Elsham News
Service,
06 September 2006
Razia Sajam, Satu Tewas Tertembak
*Kwamki Lama Kembali Mencekam
Sementara itu dari Timika dilaporkan, situasi
memanas dan mencekam kembali menyelimuti
Kelurahan Harapan Kwamki Lama, Distrik Mimika
Baru, Provinsi Papua setelah seorang warga
kubu atas bernama Rek Murib (39), tewas.
Korban tewas sekitar pukul 15.00 WIT di Jalur
IV, Kwamki Lama.
Rek Murib tewas diduga akibat terkena tembakan
pada dahi bagian kanan tapi tidak menembus
belakang kepala korban. Namun identifikasi
dari mana asal tembakan, jenis peluru, serta
jenis senjata, belum diketahui.
Setelah melalui dialog dengan Wakapolda Papua
Brigjen Donald Aer, jenazah korban kemarin
sore dievakuasi dengan kendaraan perintis
polisi ke Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM)
untuk diperiksa guna memastikan penyebab
kematian.
Informasi kematian Rek Murib awalnya
disampaikan masyarakat kubu atas kepada Danrem
171/PVT, Kolonel Suyatno yang melewati Jalan
Kanguru, Kwamki Lama. Informasi itu diteruskan
Danrem kepada Kapolres Mimika, AKBP Jantje
Jimmy Tuilan. Kapolres kemudian meminta
seorang tokoh masyarakat kubu atas, Marius
Kogoya (mediator) untuk mengecek kebenaran
tewasnya Rek Murib yang diduga tertembak.
Data kepolisian serta data lapangan yang
dihimpun Radar Timika (grup Cenderawasih Pos),
Senin (4/9) menyebutkan, peristiwa naas yang
menimpa Rek Murib terjadi di saat aparat
gabungan Polres, Brimob serta TNI merazia
senjata tajam milik warga kubu tengah pimpinan
Elminus Mom.
Namun razia sajam tersebut hanya berlangsung
setengah jam (15.00-15.30 WIT) karena ditolak
banyak warga, termasuk para wanita kubu
tengah. Massa yang menolak razia senjata tajam
lalu memalang jalan dengan kayu dan pohon yang
ditebang di wilayah kubu tengah.
Penolakan itu membuat aparat gabungan di Jalur
IV lokasi mengeluarkan tembakan peringatan ke
udara. Namun razia kemudian dihentikan setelah
terdengar kabar jatuh korban jiwa.
Akibat Rek Murib tewas, massa kubu atas
dipimpin panglima perang Negro Wanimbo
berkumpul di lokasi sosial, Jalan Kanguru.
Mereka mengitari jazad korban yang diletakkan
di jalan ditutupi daun pisang.
Massa menuntut agar jazad Rek Murib diperiksa
secara medis agar diketahui dengan jelas
penyebab kematiannya. Bahkan sempat ada yang
meminta otopsi dilakukan di lokasi itu agar
disaksikan mereka.
Direskrim Polda Papua Kombes Pol. Drs Paulus
Waterpauw bersama Kapolres Jimmy Tuilan
disusul Wakapolda Papua Brigjen Pol. Donald
Aer kemudian datang memeriksa kondisi mayat
Rek Murib.
Kemudian Wakapolda melakukan dialog dengan
warga kubu atas. Saat itu, Jekman Waker, Eska
Kogoya dan beberapa warga kubu atas mengatakan
bahwa Rek Murib bukan tewas akibat dibunuh
kelompok kubu tengah. Mereka mengatakan Rek
Murib tewas tertembak aparat. Mereka juga
menilai barikade aparat membuat seolah-olah
aparat memihak kubu tengah.
Mereka meninta jazad Rek Murib menjadi
tanggungjawab Polda, Polres serta Bupati
Mimika. "Kematian korban merupakan hal nyata
dan kenapa korban ditembak seperti ini," kata
Eska Kogoya. Hal senada dikatakan Oktovianus
M, yang mengaku melihat korban terkena
tembakan. "Saya minta tanggung jawab, karena
kami masyarakat bingung dengan kejadian ini,"
kata Oktovianus.
Demi Murib, keluarga korban juga meminta
tanggungjawab pemerintah dan aparat terhadap
kematian Rek Murib.
