhir yang berulangkali mereka coba lakukan untuk segera menguasai seluruh daerahh kristen. Target mereka adalah tahun 2002 sudah harus bisa memulai program islamisasinya di Indonesia melalui pembuatan UU Islam dan pemberlakuan Syariatnya, maka tahun 2001 kasus Poso dan Maluku sudah harus dapat diatasi dan dikuasai. Untuk itu semua anak-anak Tuhan tetap berdoa sebab penyertaan Tuhan juga selalu nyata di tengah-tengah umatnya.

Serangan Jihad pada bulan Agustus dan September 2001

Pemboman warung makan

Sekitar pukul 10.15 Wit. Senin 927/08/01), sebuah bom diledakkan di sebuah warung makan milik warga kristen di ruas Jl Latuharhari, sekitar komplek PGSD Mangga Dua, Nusaniwe, yang berbatasan dengan daerah muslim di seputaran belakang gereja Silo dan Soa Bali, Ambon. Ledakan itu menewaskan empat orang dan melukai 16 orang lainnya serta meratakan kios tersebut.

Para korban adalah para pengunjung warung makan dan tukang ojek yang mangkal di depan kios itu. Seluruh korban mengalami luka parah dan kulitnya hangus terbakar. Seorang korban kehilangan mata kirinya.

Korban tewas dilokasi kejadian adalah pemilik warung makan, Anita Lesnusa (25). Sementara, para korban yang mengalami luka serpihan bom dan kulit mengelupas akibat luka bakar tersebut langsung dibawa ke rumah sakit daerah (RSUD) Haulussy. Tiga korban tidak dapat ditolong setelah beberapa saat berada di rumah sakit itu. Dua korban teridentifikasi bernama:

  1. Nn. Jenny Soulisa, OSM, luka pada kemaluan, terbakar seluruh tubuh, paku-paku masih ada di sekujur tubuhnya (penjual Jeruk). Meninggal seketika itu juga.
  2. Mussa Bakseran, luka pada bahagian belakang, Siswa Akper. Meninggal ketika hendak dioperasi di RSUD Dr. Haulussy Kudamati-Ambon.

Korban Luka Berat dan Ringan yang terkena Splenter/Serpihan Bom yang sementara dirawat di RSUD Dr. Haulussy, Kudamati Ambon adalah:

  1. Ever Matheis (29), kena splenter pada alis kiri, alamat Batu Gantung.
  2. Ny. Intje. Hiariej (56), kena splenter pada lengan kiri, alamat Kudamati. (koma)
  3. Bpk. Hans De Fretes, (29), splenter pada muka dan lutut sebelah kiri, alamat Mangga Dua, (Luka Berat)
  4. Edward Domlai (24), luka splenter pada bagian belakang dan lengan kanan, alamat OSM.
  5. Kace Talakua (23), luka pada bokong sebelah kiri, alamat Batu Gantung.
  6. Stenly Pisarahu (28), luka pada bitis kiri dan tulang belakang, alamat kusu-kusu.
  7. Ongen Ohello (21), luka pada kaki kiri dan tulang belakang. Alamat Mangga Dua.
  8. Matheus Akihary (25), luka pada tulang belakang, alamat Mangga Dua.
  9. Pargo Muskita (26), luka pada bahagian kepala, alamat Batu Gantung Dalam
  10. Max Tomahu (39), luka pada dahi dan kaki kiri, alamat Mangga Dua.
  11. Max Mahubessy
  12. Ny. Lespina Laikussa (32), alamat Air Mata Cina.
  13. Edward Ureputty, luka pada tangan kanan, kaki kiri dan kepala.
  14. Simont Samloy (29) alamat Mangga Dua.

Kerugian Material:

2 (dua) buah kios hancur, 6 (enam) buah sepeda motor rusak berat.

Lima belas menit berikutnya, ledakan bom juga terdengar di samping SMP 2 Ambon – sekitar satu kilometer dari lokasi ledakan pertama.

Sementara itu sekitar pukul 11.45 WIT, terjadi lagi ledakan bom didaerah pemukiman warga Kristen Mardika, tepatnya di belakang Hotel Wijaya I, Lokasi tersebut sudah kosong, karena seluruh rumah yang berada di belakang Hotel Wijaya sudah dibakar habis. Tidak ada korban dalam dua insiden peledakan terakhir ini.

