HISTERIA UMMI KULTSUM DI
GOMHOURIA THEATRE MESIR.
Posted on
2003/3/5 18:24:28
Acara paling akbar di cairo di Gomhouria theatre,
di sambung ke berbagai kota propinsi lain seperti
Alexandria, Ismailia, Tanta, El Fayyun,
St.Catherine, KBRI dan juga di dalam kapal sungai
nil untuk mewarnai penelusuran sungai nil.
Menurut info dari panitia bahwa semua kegiatan
pementasan maiyah ini ditayangkan oleh TV
kebudayaan mesir, NILE TV. Bahkan acara besar di
Cairo disaksikan oleh perwakilan dari 95 negara
dan 250 mahasiswa mesir. Diantara kegiatan
pembuka kemarin yang paling memberatkan adalah
proses kolaborasi bagi kedua belah pihak baik
dari group musik mesir maupun kia kanjeng. Betapa
sulitnya menyatukan musik dengan budaya dan style
yang berbeda, tetapi dengan kesabaran dan
ketelatenan secara perlahan dari pelan, sedang,
cepat akhirnya bisa dipertemukan irama intro
Wahdana secara bersama dengan suluk Cak Nun dan
Ustadz Mahmud. Dengan menyebut kalimat Alloh dan
Adzan akhirnya ditemukan kolaborasi musik
Wahdana, dilanjutkan dengan kolaborasi musik dan
vokal untuk syair Asmaul husna, kolaborasi ini
bisa dengan mudah ditemukan titik pertemuan
karena pertemuan yang terjadi banyak di vokal
dengan ending yang berbeda, akhirnya disepakati
yang akan dikolaborasi WAHDANA dan ASMAUL HUSNAH.
Proses kolaborasi masih dilanjutkan dengan
pertemuan antara pemusik secara non formal,
dimana Ari Blotong (Biola KK) dengan asyik berdua
dengan pemain Biola dari mesir saling mentransfer
ilmunya dengan masing-masing latar belakangnya,
Joko SP (Gitaris KK) diberi penjelasan secara
detail oleh pemain Gitar Gambus dari Mesir dengan
keterbatasan bahasa, joko sp diberi catatan rinci
tentang bagaimana cara menyetel gitar gambus
dengan baik, begitupun pak Is (pesuling KK)
mencoba mengadakan komunikasi tentang bagaimana
suling Mesir,semua dilakukan dengan santai.
Pada sesi pembuka kemarin, tanggapan orang orang
mesir ternyata begitu 'dahsyat' terutama saat
mendengar lagu ummi kultsum dilantunkan dengan
aransemen kiai kanjeng, semua histeris dan banyak
yang meloncat, menari dan menangis, karena orang
mesir bertengkar bisa reda dengan terdengarnya
lagu ummi kultsum. Mereka sangat terkagum-kagum
dan mengatakan bahwa suara Cak Nun maestro
setingkat Umi Kulsum. Bahkan ketika lagu Hijrah
Rasul dan Takbir Akbar dikumandangkan ada yang
menangis dan terkagum-kagum tak habis fikir bahwa
ada suara sebagus itu, dari sisi musik mereka
sangat mengagumi betapa dengan baik teman-teman
bisa melantunkan lagu-lagu Umi Kulsum, meskipun
betapa sulitnya memainkan musik itu. Yang mereka
heran juga ketika ada suara gamelan, mereka
sampai mencari itu suara apa. Intinya mereka
sangat senang dan kagum dan menurut cerita
orang-orang mesir dari anak-anak sampai orang tua
sangat hafal lagu umi kulsum sampai dari tepuk
tangan yang ada di cassetpun mereka hafal.
Gomhoria theatre malam itu begitu menakjubkan,
apalagi dengan dukungan setting panggung dengan
player kiai kanjeng yang lesehan dan player mesir
di kursi menjadikan suasana panggung menjadi
artistik dengan adanya kombinasi pembauran
tersebut. Semuanya menjadi haru dan penuh
surprise karena Indonesia Mesir ternyata tak ada
jarak psikologis. Ideologis disatukan dalam
nuansa budaya. [2 Mar 2003 23:10:15
reportase:Widj, Roh- red]
|