003
Memaknai Manusia Menurut Ajaran
Islam
Post By :
Bakhtiar Khatib
Memaknai Manusia Menurut Ajaran Islam. “Tuhan
menciptakan malaikat dengan inteligen (akal)
binatang diciptakan dengan nafsu yang besar, sedang
manusia dengan inteligen dan nafsu. Jika inteligen
manusia mengungguli nafsunya, ia menjadi lebih tinggi
daripada malaikat. Tetapi jika nafsunya mengungguli
intelegennya ia menjadi lebih rendah daripada binatang
buas”, (hadis). Artinya malaikat diasuh oleh akal,
binatang diasuh oleh nafsu yang besar, manusia diasuh
oleh akal dan nafsu yang besar.
Dalam proses perkembangannya khusus makhluk yang
dijelaskan hadis diatas yakni malaikat apa yang
diperintahkan Allah itulah yang dikerjakannya, tak mampu
yang lain sujud kepada Allah dia taat. Binatang karena
dia diasuh nafsu yang besar dia bertindak dan
berbuat sesuai dengan kehendak nafsunya tak ada
kepuasan, anjing peliharaan sudah diberi makan oleh
yang memeliharanya kapan dia bertemu yang kotor-kotor
dijalanan ia tetap bernafsu memakannya, kucing tak perlu
dimarahi bila dia menyantap ikan didapur tak peduli ikan
itu adalah untuk tuannnya.
Manusia yang diasuh inteligent (akal) dan nafsu
dilapangkan akal dan nafsu perang-perang tanpa
henti-hentinya dalam pertempuran dahsyat itu memang akal
manusia diberi hadiah oleh Allah kehormatan yakni naik
seperti malaikat yang tidak berdosa juga seperti Rasul
dan Nabi-nabi.
Sebaliknya kapan menang dalam pertempuran itu
nafsunya. Manusia itu turun derajatnya ke tingkat
binatang buas. Bila sudah manusia kelakuannya
seperti binatang buas jadi ukuran kuat dan lemah siapa
yang kuat dipihak-pihak yang menang berlakulah disebut
hukum rimba, yang berani menerkam yang lemah.
Yang cerdas menjual yang bodoh.
Perlu diketahui garis besar manusia dibedakan menjadi
lima jenis atau tingkat kedekatan dengan Allah SWT.
(1) orang kafir.
(2) Islam yang awam.
(3) Kawan dekat Allah.
(4) Nabi.
(5) Rasul.
Jelasnya secara garis besarnya manusia ditempatkan jadi
dua kelompok . Pertama keompok manusia awam dan
yang kedua dekat dengan Allah SWT, dan Nabi juga
Rasul.
Manusia yang dekat dengan Allah. Dia menyadari bahwa dia
diciptakan oleh Allah SWT, adalah untuk menghambakan
diri sepenuhnya lahir bathin kepada Allah SWT. : Allah
berfirman. “ Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. Q.S.
Adz-Dzaariyaat : 56). Sesungguhnya manusia diciptakan
Allah tidak sia-sia ialah untuk menyembah-Nya bukan
terhadap yang lain harta pangkat dan kedudukan umpanya.
Bila seseorang cinta dunia daripada cinta Allah itulah
tanda manusia kafir (engkar) atau disebut manusia awam,
awam dalam pengertian kurang memahami hidup di dunia
dilanjutkan dengan kehidupan diakhirat mempertanggung
jawabkan kerja selama didunia (baik berbalas dengan
surga, sedangkan jahat berbalas neraka). Neraka azab
akhirat sangat menakutkan. “ Api yang dinyalakan
Tuhan, yang naik kehati”. (Q.S. Al-Humazah : 6-7).
Surga yaitu kehidupan yang sempurna bagi manusia yang
saleh setelah kiamat. Tujuan akhir kehidupan manusia
ialah menemui Allah yang Rahman. “Hai manusia
sesungguhnya engkau mesti berusaha berusaha keras untuk
menemui Allah, dijelaskan Allah dalam Al-Quran surat
Al-Insyiqaa ayat ke enam. Ketegasan ayat ini ialah
manusia didunia baik disadarinya atau tidak dia akan
menemui Tuhannya untuk menerima pembalasan-Nya perbuatan
yang buruk maupun yang baik-baik.
Sebaiknya manusia di dunia mempersiapkan diri lahir
maupun bathin rohani terutama dan jasmani melaksanakan
amal-amal saleh di ridhai Allah terutama berusaha
keras melatih rohani agar dapat mendekat kepada
Allah sebab bila diadakan perbandingan antara jasmani
dan rohani lebih dekat rohani kepada Allah SWT, daripada
jasmani, yang dijelaskan mufasir yakni roh lebih
dekat kepada-Nya dibandingkan tubuh yang tampak.
Bila sudah kemampuan dengan usaha keras mendekatkan diri
(roh) kepada Allah dapat dirasakan manusia, bagian dari
makhluk Allah yang kedudukannya lebih mulia dari yang
lain malaikat. “sesungguhnya kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Sebaliknya
kapan kosong dari amal saleh Allah akan mengembalikan
ketempat yang serendah-rendahnya ( neraka)”. (Q.S.
At-Tiin : 4-5).
Selagi diberi Allah nikmat kesehatan, kesempatan Iman
dan Islam dimanfaatkan untuk mempertahankan manusia
dengan kejadian awal yakni suci mulia agar akhirnya
adapat mendiami surga, nikmat nomor dua setelah bertemu
dengan Allah SWT yang Pengasih Penyayang. Inilah arti
memaknai manusia menurut ajaran Islam. (berbagai sumber)….
(bk)
<<< Kembali <<<
|