Penembakan Speedboat di pulau Pombo

Lebih kurang jam 07.30 kami bertolak dengan menggunakan speed boat " Ina Risa "dari Passo dengan tujuan Kairatu, dengan memuat 6 orang penumpang dan 3 orang ABK speed boat. Perjalanan awalnya berlangsung aman. Demikian pula ketika kami melewati tanjung Tial. Ketika menyeberangi selat Haruku dan Tulehu menuju ke arah pulau Pombo, kita melihat ada 2 buah speed boat yang berhenti disekitar pulau Pombo. Mulanya kita tak curiga, karena mereka diam saja. Barulah setelah kita melewati mereka, kedua speed boat yang semua jendelanya ditutupi terpal itu menjalankan mesinnya dan mengejar kita. Beberapa saat kemudian datang lagi 2 buah speed boat dari arah negeri Liang, dan bergabung dalam pengejaran. Serupa dengan kedua speed boat pertama. Kira-kira dalam jarak 150 m ke empat speed boat itu mengeluarkan tembakan ke arah speed yang kami tumpangi.

Korban pertama yang mengalami tembakan dari penyerang adalah salah seorang awak speed boat (nahkoda) Yunus Kainama, yang mengalami luka tembak pada bagian perut.

Setelah melihat sudah adanya korban yang jatuh, maka aparat yang mengawal speed boat tersebut (dari kesatuan Brimob) membalas tembakan dari 4 buah speed boat penyerang itu. Menyadari adanya perlawanan yang berarti dari speed boat Ina Risa, maka penyerang pun mulai merasa kewalahan menghadapi perlawanan itu (padahal aparat yang diminta untuk mengawal speed boat itu hanyalah 1 orang). Melihat nahkoda sudah tertembak, maka salah seorang ABK pun mengambil alih speed boat dan langsung menuju desa Kamariang agar dapat terselamatkan. Dalam insiden tersebut salah seorang anggota BPH Sinode GPM, Bpk. Minggus Limaheluw yang juga adalah penumpang speed boat itu mengalami luka tembak walaupun tidak membahayakan (keserempet peluru di bagian dahi).

Sedangkan korban yang dialami pihak penyerang adalah 2 orang meninggal dunia, yang terdiri dari 1 anggota Brimob dan 1 anggota Yon 733 Masariku, Ambon.

Penumpang speed boat Ina Risa yang menjadi korban dari penembakan itu adalah:

  1. Yunus Kainama, (37), nahkoda, tertembak pada perut kanan tembus ke perut kiri yang menyebabkan liver dan ginjalnya hancur (dua hari kemudian meninggal dunia).
  2. Daniel Tuapattimaen, (27), luka tembak pada kaki kanan (patah)
  3. Meyske Sitania, (22), luka tembak pada leher
  4. Mets Silooy, (22), luka tembak pada kaki kanan
  5. Minggus Limaheluw, (59), luka tembak pada dahi (serempet)
  6. Yansen Tatipikalawan, (28), luka tembak pada kaki kanan

Demikian kesaksian Yansen Tatipikalawan korban insiden penembakan Speeedboat Ina Risa 3 oleh jihad dan aparat keamanan di perairan pulau Pombo daerah Tanjung Tial Ambon.

Sedangkan hasil pelacakan kami, di pihak jihad dan aparat yang melakukan penyerangan jatuh korban

4 orang luka serius dan 2 orang aparat keamanan meninggal dunia, yang terdiri dari 1 anggota Brimob dan 1 anggota Yon 733 Masariku, Ambon:

  1. Pratu Rusdi Handi (23) dari Kompi A 733 Ambon (tertembak dadanya dan tewas, di RSU Al-Fatah )
  2. Bharada Sawil Syarif Elly (Sanny Elly, 21) dari Brimob Polda Ambon (tewas seketika, tertembak pada dahi sehingga kepalanya pecah).
  3. Andi (21), pasukan jihad, tertembak pada tangan kiri dan bahu kiri
  4. Fatur (25), pasukan jihad, tertembak pada tangan kiri
  5. Akil Laode (26), pasukan jihad, tertembak pada perut
  6. Agil Papulehe (30), pasukan jihad, tertembak pada perut

Pemboman truck dan angkot

Tanggal 21 September 2001 siang, sebuah truck milik warga kristen yang mengangkut cengkeh sebanyak 40 ton dari arah Galala menuju kota Ambon melintasi daerah muslim Galunggung diserang dengan cara dilempari Bom yang mengenai sopir truck,Dance Wattimena, sehingga ia tewas seketika sedangkan dua orang pemilik cengkeh di bunuh dengan cara di cincang kemudian cengkehnya di ambil para penyerang. Beberapa warga kristen memang memberanikan diri melewati beberapa daerah muslim karena mereka menganggap situasi sudah membaik dan karena banyak juga warga muslim yang masuk wilayah kristen tanpa ada penyerangan terhadap mereka.

