The Cross
Under the Cross

Listen to the News
English
Indonesian
Search
Archives
Photos
Pattimura
Maps
Ambon Info
Help Ambon
Statistics
Links
References
Referral

HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67

Copyright ©
1999/2001 -
1364283024
& 1367286044


Ambon - Island 

 

AMBON Berdarah On-Line
About Us

 

 

  Ambon Island

  Ambon City

 

 

   Latupatti

  Want to Help?

Suara Pembaruan, Selasa, 23/10/01

Kelompok Bersenjata Masuk Poso

Massa Bakar Pos-pos Brimob

PALU - Sekelompok massa di Kota Poso, Senin (22/10), membakar pos-pos keamanan milik Brigade Mobil (Brimob) Polda Sulawesi Tengah (Sulteng) di Desa Tabalu, Batelembah, Kasiguncu, Mapane. Bahkan, pos keamanan di pusat kota pada jembatan Poso juga dibakar.

 Pembakaran diduga berkaitan dengan peristiwa kontak senjata antara aparat keamanan dan kelompok massa di Desa Batelembah dan Tabalu, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sabtu (20/10) lalu. Pada peristiwa itu, 41 orang yang diduga terlibat menyerang aparat ditahan petugas.

Keterangan yang diperoleh Pembaruan dari Poso, Selasa (23/10) pagi, menyebutkan, massa marah terhadap sikap petugas dalam memperlakukan para tahanan. Seorang warga Poso yang menjenguk anaknya di Polda Sulteng, Senin, mengatakan, kondisi anaknya sangat memprihatinkan.

 "Wajahnya memar kebiru-biruan dan hanya bisa berjalan kalau dipapah," katanya. Tindakan aparat yang dianggap di luar batas kewajaran itu terdengar sampai ke Poso. Untuk melampiaskan kemarahannya, warga beramai-ramai membakar pos keamanan yang berada di bawah kendali operasi (BKO) Polda Sulteng. Massa juga meminta agar petugas-petugas di pos Brimob tersebut segera meninggalkan Poso.

Seorang petugas Polres Poso menyebutkan, akibat pembakaran itu, Kapolres Poso AKBP Unggun Cahyono telah menarik pasukannya dari beberapa pos keamanan. Unggun yang dihubungi lewat telepon, Selasa pagi, tidak berada di kantornya. "Bapak sudah jalan ke lapangan melihat pos-pos keamanan yang dibakar massa," kata ajudannya.

 Kadispen Polda Sulteng AKBP Agus Sugianto yang dihubungi Selasa pagi membenarkan terjadinya pembakaran pos-pos keamanan di Poso. Namun, berapa jumlah pos yang dibakar, ia belum bisa menjelaskan secara terperinci. Pos yang dibakar massa itu adalah pos yang sudah tidak ada petugasnya.

Ia mengakui, massa membakar pos karena marah dan juga terpancing ulah provokator yang banyak berkeliaran di Poso. Sebagian anggota Brimob dan Perintis pada sejumlah pos keamanan di Poso untuk sementara ditarik sesuai anjuran masyarakat.

Kadispen menambahkan, pembakaran pos-pos keamanan itu dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang merasa tidak puas terhadap sikap aparat dalam menyelesaikan konflik Poso.

 Tentang klaim masyarakat atas perilaku aparat terhadap sejumlah warga yang ditangkap karena dituduh menyerang petugas, Kadispen mengatakan, tentu saja sudah terjadi bentrokan antara petugas dan massa di lapangan, saat kejadian. Akibatnya, kemungkinan ada yang terluka, baik di kalangan warga maupun petugas, tak terhindarkan.

 Berdasarkan pemantauan Pembaruan, situasi keamanan di Poso, Selasa pagi, belum menentu, sewaktu-waktu dapat terjadi kontak fisik, terutama di pinggiran Kota Poso. Masalahnya, masyarakat mulai lagi melakukan sweeping terhadap bus-bus yang lewat, baik pada jurusan Tentena-Palu, maupun Luwuk-Palu.

Sweeping berlangsung sejak Senin hingga Selasa. Bahkan, pada tempat-tempat tertentu, massa memasang tulisan-tulisan yang berbunyi, "Jalur Bebas Aparat Keamanan". Mereka juga menempatkan palang-palang di jalan raya.

