MENU ARTIKEL



Personal Photos

Halaman Utama

BANGGA OLEH KEHINAAN, MALU OLEH KEMULYAAN

Saya ingin mengajak kepada anda, terutama di dalam kekhusukannya masing-masing dengan sedikit merefleksi acara yang lalu, bahwa bulan kemarin saya tidak datang dan Al-khamdulillah saya tidak datang, karena dengan begitu anda bisa membuktikan, bahwa anda tidak membutuhkan saya, buktinya bahwa acara berlangsung sampai larut tengah malam. Hamba Allah lulus di depan Allah kalau dia sudah sanggup, meniadakan dirinya sendiri dan sanggup tidak tergantung kepada siapapun kecuali kepada Allah, dengan menggunakan akal cerdasnya, emosinya yang baik dan bukan emosinya yang jahat.
Intinya, Padhang Mbulan sementara ini kita liburkan selama tiga bulan, untuk menguji dirinya bahwa kalau tidak ada Padhang Mbulan itu lantas bagaimana? Dan al-khamdulillah kita tidak terpengaruh apa-apa, jangankan tidak ada Padhang Mbulan, tidak ada Indonesiapun kita tetap bisa seperti ini, karena Allah selalu merakhmati kita tetap adanya bumi, tanah, sawah, dan rakhmat yang agung yakni, Islam, Rasulullah, dan Allah itu sendiri. Kita jangan terikat oleh idomatik-idiomatik keduniaan yang menjebak.
Maka saya ingin mengajak kepada saudara-saudara untuk ber-tahlil, itu artinya ber-"LAILAHA ILLAHA" dengan dilengkapi "MUHAMMADAR RASULULLAH" agar bisa terus menyadari deskripsi dari Allah atas fungsi dan kedudukannya. Pertama Allah sebagai Illah, Dia adalah Tuhan. Sebagai Makhfud, artinya Allah sebagai satu-satunya yang kita sembah, tidak ada yang cocok disembah kecuali Allah . Kedua, sebagai Rabbun , Dia adalah pengasuh, kita tempatkan sebagai Maksud, artinya kalau kita punya kehendak apa-apa, untuk menumpahkannya hanya kepada Allah, sebab kalau ditumpahkan kepada orang lain pasti belum tentu maslahat. dua fungsi Allah ini, disamping yang ada dalam Asmaul Khusna, harus tetap kita pahami sebagai fraksis hidup kita.
Kalau Gus Dur punya kehendak untuk melolosi Kapolri, atau bikin dekrit, seharusnya konsultasikan dahulu pada Allah, sehingga benar-benar bisa lolos dan berhasil. Untuk itu mari kita mempersiapkan diri, sebab sekarang ini "tinja" sudah disebar di mana-mana, tidak hanya di halaman rumahmu, di jalan-jalan, tidak hanya di gedung-gedung, kantor-kantor, istana, gedung DPR/MPR, semua orang sudah terkena "tinja" dan sekarang ini memang sudah zaman "tinja". Sehingga kita tidak mengerti kapan malu, kapan tidak, kapan bangga, kapan tidak., dan sudah terbolak-balik. Seharusnya malu malah bangga, seharusnya bangga malah malu, seharusnya menutupi wajah, malah membuka-buka wajah. Seharusnya pantatnya ditutup malah dibuka-buka, dan puncaknya ilmu sekarang ini, ketika orang sudah berani memperlihatkan "wudel"nya.
Saat ini penuh kotoran, dan ini zaman "wirang" karena manusia penuh kotoran, maka dia "wirang" dari yang paling kecil sampai yang paling atas, tetapi tidak tahu bahwa sesungguhnya "wirang". Dan "wirang" ini kalau di dalam mental disebut "pekok" (bodoh), "lah-loh", di dalam akhlak "syai'ah" artinya "wirang" secara moral. Kalau kewirangan spiritual itu tidak melihat kecuali uang, makanan, material duniawi, hanya itu saja, maka dia "wirang" spiritual. Tahapannya sudah sampai pada cara berpikir yang ini bagaiamana? Mau dekrit atau SI juga tidak mengerti, termasuk yang melaksanakan juga tidak mengerti, dan yang namanya tinja itu macam-macam, baik sisinya maupun levelnya, baik ekstrinsik maupun instrinsik. Secara ekstrinsik yang namanya tinja banyak sekali , gampang dibaca, gampang dilihat, tetapi tinja yang kelihatan saja, banyak orang sudah tidak bisa membedakan apakah itu tinja atau "gethuk". Sehingga setiap hari hanya me-makan tinja.
Maka saya paham, bahwa orang-orang yang berkumpul di sini, adalah orang-orang yang berjuang melawan "tinja", dan terus-menerus membersihkan tinja yang sudah tersebar dimana-mana. Di alam kebudayaan, di politik, di ekonomi, dan di bidang apa saja. Maka yang ideal adalah kalau kita sanggup membikin suatu gerakan untuk membersihkan "tinja" dari Republik Indonesia. Dan jangan langsung "GR" dulu, sebab sekarang ini sudah mustahil untuk dapat membersihkan "tinja". Tetapi jangan khawatir, sebab yang ditagih oleh Tuhan, bukan bersihkan "tinja" dari negaramu! Tuhan pasti lebih tahu apa yang paling baik untuk anda. Maka ada do'a : ROBBANA WALATUKHAMILNA WALAQOTALANABIH, maka Tuhan akan mengabulkan dengan tidak membebani sesuatu yang tidak bisa kita atasi. Dengan begitu ditengah konstelasi zaman tinja ini, asal anda bisa berjuang untuk tidak terkena tinja itu sudah al-khamdulillah.