Senin, (24/09) sekitar pukul 12.00 WIT. Ledakan dahsyat bom kembali mengancurkan sebuah mobil angkot jurusan Air Salobar dengan nomor polisi DE 1324 AU, yang sedang meluncur dari arah kota, dan menewaskan seorang penumpang serta melukai 4 penumpang termasuk sopir

Korban yang tewas teridentifikasi bernama Ny Yohana Bernadus (57), sedangkan empat penumpang lain yang luka-luka teridetifikasi masing-masing, Elisabeth Titawael (27), Eddy Siloy, Herlin Makaruku (19) dan Anthony Lury (sopir,(39).Korban yang luka-luka itu akhirnya dilarikan ke RSUD Dr Haulussy Kuda Mati, untuk mendapat perawatan intensif, maupun ada yang sekedar rawat jalan.

DUA WARGA KRISTEN DITEMBAK MATI

Sabtu, 29 September 2001.Pukul:17.00 WIT. Dua orang warga desa Hatu di tembak mati oleh jihad, didaerah Air Sakula. Daerah Bandara Pattimura Ambon. Kedua korban tersebut atas nama Demianus Nampasnea 27thn) dan Petrus Nampasnea (35thn). Peristiwa tersebut berlangsung ketika kedua korban beserta keluarganya dan rekan-rekan mereka selesai memetik cengkeh di kebun mereka di daerah sekitar Air Sakula dan Batu Badiri, dan sementara menuju pulang, kedua korban ini jaraknya agak terpisah jauh dengan rekan-rekannya yang lain. Ketika kedua korban ini melewati jembatan Air Sakula, tiba-tiba mereka dicegat dan diberondong dengan tembakan-tembakan, oleh masa perusuh yang sudah menunggu kedua korban tersebut dan bersembunyi di balik rerumputan yang cukup tinggi di tepi jalan di sekitar Bandara Pattimura tersebut.

Ketika mendengar rentetan tembakan dan teriakan minta tolong, rombongan yang telah jalan duluan segera kembali ke lokasi tersebut, dan menemukan kedua rekannya tergeletak di tengah jalan dengan kondisi yang sangat mengerikan dengan luka tembak diseluruh tubuh mereka, sementara pelaku sudah melarikan diri ke arah desa Laha dengan melintasi landasan pacu bandara Pattimura. Menurut mereka bunyi rentetan tembakan tersebut lebih dari 4 pucuk senjata api laras panjang standar TNI/Polri. Sampai dengan pukul 18.45 WIT, kedua korban sudah diambil oleh keluarganya untuk disemayamkan dirumah duka di desa Hatu, dan akan dimakamkan Minggu, 30 September 2001.

Perekonomian:

Dibidang perekonomian, antara warga kristen dan muslim terjadi perbedaan yang sangat mencolok. Perputaran uang dalam sehari dapat mencapai angka yang sangat signifikan dimana perputaran uang diwilayah kristen dapat mencapai angka 8 – 9 milyar perhari sedangkan di pihak muslim hanya 0,8 – 1 milyar perhari. Itu sebabnya banyak warga muslim yang berusaha menjual barang dagangannya di perbatasan dengan wilayah kristen karena konsumen terbesarnya adalah warga kristen dan warga kristen lebih suka membeli pada warga muslim karena pedagang kristen menjual barang yang sama namun dengan harga yang sangat tinggi.

Warga kristen yang kehilangan kebun cengkehnya dan mata pencaharian, tidak putus asa mereka mencari pekerjaan lain dengan menjadi tukang becak, ojek, kuli bangunan, sopir, kernet, berjualan ikan dan sayuran dipasar, membuat tahu dan tempe ( padahal sebelum kerusuhan tidak ada orang Ambon yang bikin tahu dan tempe selain orang jawa).