 Berkaitan dengan tragedi berdarah Sabtu malam (20/10), yang menyebabkan dua orang tewas di Tabalu, seorang di antaranya anggota Brimob Polda Sulteng, sebanyak 41 warga Poso ditangkap aparat keamanan dan 6 orang resmi menjadi tersangka. Tersangka dan warga Poso lainnya, masih menjalani pemeriksaan intensif di Mapolda Sulteng.

Masuk ke Poso

Sementara itu, Kapolda Sulawesi Tengah (Sulteng) Brigjen Pol Zainal Abidin Ishak, Senin (22/1), mengatakan, saat ini, di Poso, terdapat kelompok massa yang datang dari luar dan dipersenjatai oleh pihak-pihak tertentu. Kelompok itu, diduga kuat berada di balik berbagai penembakan misterius yang menimbulkan kekacauan di Poso, akhir-akhir ini.

 Pernyataan tersebut disampaikan Kapolda kepada wartawan, menyusul terjadinya penyerangan secara sporadis terhadap warga masyarakat tertentu di Poso yang mengakibatkan sejumlah korban tewas.

Kapolda memperlihatkan kepada wartawan puluhan senjata api (senpi) dan bom-bom rakitan serta peluru-peluru organik yang berhasil disita dari kelompok massa tersebut. Namun, Kapolda tidak menyebutkan secara jelas, siapa kelompok massa yang telah dipersenjatai itu.

 Ia hanya mengatakan bahwa kelompok tersebut adalah orang-orang dari luar Poso dan sudah dideteksi oleh petugas. Untuk menangkapnya, petugas mengalami kesulitan karena mereka bergerilya di hutan-hutan belantara Poso. "Kita kesulitan menangkap mereka karena mereka masuk ke hutan dan sarana petugas sangat terbatas," katanya.

Kapolda juga mengatakan, semula, kelompok tersebut datang untuk membantu warga di Poso yang mengalami kesulitan akibat konflik horizontal. "Katanya, mau membantu masyarakat, tetapi mengapa kelompok itu harus dipersenjatai,'' ujar Kapolda.

Sehubungan dengan itu, Kapolda menyatakan, demi penegakan hukum, ia akan menangkap kelompok mana pun di Poso yang berani mengacaukan situasi keamanan.

 Ia mengungkapkan pula bahwa pihaknya sedang menyelidiki keberadaan satu kapal motor, yang baru-baru ini, membawa 30 orang ke Poso. Kapal motor bersama awaknya, Rabu (17/10) lalu, terdampar di perairan Luwuk, Kabupaten Banggai, setelah kembali membawa 30 orang, yang dilaporkan berasal dari Ambon, Maluku.

Keamanan

Ketua Umum Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Forum Komunikasi Ahlusunnah wal Jamaah (FKAWJ) Sulteng, Abu Umar didampingi Ketua Umum Palu Justice Watch (PJW), Ridwan Tahir, Senin, menghadap Kapolda. Mereka meminta aparat keamanan agar menyelesaikan kasus Poso secara objektif dan benar-benar berkoordinasi dengan aparat di lapangan, yang tahu persis masalahnya.

Abu Umar dan Ridwan Tahir, seusai bertemu Kapolda, mengatakan kepada wartawan, tewasnya anggota Brimob Polda Sulteng, Bripda Adriyansah, tidak ada hubungannya dengan kontak fisik antara massa dan aparat keamanan di Desa Tabalu, Poso Pesisir, Sabtu malam (20/10).

"Saudara kita Bripda Adriyansah sudah meninggal sebelum kejadian di Tabalu,'' kata Abu Umar. Namun, ketika ditanya, peristiwa apa yang menyebabkan kematian Adriyansah, baik Abu Umar maupun Ridwan Tahir tidak bisa menjelaskan.

Abu Umar juga mengatakan bahwa dari 41 warga Poso yang ditahan petugas berkaitan dengan kasus Tabalu (Pembaruan, 22/10), sebagian di antaranya adalah anggota laskar jihad. Ia datang ke Polda untuk menjenguk mereka. (128)


Copyright © 1999-2001  - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/baguala67
Send your comments to alifuru67@egroups.com