Menanggapi hal itu, Wakapolda Papua Brigjen
Pol. Donald Aer mengatakan, atas nama kesatuan
dan pribadi merasa prihatin terhadap musibah
tersebut. Menurutnya penyebab kematian korban
harus dipastikan dulu. "Kita harus pastikan
dulu penyebabnya, siapa yang tembak, jenis
peluru dan senjata yang digunakan, dan siapa
yang akan bertanggungjawab," kata Wakapolda
yang prihatin dengan perang yang
berlarut-larut itu. "Akan kami proses sesuai
ketentuan hukum. Jika anggota kami yang
lakukan karena kelalaian atau faktor
kesengajaan (penembakan itu) maka kami akan
proses dan tindak tegas oknum tersebut," kata
Wakapolda sembari menambahkan akan meminta
keterangan dari warga yang mengaku melihat
korban tertembak.
Ditemui Radar Timika usai pertemuan dengan
pihak korban, Wakapolda mengatakan, "Kita akan
tetap menangani aksi perang ini sampai
situasinya memungkinkan hingga adanya proses
perdamaian murni."
Sementara itu, Kombes Pol Paulus Waterpauw
mengatakan kasus tertembaknya Rek Murib akan
ditanganinya langsung mulai dari olah TKP
hingga mengungkap bukti-bukti. "Yang pertama
kita akan lakukan proses medis yakni otopsi
atau visum, apakah terkena tembakan peluru
atau tidak. Ini akan dibuktikan secara
forensic," kata mantan Kapolres Mimika itu.
Iapun meminta kerjasama seluruh masyarakat
khususnya kubu atas.
Kombes Paulus Waterpauw yang baru-baru ini
menjadi Komandan Upacara HUT RI di Istana
Negara ini juga meminta masyarakat menyudahi
perang."Masyarakat yang mendengar bisikan atau
dorongan yang sifatnya negative, segera
laporkan kepada aparat sehingga tidak terjadi
tindakan-tindakan anarkis," kata mantan
Kapolresta Jayapura itu.
Sedangkan Kapolres AKBP Jantje Jimmy Tuilan
menegaskan dirinya siap bertanggungjawab jika
penembakan yang menyebabkan Rek Murib tewas
dilakukan anggotanya. "Saya sangat prihatin
dan atas nama kesatuan dan pribadi saya siap
bertanggungjawab," kata Kapolres Jimmy Tuilan.
Kubu Tengah Serahkan Panah, Kubu Atas
Lempar Panah
Sebelumnya, pagi kemarin sekitar pukul 10.00
WIT Dandim 1710 Mimika Letkol Inf. Tri Suseno
didampingi Kapolres Mimika AKBP Jantje Jimmy
Tuilan, SE dan Kadistrik Mimika Baru, James
Noldy Sumigar menerima secara simbolis
penyerahan busur dan panah dari Panglima
Perang Kubu Tengah Elminus Mom didampingi
David Wandikbo dan disaksikan oleh para warga
kubu tengah yang datang dengan membawa panah
dan busur masing-masing di markas Kubu Tengah
di Jalur III Kwamki Lama.
Sesuai dengan agenda pada kemarin pagi, semua
panah dan busur yag dimiliki oleh para warga
akan dikumpulkan oleh pihak aparat dari TNI
dan Polri yang sejak pagi hari sudah tiba di
Kwamki Lama. Di pintu masuk ke Kwamki Lama
yakni di bundaran check point Mile-28, pihak
kepolisian sudah melakukan razia senjata tajam
dari setiap warga baik yang masuk maupun
keluar. Semua mobil baik kenderaan umum maupun
kenderaan pribadi dan ojek tidak terkecuali
turut disweeping. Dua buah panser tampak
berjaga di kiri dan kanan jalan masuk dengan
laras mengahadap ke arahTimika dari satuan
Kavaleri.
Dalam razia sajam kemarin, beberapa warga
didapati membawa pisau dan badik terutama
warga yang hendak menuju ke Kwamki Lama. Semua
warga yang memiliki senjata tajam tersebut
dicatat namanya dan diminta untuk ikut ke pos
pemeriksaaan di sebelah kiri pintu masuk ke
Kwamki Lama. Sweeping ini berlangsung hingga
sore hari sebagai antisipasi terhadap warga
yang membawa senjata tajam ke Kwamki Lama
untuk persiapan perdamaian.