Pemulihan dan Pembaharuan secara Rohani:

Kerusuhan telah membawa perubahan yang cukup berarti di Maluku utamanya di bidang ke rohanian, semakin banyak orang yang dipulihkan dan di baharui imannya.

Di GPM Maranatha Ambon setiap hari pukul 15.00 Wit. ada ibadah, Ibadah dilakukan dengan khusuk.

Setiap hari minggu hampir tidak ada orang yang melakukan kegiatan kerja dan transaksi lainnya. Warung, Toko, Pasar, Rumah Makan, semuanya tutup, hanya beberapa angkutan kota dan ojek yang beroperasi.

Di tempat keramaian seperti di pasar-pasar di pasang papan bertuliskan KUDUSKANLAH HARI SABBAT !

Hari Minggu menjadi hari yang sangat sepi sekali, tidak ada aktifitas yang dapat dilakukan, para pendatang hanya bisa makan di Hotel. Kegiatan hanya terpusat di Gereja.

Para tukang becak dan ojek sepeda motor mangadakan persekutuan doa setiap hari Senin sebagai hari permulaan kerja dan hari Sabtu sebagai hari penutup/terakhir bekerja dalam seminggu.

PELAYANAN PENGUNGSI

Tercatat ada sekitar 466.407 jiwa penduduk Maluku yang menjadi pengungsi didaerahnya sendiri akibat konflik politisasi agama didaerah setempat, dan dari jumlah tersebut sekitar 172000 jiwa pengungsi terdapat di Kota Ambon dan sekitarnya. Banyak dari kelompok masyarakat setempat maupun yang diperantauan yang segera berlomba-lomba membentuk Yayasan/Organisasi maupun LSM dan gerakan perorangan untuk mencari bantuan, baik berupa barang natura maupun dana. Sedangkan dari luar negeripun tidak kurang yang masuk Maluku untuk memberikan bantuan kemanusiaan seperti dari Palang Merah International, UNHCR, ACF ( Action Contre la Faim / Aksi Kelaparan dari Perancis ), MERCY CORPS (Medical Emergency Resque Committe ) dan masih ada beberapa lagi dari luar negeri. Walaupun LSM asing itu juga belum menjangkau seluruh daerah konflik namun pelayanan mereka sangat berarti. Sayang dari banyaknya kegiatan yang mengatasnamakan bantuan kemanusiaan tersebut, ternyata banyak sekali bantuan yang tidak sampai ke tangan pengungsi yang berhak mendapatkannya.

Beberapa faktor yang menyebabkan bantuan tersebut tidak sampai, antara lain:

  1. Mahalnya biaya operasional kedaerah-daerah tersebut, baik untuk penyewaan Kapal, Speedboat, Truck, Pengawalan dan lain-lain.
  2. Sulitnya medan yang harus dicapai dan harus berjalan kaki selama berhari-hari.
  3. Rawannya daerah yang di tuju karena serangan-serangan laskar jihad/ sniper.
  4. Adanya orang-orang yang mencari keuntungan dengan bantuan-bantuan tersebut.
  5. Banyak dari bantuan-bantuan tersebut yang di perdagangkan termasuk bantuan dari luar negeri, karena tidak dibagikan secara langsung.

Faktor pada point 01,04 dan 05 lah yang sangat dominan terjadi di seluruh Maluku.

Ketika kami tiba di lokasi-lokasi pengungsi di pulau Buru banyak dari pengungsi yang acuh dan sinis memandang kedatangan kami, ternyata mereka telah bosan dan kecewa karena perilaku orang-orang yang sering memanfaatkan penderitaan mereka dengan menyelewengkan bantuan yang diperuntukkan bagi mereka. Namun setelah mereka lihat bahwa bantuan tersebut untuk mereka dan dibagikan secara langsung, khususnya pengungsi yang ada di pedalaman, pegunungan dan untuk janda serta yatim piatu mereka sangat senang dan terharu sekali.

KE DESA TIFU DAN LEKSULA – BURU SELATAN

Mengetahui keberangkatan saya ke pulau Buru, sekitar 50 jiwa pengungsi Buru di Ambon minta ikut kapal kami untuk pulang ke kampung halamannya di Buru sebab kondisi di daerahnya mulai membaik dan sudah sekitar 2 tahun mereka mengungsi. Mereka tidak bisa pulang karena tidak ada transportasi yang menuju desa-desa mereka.

