MENU ARTIKEL



Personal Photos

Halaman Utama

MAIYAH, PEMBURU DAN ABANGAN

Posted on 2002/6/26 20:59:17
Maiyah adalah kebersamaan, bebarengan. Berasal dari kata ma'a yang artinya bersama. Maiyatulloh artinya kebersamaan dengan Allah. Kalau kata Nabi Musa As. "Inna maiya Robbi", atau kalau kata Nabi Muhammad SAW ketika di Goa Tsur bersama Abu Bakar Assidiq lari dari kejaran kafir Quraisy, lalu Abu bakar takut dan gemetar lalu Rosululloh berkata "La takhof wa la tahzan, innalloha ma'anaa", jangan takut dan jangan sedih, Allah bersama kita.
Jadi maiyah adalah kebersamaan vertikal dan kebersamaan horisontal.

Ini namanya maiyatulloh. Kita di pasar, di tempat kerja, lagi bertengkar dengan istri/suami atau dimanapun dan sedang apapun saja selalu ingat Allah berarti kita bermaiyah. "Dimanapun engkau berada engkau bersama Allah dan Rosululloh. Kita selalu sadar bahwa kita selalu bersama Allah dalam keadaan apapun juga, itu namanya maiyatulloh. Jadi yang namanya maiyah itu kita bersama-sama melingkar seperti ini supaya Indonesia nantinya bisa seperti ini". Begitu penjelasan Cak Nun mengenai maiyah mengawali acara Maiyah Sholawat di Masjid Al Falah, Kelurahan Sumbang, Kecamatan Kota Bojonegoro pada hari Selasa tanggal 18 Juni 2002.

Maiyah adalah siapapun saja, apapun golongannya, apapun partainya nggak perduli yang penting bersama-sama membangun Indonesia. Indonesia kalau ingin selamat, bisa keluar dari krisis yang berkepanjangan ini teorinya hanya satu: MAIYAH. Maiyah itu tidak seperti yang difirmankan Allah SWT: "tahsabuhum jami'an wa qulubuhum syatta", kelihatannya bersama-sama, bersatu padu tetapi sesungguhnya terkeping-keping satu sana lain, saling mengincar untuk mengalahkan da merugikan yang lain.

PPP, PKB, PDIP dan semua partai yang ada itu (seharusnya) tujuannya sama, yaitu menyejahterakan rakyat Indonesia. Itu namanya maiyah. Kalau tidak, kalau hanya mencari kepentingannya sendiri-sendiri, kalau hanya mengejar keuntungan golongannya sendiri itu bukan maiyah.

Anda semua harus waspada, jangan mudah dibohongi sebabpolitik itu sama dengan pemburu, jika tujuannya belum tercapai yaa akhirnya menghalalkan segala cara untuk memburujabatan yang dimaksud. Makanya jangan gampang percaya kepada siapapun. Percayalah hanya kepada Allah dan Rosululloh. Termasuk kepada saya jangan mudah percaya, sebab siapa tahu saya sedang membohongi dan mbujuk anda semua. "Undur maqola wa la tandur manqola", kalau yang diomongkan baik ikuti, siapapun yang bicara, tidak peduli yang penting apa yang dikatakannya, itu rumusnya. Bangsa Indonesia sengsara sampai dengan hari ini sebab kita masih terlalu gampang percaya kepada orang tanpa melihat dan menyelidiki apa yang dikerjakannya. Berkali-kali ganti pemimpin tetapi keadaan kita tetap saja tidak ada perubahan, ungkap Cak Nun mengomentari perselingkuhan elit politik diatas hubungannya dengan
maiyah.

***

Menjawab pertanyaan jama'ah yang meminta pendapat mengenai amandemen UUD 1945 Cak Nun menjawab, anda semua setiap hari sholat, setiap saat menyantuni anak yatim, setiap saat berbuat baik, sekarang saya bertanya: itu semua siapa yang menyuruh? Siapa yang memerintah? Apa negara menyuruhmu? Apa UU memerintahmu? Yang penting kita tetap melakukan perbuatan baik, tetap menyantuni anak yatim, tetap berzakat. Kita tetap melakukan seperti ini meskipun nanti (umpamanya)
negara melarang. Jadi ada amandemen ataupun tidak, bagaimana nanti jadinya UUD yang baru, yang penting kita terus Islam, selesai masalah. Sebab yang menyuruh kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik diatas adalah Allah, Alqur'an.

Langkah kita harus jelas, kita mau masuk atau mau keluar harus jelas. Dalam bidang apapun saja, pilihan kita harus jelas. Kalau memang mau baik, mau Islam yaa harus baik dan Islam yang sungguh-sungguh. Tetapi kalau memang mau rusak ya rusak sekalian, jangan setengah-setengah. Jangan berdiri di pintu, masuk tidak, keluar juga tidak. Tetapi begitu ada hidangan di meja kita cepat-cepat masuk rumah untuk mengambilnya, namun begitu giliran ada bahaya datang kita lari buru-buru. Itu namanya sikap abangan. Abangan adalah sikap yang setengah-setengah, sikapmengambil untungnya sendiri. Orang seperti inilah yang membikin rusaknya Indonesia sampai dengan hari ini, tutur Cak Nun mengomentari penanya yang kesulitan menentukan sikap dalam pergaulan sehari-hari di lingkungannya.


***

Sebelum menutup acara Cak Nun mengajak seluruh jama'ah maiyah yang hadir untuk berdoa mudah-mudahan siapapun pemimpin/presiden kita yang akan datang dipilih langsung oleh Allah, sebab kalau yang memilih Allah pasti benar, pasti terjamin semuanya. Kekuatan apapun saja takkan bisa menghancurkan pilihan Allah, tetapi kalau kita yang memilih belum tentu benar. "Asya 'antahroku syaian wa huwa khoirul lakum wa'asya antuhibbu syaian wa huwa syarrullakum". Allah berfirman, apapun yang engkau anggap tidak baik ternyata baik bagimu, apapun yang engkau baik ternyata tidak baik bagimu. Kita masih keliru-keliru, ilmu kita belum matang. Jadi meskipun pemilihan presiden langsung belum tentu presiden yang kita pilih itu adalah orang yang betul-betul mencintai rakyat Indonesia. Oleh karena itu kita hanya bisa berdoa semoga Allah langsung yang memilih pemimpin kita yang akan datang. Aamiin Yaa
Robbal 'Aalamiin.

Sementara itu, meskipun acara malam itu sudah selesai, sebagaimana pada maiyahan di tempat-tempat lain, para jama'ah belum juga beranjak dari tempatnya. Seolah mereka masih terpaku meresapi apa yang barusan disampaikan oleh Cak Nun yang tidak hanya bicara masalah agama, situasi politik kekinian, keadaan sosial kita dan kebudayaan, tetapi juga menghibur dengan musik Kyai Kanjeng Sepuh-nya dengan lagu-lagu, yang dalam komunitas jamaah maiyah, disebut snack-snack maiyah. (M. Choiruddin MS - Blora).***
note:
mohon maaf bila terdapat kesalahan dalam penulisan terutama dalam kalimat bahasa arab, red