MENU ARTIKEL



Personal Photos

Halaman Utama

MANUSIA 1/6 DI BANTEN

“Ada orang yang begitu intelektual, pengetahuan dan ilmunya mumpuni, gelarnya sampai berderet-deret, akan tetapi effektivitas fungsinya mandul. Pintar, tapi mentalnya bobrok dan spiritualitasnya tak bercakrawala. Sehingga ilmunya berdiri sendiri. Ada juga orang yang mentalnya bagus, teguh pendirian dan memiliki keberanian. Tetapi ia tak punya prioritas dalam hidupnya sehingga juga tidak banyak mampu berbuat. Langkahnya keliru-keliru, sering naif, dan pada tingkat ketegasan tertentu ia malah tampak sebagai preman, brutal. Tipe terakhir adalah orang yang bisa diandalkan kesalihannya, kekhusyukan hidupnya, intensitas ibadatnya. Namun ia tidak bisa banyak berbuat untuk masalah-masalah sosial. Ia seperti seorang eskapis yang duduk bersila dan berdzikir di gua persembunyiannya.” Begitulah cak Nun menjelajahi tipe-tipe manusia disela-sela maiyahannya dalam “Penutupan Mukernas IDI” di halaman walikota Cilegon, Anyer, Banten, 26/10/02. Sejak dulu hingga sekarang Cak Nun sering menguraikan hal itu karena memang penting untuk perbaikan bangsa dan negara ini. Kita butuh pemimpin yang utuh dan itu memang syarat yang seharusnya ada pada kita sebagai manusia. Bangsa kita memerlukan manusia pemimpin yang tidak sepertiga; pinter doang, berani doang, atau terkadang Cuma sholeh melulu. Kita tidak bisa mengharapkan watak kearifan kemanusiaan, kematangan sosial, kecerdasan futurologis, serta kepekaan terhadap komprehensi kasih sayang dalam kehidupan berbangsa dari pemimpin-pemimpin sepertiga seperti itu. Tapi yang terjadi saat ini malah degradasi manusia. Jangankan sepertiga, untuk pinter saja setengah-setengah. Berani juga setengah-setengah. “Pemimpin kita ini pinter nggak, alim ya tidak, kalaupun berani ya setengah-setengah, koq jadinya malah sepernam”. Lanjut Cak Nun memberi contoh sikap para pemimpin kita menghadapi ‘serangan’ Amerika dalam kasus terorisme. Semoga generasi kelak tidak menjadi 1/12. Atau jangan-jangan malah habis sifat manusianya. ..(red)