Dalam perjalanan menuju pulau Buru saya menyewa kapal motor ikan, kami hampir mendapatkan masalah pada sekitar pukul 02.00 WIT. karena kapal hampir merapat ke pulau Namrolle (basis jihad) dimana malam sebelumnya sebuah kapal Landen yang melintasi perairan tersebut di hujani tembakan.

(Kapal Landen terbuat dari besi sedangkan kapal yang kami tumpangi terbuat dari fiber).

Pagi harinya kami tiba di desa Tifu, Buru Selatan. Kami disambut dengan tembakan ke udara satu kali oleh aparat Armed 08 yang berjaga di situ karena mereka mencurigai kedatangan kami. Di Tifu kami tidak menjumpai pengungsi yang kami harapkam sesuai dengan berita Radio SSB yang kami kirimkan, akhirnya kami balik lagi ke desa Leksula Ibu Kota Kecamatan Buru Selatan yang sudah kami lintasi sebelumnya.

Sebelumnya saya memang berencana membagikan bantuan didaerah ini namun karena informasi baik dari LSM maupun masyarakat Buru yang ada di Ambon tentang sulitnya bagi bantuan didaerah tersebut, karena banyaknya hambatan dari beberapa tokoh setempat yang ingin bantuan diserahkan ke mereka, maka saya putuskan untuk mencari tempat lain yang relatif lebih baik yaitu desa Tifu.

Tetapi setelah kami tiba di Tifu tidak ada pengungsi dan warga yang kami maksud untuk di bagikan bantuan akhirnya kami harus kembali ke Leksula.

Setelah saya tiba di Leksula ternyata informasi yang saya dapatkan sebelumnya adalah benar. Saya tidak dapat mebagikan bantuan tersebut karena seorang Pendeta ketua Klasis Buru Utara Timur-Barat meminta bantuan tersebut namun saya menolaknya dan pengungsi yang ada di pegunungan yang saya harapkan ternyata tidak ada. Pendeta tersebut memarahi seorang anggota LSM yang ikut saya dan memberikan informasi tentang pengungsi di gunung, sang pendeta yang membuka toko cukup besar di Leksula ini berkeras bahwa sudah tidak ada lagi orang/pengungsi yang tinggal di gunung saya katakan padanya bahwa Pak Camat juga baru menginformasikan bahwa masih ada orang di atas namun ia berkeras dan menyuruh saya agar pergi saja dan tidak usah membagikan bantuan di daerah tersebut. Saya katakan lebih baik bantuan itu saya bawa pergi daripada tidak sampai ke tangan pengungsi. Sementara itu seorang kepala sekolah SMP setempat datang menemui saya dan mengatakan apakah boleh mereka mendapatkan bantuan sepatu untuk pengungsi anak didiknya yang tidak mempunyai sepatu ? saya segera menuju sekolahnya dan melihat keadaan siswa tersebut, akhirnya saya membagikan sepatu, sandal dan buku-buku rohani di sekolah tersebut. Mereka sangat senang, saya juga memberikan beberapa kaleng sayur untuk para gurunya. Mereka sangat haus bacaan rohani dan lagu rohani.

Setelah menjelang sore beberapa pengungsi dari pegunungan mulai berdatangan, ternyata berita kedatangan saya sampai ke mereka dan untuk ke Leksula dari desa terdekat diperlukan waktu berjalan kaki selama satu hari penuh dan untuk desa yang lebih jauh di perlukan waktu berjalan kaki dua hari penuh. Saya tanyakan mana yang lain, sekitar jam 19. 00 malam baru mereka tiba kata mereka, saya menunggu dan membagikan bantuan tersebut di atas kapal. Seorang janda penginjil yang hidupnya sangat memprihatinkan, penduduk setempat (bukan pengungsi) saya berikan bantuan pakaian dan sejumlah uang.

Para pengungsi yang saya layani berasal dari dari daerah Buru Utara Timur dan Barat, mereka tinggal di lereng-lereng gunung di dusun Fakal, Uneth, Wakatin, Waelow, Waeraman, Mengeswaen, Km. 75. sementara pengungsi lain berasal dari belakang desa Mepa (pengungsi disini saya carterkan sebuah perahu untuk mengangkut mereka mendapatkan bantuan secara langsung), beberapa pengungsi dari desa Kase yang mengungsi ke hutan di belakang desanya juga saya berikan bantuan. Demikian juga Pendeta dari desa Tifu saya berikan bantuan pakaian, sepatu dll.