Dalam kesempatan itu sebelum menyerahkan
secara simbolis panah, kepada Dandim dari
Elminus Mom, setelah diawali dengan doa oleh
salah satu pendeta. Dalam kesempatan tersebut,
Elminus Mom selaku Penglima Perang didampingi
David Wandikbo mengatakan bahwa sejak
ditandatanganinya perjanjian damai bersama,
sebenarnya pihaknya ingin mematuhinya dengan
tidak melanjutkan perang, namun ketika ada
penyerangan dari pihak atas, sehingga kami
juga harus membela diri sehingga semua warga
kubu tengah bersiaga kembali.
Semua tahapan penyelesaian secara adat sudah
kami ikuti dan sudah memasuki tahap yang
ketujuh, dan kami ingin supaya ada kedamaian
di Kwamki Lama dengan demikian pembangunan
akan terus berlanjut. Pihaknya juga
menyesalkan kematian kedua pendeta tersebut.
Dalam isitilah kami anda jual kami beli sebab
sebenarnya kami sangat ingin hidup aman dan
kembali berdamai satu dengan yang lain
katanya.
Pihak kubu tengah juga yang sudah tanda tangan
perjanjian damai dan kami ingin menuruti
perjanjian damai itu sehingga kami ingin
menyerahkan panah dan busur ini sebagai tanda
kami ingin berdamai katanya.
Kapolres AKBP Jantje Jimmy Tuilan, SE
mengatakan bahwa proses perdamaian yang ada
selama ini terganggu diakibatkan oleh masuknya
iblis di hati masing-masing warga sehingga
terjadilah peperangan dan pembunuhan. Mari
kita berdamai jangan mau diperbudak oleh
kejahatan, memang saat ini kita belum merasa
berdosa namun nanti dikehidupan mendatang kita
juga akan diminta pertangungjawaban oleh Tuhan
ungkapnya.
Kalaupun ada perlawanan dari kubu atas yang
akan menghadapi adalah dari aparat yang sudah
siap di lokasi sehingga warga tengah sebaiknya
berjaga-jaga saja di rumah masing-masing dan
jangan mau terpancing sebab puluhan Brimob
sudah datang dengan tameng dan pentungan untuk
mengawal di tengah kedua kubu.
,"Kalau begini terus kapan mau hidup tenang
dan mau maju, dan masih terus berperang yang
menjadi korban adalah warga sendiri dan
pembangunan tidak bisa berjalan dan yang lebih
hancur lagi masa depan anak-anak menjadi
terganggu," ujarnya.
Dandim 1710 Mimika Letkol Inf. Tri Suseno
menerima penyerahan panah tersebut. Namun saat
Dandim meminta agar semua panah diserahkan
sebahagian warga mulai pergi meninggalkan
lokasi pertemuan. Kepergian itu dipicu oleh
ditemukannya panah dari pihak atas yang masuk
ke dalam wilayah tengah sehingga penyerahan
panah dan busur menjadi gagal kembali dan
hanya dua busur dan panah yang sempat
dikumpulkan sebab kubu atas sudah datang
menyerang dan sudah melewati semak-semak di
Jalur IV sambhil berteriak. Dandim mencoba
menenangkan warga dan menghimbau agar warga
berkumpul di dekat rumah dan akan menghalau
para penyerang.
Dua mobil perintis segera maju ke perbatasan
kedua kubu. Kapolres AKBP Jantje Jimmy Tuilan,
SE dengan menaiki mobil perintis dengan
menggunakan pengeras suara meminta kepada para
warga yang sudah dekat satu dengan yang lain
segera mundur. Berkali-kali himbauan itu
dikumandangkan, namun warga dari atas
sepertinya tidak mau menurutinya bahkan terus
maju sambil berteriak dengan yel-yel perang.
Puluhan personil dari TNI dari Yonif 754 ENK
kembali ditambah untuk memisahkan kedua kubu.
Sekitar pukul 11.00 kedua kubu sudah agak
tenang, dan kedua kubu hanya tampak
berjaga-jaga. Sementara dari pantauan Radar
Timika, beberapa rumah yang ditinggalkan warga
tampak berasap di Jalur IV. Petugas kepolisian
beruaha memadamkan api yang sudah meresap ke
dalam kayu tiang penyanggah rumah. Rumah
tampak berantakan, piring-piring berserakan
dan kandang-kandang babi tampak kosong.
Kebun-kebun yang ada dipinggir jalan juga
tampak tidak dikerjakan lagi. Sementara itu
sore hari sekitar pukul 14.30 WIT kedua kubu
kembali terlibat perang. (Radar Timika)
Source |