The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

Masariku Network


Masariku Update, 17 April 2003

Interaksi Masyarakat (II)

Dear All,

Melanjutkan Masariku Update 16 April 2003, dapat dikatakan bahwa manajemen ketegangan publik di Ambon semakin didorong intensitasnya. Hari Selasa yang lalu, ditemukan bendera RMS di persekolahan Rehoboth-Batu Gantung Ambon. Bendera yang ditemukan oleh penjaga sekolah pada siang hari itu kemudian diserahkan pada aparat keamanan dari Yonif 743 yang bertugas di daerah itu, dan selanjutnya diteruskan ke mapolres pulau-pulau Ambon & Lease. Sampai hari ini belum diketahui siapa yang meletakan bendera di kompleks Sekolah Dasar Rehoboth tersebut. Berita penemuan bendera itu segera disambut publikasi media dengan gencar, yang segera memicu ketegangan ditingkat wacana. Pengdam mengeluarkan statement bahwa telah digelar operasi intelejen terbuka maupun tertutup. Intensifitas patroli dilakukan siang dan malam. Menurutnya tindakan yang akan diambil oleh TNI berdasarkan keputusan PDS Daerah Maluku No. 16, yang isinya antara lain menekankan dilakukannya proses hukum bagi orang-orang yang tertangkap tangan mengibarkan bendera. Pengembangan eskalasi di tingkat wacana juga dipicu dengan penemuan selebaran yang dikeluarkan oleh 'Sentra Informasi Untuk Maluku Nunusaku (SIUMAN)' isi selebaran dimaksud diantaranya "Tahun 2003 adalah momentum matinya NKRI, karena bulan Mei bangsa Aceh akan diberikan referendum oleh masyarakat international,dan bangsa Papua Barat/Melanesia pada bulan September juga diberikan referendum. Sedangkan bangsa Maluku/Alifuru akan dikembalikan kedaulatan negara oleh PBB dalam tahun ini". Tak pernah diketahui sebelumnya keberadaan 'SIUMAN', bahkan tak jelas pula apakah SIUMAN berada dibawah induk organisasi FKM. Tapi yang pasti selebaran produk SIUMAN seakan menjadi tandingan bagi selebaran penolakan FKM, RMS yang disebarkan TNI melalui helikopter dari udara. Wacana penolakan terhadap FKM, RMS juga dikembangkan lewat berbagai cara di banyak wilayah. Di Masohi misalnya berbagai spanduk dibuat Pemda setempat dan digantungkan di berbagai jalan strategis. Isinya cenderung sama, yakni penolakan terhadap gerakan 'separatis'. Menariknya ditengah berbagai upaya propaganda ini, masyarakat cederung terlihat acuh tak acuh. Aktifitas masyarakat, dan bahkan interaksi kedua komunitas yang bertikai tetap berlangsung dalam intensitas tinggi. Rupanya masyarakat semakin paham terhadap pola-pola dan design propaganda sejenis yang telah berulang kali terjadi. Orang semakin tahu bahwa selain FKM, maka ada berbagai kelompok lainnya yang sangat berkepentingan untuk melambungkan isyu speratis ini untuk tujuan-tujuan tertentu (Telah disinggung pada Masariku Update 16 April). Bahkan banyak dugaan mengarah ke pihak-pihak tertentu dalam tubuh TNI (Khususnya TNI AD) dan Polri sendiri.