Ada sekitar 500 jiwa yang terlayani didaerah ini. Malam harinya setelah pembagian tersebut saya dan nakhoda kapal di panggil oleh Danton Jaga Satuan Armed 08 Jatim yang berjaga di desa Leksula tersebut. Sang nakhoda di bentak habis-habisan karena tidak melaporkan kedatangannya di desa tersebut. Padahal mereka sudah tahu kalau kapal tersebut datang membawa bantuan kemanusiaan untuk para pengungsi karena pada waktu kapal tersebut merapat ke pelabuhan sudah didatangi oleh petugas Koramil, Babinsa, maupun anggota satuan yang berjaga tersebut. Persoalannya bukan karena tidak melapor tetapi masalah uang rokok, sebab berkali-kali ia menyinggung hal tersebut ketika memarahi sang nakhoda kapal.

Setelah puas membentak ia menyuruh nakhoda kapal itu pergi namun saya masih tinggal bercakap-cakap dengan Danton tersebut. Saya katakan bahwa saya sudah melaporkan kedatanngan saya ke Camat, Koramil, bahkan Kasdim Buru yang kebetulan berkunjung ke Leksula.

Kapal bermalam satu malam di Leksula dan saya tidak mempunyai tempat untuk berbaring karena kapal di penuhi lagi oleh pengungsi Buru yang ingin kembali ke desanya di Buru Utara Barat. Karena sangat mengantuk sekitar pukul 01.30 malam saya putuskan untuk tidur beralaskan tikar di dermaga pelabuhan. (untung saja tidak guling masuk laut). Setelah selesai pembagian pada malam hari, seorang anggota Koramil setempat datang untuk minta sumbangan dalam rangka HUT TNI 05 Oktober 2001, saya katakan untuk membiayai operasi kemanusiaan ini saja saya pusing ngatur duitnya, saya tidak punya uang, tapi kalau Bapak mau saya sumbang gula saja satu dos (25 Kg) oh tidak apa-apa......., terima kasih....... katanya berulang-ulang.

KE DUSUN WAELANGA, BURU UTARA BARAT

Pukul 04.00 Wit. kami meneruskan perjalanan ke dusun Waelanga, Buru Utara Barat. Hanya ada sedikit pengungsi disini. Pemandangan mengharukan sempat terjadi karena beberapa orang di dusun ini menganggap keluarganya telah mati di bantai jihad. Hampir 2 tahun mereka berpisah, telah lama mereka ingin kembali ke desanya namun tidak ada transportasi, daerah – daerah kristen di Buru Utara Barat ini cukup terisolir karena seluruh angkutan laut hanya melalui Namlea yang di kuasai jihad.

Saya membagikan Pakaian, Cereal, Kismis, Sayur Kalengan, Obat, Susu Fla, Sandal dewasa dan anak-anak. Mereka sangat menyukai Cereal dan mereka saling berebut untuk mendapatkannya.

Dusun ini tidak mendapat serangan jihad karena dilindungi oleh desa Muslim Air Buaya, Ibu Kota Kecamatan Buru Utara Barat. Karena walaupun dusun kristen ini kecil tapi merupakan salah satu urat nadi kehidupan perekonomian di Air Buaya. Itulah sebabnya ketika desa-desa muslim lain banyak yang berdatanngan untuk berjualan / bertransaksi di daerah-daerah kristen anak dusun Air Buaya, masyarakat muslim Air Buaya sangat marah.

"Mengapa kamu tidak melindungi Anak Dusunmu ???, malah kamu hancurkan....sekarang kamu kesulitan ekonomi, enak saja datang berjualan di anak dusun kami !

selain di Waelanga anak dusun lain yang saya bantu adalah Selwadu, Wasbaka, Waeula. Ada kurang lebih 1500 – 2000 jiwa di empat dusun ini.