Maka saya yakin bahwa orang-orang yang hadir disini, tidak perlu saya omongi apa-apa, karena anda adalah orang yang sudah jelas mencari apa, maka berkumpul disini. Seratus persen saya percaya atas keyakinan ini, dan kalau Allah melihat keyakinan saya ini keliru, mudah-mudahan Allah langsung membenahi dan mengkritik saya.
Kalau di bidang intelektual, anda mencari kecerdasan yang benar. Kalau di bidang aklak, anda mencarai aklakul karimah, kalau di bidang dunia akherat, anda mencari dunia yang selamat, akherat yang selamat. Kalau di bidang makanan, anda mencari makanan yang halal. Kalau di bidang berita, anda mencari yang obyektif. Tetapi saya ingin berpesan, karena kita ini bukan orang Budha, bukan orang komunis. Kita ini orang Islam yang punya kewajiban amar ma'ruf nahi munkar, maka saya minta, meski setiap orang itu hanaya dapat satu orang. Informasikana pada teman anda, tanyakan pada tetangga anda, apakah besuk atau kapa-kapan. "Anda ingin mencari apa?" anda hidup sudah berumur segitu ingin mencari apa? Mencari apa, itu ada di bidang macam-macam. Anda mencari apa kok harus begitu? Kok sampai bingung seperti itu? Anda ini mau kemana? Sesungguhnya yang dicari itu apa? Terus tercapai atau tidak? Kok belum bahagia juga sampai sekarang.
Rumus di dalam hidup ini adalah, ada kaya dunia-akherat, ada kaya dunia saja, ada kaya akherat saja. Ada miskin dunia-akherat, dan seterusnya. Itu rumusan yang jelas, cuma mari kita pertanyakan kembali, sebab sekarang ini sudah tidak ada perlunya anda memikirkan elit politik, toh ada berita apa saja anda tidak bisa berbuat apa-apa, dan kalau anda sudah tidak bisa berbuat apa-apa, berarti itu kewajibannya Allah. Makanya mulai dua bulan yang lalu saya meliburkan Padhang Mbulan, Kenduri Cinta, anda Mocopat Safaat tidak perlu libur, karena tidak liburpun anda sudah berada dalam situasi libur, artinya sudah bersikap untuk menolak kalau cuma royokan "tinja" , ribut mendukung sana-sini.
Maka kalau ada teman-teman yang tidak suka sama saya, tidak percaya sama saya, itu coba lihat apa sesungguhnya dasar kebencian dan ketidak percayaan itu? Apa sich dasarnya orang hidup itu, sehingga bisa dipercaya dan tidak dipercaya. Misalnya di dalam pergaulan, apakah disitu ada ketulusan, kejernihan hati. Kalau di bidang politik, karier, itu jelas, nomor satu adalah karena ambisi. Pokoknya bagaimana caranya, meski satu partai, royokan kursi, bahkan sampai ada satu partai tega membunuh temannya dengan di santet, hanya karena pertarungan ambisi.
Anda bisa lihat pada diri saya, saya ini ambisi apa? Zaman Soeharto saya minta apa? Zaman Habibie saya jadi apa? Zaman Gus Dur saya ini jadi apa? Dan saya ini Insya Allah, tidak akan pernah minta jatah apa-apa di dunia. Anda masih dengki, iri, itu maksudnya apa? Anda jangan membebani hati saya, sebab saya ini kasihan sama anda. Saya ini kalau dipukul orang, misalnya tidak memar, malah saya memarkan sendiri, biar anda lega. Sebab saya kasihan, anda sudah susah-susah memukul saya kok tidak memar. Saya ini kalau ada yang menusuk, dan tidak mengeluarkan darah, malah saya tusuk sendiri biar keluar darahnya, biar yang menusuk saya itu lega hatinya. Kalau dibikin menderita saya akan pura-pura menderita, supaya yang membikin saya menderita itu lega hatinya. Saya kasihan, sudah berbuat jahat kok tidak mengahsilkan penderitaan. Hal lain, bahwa saya ini tidak boleh muncul di koran, disembunyikan oleh pers, dibunuh oleh media massa, saya juga harus memperlihatkan kalau saya sedih.
Saya hanya memberi contoh mengenai pengalaman pribadi saya, tetapi itu semua tidak merupakan urusan yang saya urus. Jadi intinya sederhana, semua masalah yang bersifat horisontal, apakah kita ditipu orang, kita disakiti orang, dikhianati orang, dirampok, difitnah, atau apapun saja segala macam kejahatan dan penderitaan, atau dengan kata lain dalam ilmu saya, semua pengalaman-pengalaman pribadimu, sosial-politikmu, yang bersifat horisontal, atau yang disebabkan oleh sesama makluk Allah tidak boleh menjadi alasan untuk melakukan sesuatu. Saya tidak boleh menulis puisi hanaya karena dendam, tidak boleh pentas hanya karena ingin memamans-manasi pihak lain, saya tidak boleh bikin revolusi, hanya karena saya merasa didholimi. Apapaun yang engkau lakukan, wahai makluk-makluk Allah yang menganiaya kepadaku, tidak akan aku jadikan alasan untuk mengambil keputusan di dunia.
Setiap langkah kita, kalau anda orang-orsang yang bertaukhid, setiap keputusan kita, langkah-langkah kita, gerak tangan kita, bahkan setiap getaran hati kita hanya berlangsung karena sebab-sebab yang bersifat vertikal, tidak boleh bersifat horisontal. Inilah ilmunya, kalau anda ingin jaya, Ingin jadi pendekar yang tidak bisa dibunuh orang bersikaplah seperti itu.