Menanggapi berkembangnya ketegangan di tingkat wacana Pimpinan Keuskupan Amboina Mgr. Mandagi mengeluarkan statement keras, yang isinya antara lain mengutuk upaya memprovokasi masyarakat melalui pengibaran bendera RMS oleh sekelompok orang. Mengutip Mandagi ditegaskan bahwa "saya nilai orang-orang itu (yang hendak menaikan bendera RMS) tidak cinta Maluku, dan mereka hanya alat untuk memecah persatuan dan kesatuan masyarakat Maluku". Sekalipun tidak sekeras Mandagi, Ketua Umum Sinode GPM juga menegaskan bahwa sejak awal berdirinya GPM tidak mendukung RMS, atau kegiatan-kegiatan lain untuk kembali menghidupkan RMS di Maluku. Pdt. Hendriks menegaskan bahwa saat ini RMS tidak relevan dikembangkan. Tugas bersama kita, Salam dan Sarani di Maluku adalah menaruh perhatian bersama terhadap kemanusiaan dan membangun Maluku. Yerhadap kenyataan ini baik Mandagi maupun Hendriks meminta supaya aparat tidak memberlakukan hukum rimba di dalam penanganan, tetapi menyikapinya berdasarkan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku. Selain kedua tokoh gereja tersebut, maka melalui media lokal salah satu tokoh grass root --Emang Nikijuluw- meminta supaya aparat dan pemerintah di daerah ini tidak menjadi panik dan juga tidak membuat panik masyarakat. Menurutnya sudah sangat jelas ketika melalui media lokal beberapa tokoh FKM menyatakan akan bertanggung jawab terhadap pengibaran bendera. Untuk itu bila hal itu terjadi maka sasaran aparat keamanan sudah jelas, dan karenanya masyarakat tak perlu dibuat panik. Emang bahkan menduga bahwa aparat keamanan di daerah ini sengaja bermain dengan isu pengibaran bendera RMS untuk menakut-nakuti masyarakat. Ia menegaskan bisa saja untuk tujuan mempertahankan kekuasaannya di Ambon, maka aparat akan terus memainkan isu RMS. Dengan demikian mereka akan terus membuat laporan bahwa Ambon belum aman, dan menjadi pembenaran untuk mereka tetap berada disini.

Ditengah pertarungan wacana yang terjadi, malam ini sebagian masyarakat di kota Ambon dikejutkan dengan berita penemuan bom di beberapa tempat. Dari laporan Polda Maluku yang diperoleh Masariku, diketahui bahwa pada beberapa lokasi telah ditemukan bom. Diantaranya; Depan Kantor Kejaksaan Negeri Maluku, Pohon Puleh, Diponegoro Dalam, Batumerah, dan Passo. Lokasi tepatnya belum diketahui pasti, namun beberapa ruas jalan segera diblokir untuk mempermudah tugas penjinakan bom oleh tim gegana. Masariku Network Ambon mencoba melintasi beberapa wilayah dimaksud untuk membuktikan kebenaran informasi tersebut. Ternyata benar pada beberapa ruas jalan terlihat barikade pagar kawat melintang menutupi badan jalan. Sementara puluhan aparat keamanan bersenjata lengkap memenuhi wilayah TKP. Diantaranya pada perempatan di depan polsek Sirimau (pos kota), ataupun di daerah Air Mata Cina. Menariknya lokasi-lokasi penemuan bom terletak sangat berdekatan dengan penempatan pos-pos aparat keamanan. Ini memunculkan dugaan di banyak kalangan masyarakat (termasuk teman-teman Muslim yang dijumpai malam ini) bahwa kelompok hijau (TNI AD) disinyalir bermain di balik teror bom malam ini. Sinyalemen ini dikaitkan dengan pernyataan DPRD Maluku beberapa hari lalu bahwa situasi di Maluku secara keseluruhan sudah aman dan kondusif, sehingga memungkinkan dilaksanakannya proses suksesi gubernur. Selain itu telah dipublikasikan juga rencana kedatangan Menko Kesra Yusuf Kalla ke Ambon pada tanggal 25 April mendatang. Bila sinyalemen tersebut benar, maka tak sulit untuk menduga bahwa pada Yusuf Kalla akan disodorkan bukti bahwa manejemen keamanan masih perlu dipertahankan di Maluku, karena situasi belum aman dan kondusif. Design ini akan kait mengait dengan penggelembungan isu separatis untuk menjustifikasi perlunya keberlanjutan penerapan UU Darurat Sipil di Maluku.

Banyak dugaan dan prediksi bisa dibuat, tapi satu yang pasti bahwa masyarakat kelihatannya semakin sulit untuk terpancing. Semoga saja ketahanan masyarakat terus bisa berkembang, dan tidak terpuruk untuk masuk pada jebakan-jebakan baru lagi.

MASARIKU NETWORK AMBON
 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/batu_capeu
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044