KE DESA WAENIBE, WAI PUTIH DAN WAI KOSE – BURU UTARA BARAT

Ketiga desa yang cukup besar ini dihuni mayoritas warga kristen, tidak ada satupun bangunan yang lolos dari serangan jihad yang datang dari Ambon, Leihitu dan beberapa daerah lain. Selain seluruh pemukiman dan infrastruktur lain di bom dan dibakar habis, jihad juga membakar kebun-kebun cengkeh, kayu putih, kelapa, mencuri seluruh perahu penangkap ikan dan jaringnya, dan lain-lain dengan harapan seluruh masa depan kehidupan warga kristen di desa-desa ini akan hancur kecuali mereka memilih masuk islam. Namun ternyata tidak percuma doa syafaat yang di naikkan anak-anak Tuhan Yesus di seluruh dunia.

Doa-Pengharapan-dan Kasih didalam Kristus menyelamatkan banyak jiwa, menolong orang untuk melihat Tuhan dan memuliakannya, bukan saja untuk warga kristen tetapi juga untuk warga muslim dan tentara yang berjaga.

Penyerangan dan penghancuran daerah-daerah kristen mempunyai dampak secara langsung terhadap daerah -daerah muslim lainnya karena sistem perekonomian mereka menjadi macet dan itu berarti kesejahteraan mereka juga menurun sehingga banyak dari warga muslim setempat yang menjadi sangat tertekan dan fustrasi. Sementara didaerah kristen walaupun mengalami kehancuran namun sistem perekonomiannya masih berjalan relatif lebih baik. Ketika warga kristen di desa Waenibe, Wai Putih dan Wai Kose mulai kembali dan membangun desanya warga muslimpun mulai berdatangan untuk berjualan, mengoperasikan sarana transportasinya dan lain-lain. Warga muslim setempat sendiri sudah bosan, jenuh, jengkel dan tidak suka dengan kehadiran jihad yang datang merusak persaudaraan muslim-kristen setempat. Namun mereka masih belum mampu menolaknya.

Dusun Skikilale, Balubalu dan Batale yang berada di daerah pedalaman dan pegunungan desa setempat juga saya berikan bantuan. Kondisi mereka inilah yang sangat memprihatinkan, sangat jarang mereka bisa mendapatkan bantuan karena ulah "belalang pelahap, belalang pelompat dan belalang pengerik" namun mungkin karena kondisi alam dan kehidupan keseharian mereka yang sederhana membuat mereka lebih tabah dan pasrah menghadapi semua,... entah yang namanya Pencobaan atau Ujian hidup ini.

Untuk mempercepat pemulihan perekonomian dan pembangunan kembali desa-desa kristen maka mereka sangat membutuhkan bantuan Sensor (Saw Machine), Kapak, Cangkul, Sekop, Alkitab, Kidung Rohani, dan Jaring ikan. Jika ada sensor/mesin gergaji kayu maka mereka dapat segera ke hutan menebangi pohon untuk mengambil kayunya membuat Gereja, Rumah, Sekolah, Klinik membuat perahu penangkap ikan, dan lain-lain.

Saya menginap semalam di desa Waenibe kemudian kembali ke Ambon. Beberapa orang tua meminta tolong pada saya agar anaknya bisa ikut kapal ke Ambon guna melanjutkan sekolahnya di SMP sementara beberapa orang tua lainnya juga meminta tolong agar bisa ikut untuk menjenguk anaknya atau istrinya yang sakit keras di Ambon sesuai dengan berita yang di bawa oleh pengungsi yang baru pulang.

Masyarakat setempat berharap saya bisa tinggal satu hari lagi agar mereka punya waktu untuk mencari hasil bumi pada sisa-sisa kebunnya. Mereka sangat ingin memberikan apapun yang mereka bisa berikan sebagai ungkapan sukacita dan terima kasihnya atas kepedulian kami kepada mereka. Beberapa orang tua baik laki-laki maupun perempuan datang dan memegang tangan serta pundak saya menyampaikan terima kasihnya, mendoakan dan memberkati.

Senang dan terharu juga melihat mereka terlayani. Namun Kepuasan dan kebanggaan tidak terletak pada banyaknya bantuan yang bisa kita berikan kepada mereka tetapi apa yang sudah Tuhan perbuat demi anak-anak-Nya dan mendapati iman mereka tetap terpelihara walaupun harus mengahadapi tekanan, aniaya dan berbagai penderitaan lain.

JANGAN LUPAKAN ANAK – ANAK

Kepada semua jemaat Tuhan dimanapun berada, tolong jangan lupakan anak-anak didaerah konflik khususnya Ambon dan Poso terutama dalam menyambut Natal Desember 2001, Biarlah sukacita Natal yang anak/cucu anda rasakan dapat mereka rasakan juga melalui perhatian dan kasih sayang yang tulus saudara se Iman semuanya.

KISAH ANAK LAKI-LAKI 10 TAHUN PENGUNGSI P.BURU

Kesaksian ini saya dapatkan dari pengungsi Buru dan teman-teman di Ambon yang terjun mengurusi pengungsi.

Ketika laskar jihad menyerang desa dan dusun kristen di Buru Utara Timur dan Barat terjadi gelombang pengungsi besar-besaran. Warga kristen melakukan EKSODUS ke daerah hutan dan pegunungan, banyak warga yang di bunuh jihad dan TNI yang mendukungnya, ada 104 orang kristen yang dikumpulkan oleh aparat di Pabrik Play Wood Wewei di desa Wai Kose Buru Utara Barat, kemudian menyerahkannya kepada jihad. Laki-laki, Perempuan, Orang Tua dan Anak-anak/Bayi di suruh berbaris kemudian maju-satu persatu di penggal kepalanya dan di cincang tubuhnya sementara barisan yang dibelakang berteriak-teriak memanggil aparat.........!, Yesus...................!,Papa................!,Mama........................! tolonnnnnnnnnnnnnnggggggggggggggggggggggg!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!..(kesaksian lengkapnya saya rekam di kaset dimana seorang Bapak yang selamat karena sembunyi di plafon Pabrik dan mendengar teriakan istrinya dan jeritan anaknya yang memanggilnya ketika tiba gilirannya untuk di penggal dan ketika sang anak melihat kepala ibunya terpenggal sementara ia menjerit parang sang jihad telah memutuskan kepalanya juga).

Warga yang lain, selamat sampai di hutan dan pegunungan namun banyak juga yang mati karena keletihan, sakit, lapar dan lain-lain.

Kisah singkat anak 10 tahun yang kedua orang tuanya di bunuh jihad ini adalah ketika ia mengikuti rombongan pengungsi ke gunung berjalan kaki selama sekitar 3 bulan ke desa kristen di Leksula Buru selatan.

Ia tidak berani bergabung dengan pengungsi yang jumlahnya ribuan karena trauma melihat orang banyak ketika jihad menyerbu desanya. Sendirian ia berjalan di belakang memisahkan diri namun masih bisa melihat keberadaan orang banyak tersebut tanpa di ketahui pengungsi tersebut. Ketika pengungsi itu berhenti untuk beristirahat ia pun sembunyi di hutan beristirahat. Ketika pengungsi itu berjalan ia pun ikut berjalan. Dalam perjalanannya ia selalu berdoa " Tuhan Yesus, tolong beta (saya), jaga beta, jaga juga orang-orang banyak yang didepan itu, kasih beta kuat untuk jalan, kasih beta tahan lapar, juga untuk orang-orang didepan itu, terima kasih Tuhan Yesus, Amin. Selama 3 bulan ia berjalan selama itu juga ia berdoa seperti itu dan selama itu juga ia dapatkan kekuatan seperti yang ia minta dalam doa-nya, dan untuk mempertahankan hidup selama di hutan ia memakan apa saja yang dapat ia makan termasuk lumut. saat ini anak itu di ambil anak oleh satu keluarga dari Maluku Tenggara.

NAMUN KEKUATAN YANG LEBIH BESAR YANG DIDAPATKAN BANYAK ANAK-ANAK TUHAN DI MALUKU ADALAH BERASAL DARI DOA-DOA SAUDARA SE IMAN DI SELURUH DUNIA YANG DIPANJATKAN DENGAN TULUS DAN KASIH SAYANG ILAHI YANG BESAR ! HALELUJA......!!!!

Doa dan kerinduan saya adalah dalam rangka Natal 2001 nanti membawakan Alkitab, buku Rohani lainnya, Saw Machine (gergaji mesin untuk kayu), Pompa Air untuk para pengungsi yang tersebar di Buru, Haruku, Seram.

Demikian kesaksian dan laporan perjalanan ke Maluku Agustus – September 2001, Tuhan memberkati semuanya. Amin.

Received via email from: JK @ Masariku@yahoogroups.com

Copyright © 1999-2001  - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/baguala67
Send your comments to alifuru67@egroups.com