MENU ARTIKEL



Personal Photos

Halaman Utama

Pentas akbar di SUFISTIC SONG PERFORMANCE inindonesian and egyptian traditional and rhytm at Gomhouria theatre,
march 3,2003 at 08.00 PM

Posted on 2003/3/6 0:24:22
Setelah gladi resik sehari, akhirnya Kiai Kanjeng benar-benar pentas secara resmi dihadapan penonton mesir. Acara diawali dengan sambutan cak fuad yang memakai bahasa arab baku dengan sastra arabnya yang tinggi, memuja dan mengemukakan kehebatan ummi kultsum dalam tarik suaranya yang belum ada yang menandingi di seluruh alam. Mendengar sambutan tersebut, kontan semua orang Mesir bersorak sampai cak Fuad harus menunggu lama untuk tenang kembali, ternyata pemilihan kata yang bagus dari cak fuad mampu mengkondisikan penonton hingga mengakui kepiawaian orang Indonesia bukan sekedar bahasa Arabnya, tapi juga pemahaman sejarah kebudayaan Mesir.
Acara yang berlangsung malam hari ini kemudian disambung dengan nomor kolaborasi antara musik Kyai Kanjeng dengan Yassir dari Mesir. Karena improvisasi bebas maka Yassir Muawwadz dkk sangat kesulitan untuk mengimbangi variasi musik, malah cenderung bersautan. Meski begitu warna Kiai kanjeng tetap dominan, karena notasi dan warna bunyi gamelan dan instrumen indonesia yang sulit dikonversikan dengan alat musik mereka.
Suasana histeris benar benar tak dielakkan dari penonton mesir terutama pada nomor ummi kultsum yang di aransemen kiai kanjeng dengan gamelan musik jawa. Yang unik, kekuatannya justru pada suara gamelan jawa yang bisa harmonis dan menyatu dengan lagu legendaris Mesir, karena orang mesir sendiri menjadi sangat biasa apabila lagu ummi kultsum itu diiringi musik Arab, Jadi sekali lagi kekuatan magnetis penonton mesir justru pada instrumen GAMELAN JAWA, kendang, saron, demung, bonang dll.
Penonton dari Indonesia larut dalam suasana keindonesiaan seolah ia berada di Indonesia sewaktu menyaksikan kiai kanjeng main, lupa keberadaan dia di mesir. Demikian meriahnya pentas ini sampai Dadang, mahasiswa Indonesia yang sudah 9 tahun di mesir, sedikit agak ujub, merasa selama ini belum pernah ada pagelaran musik indonesia yang sesukses ini.
Respon penonton merata karena masing masing balkon diisi oleh beda etnis dan bangsa, pada nomor etnis madura misalnya lantai 3 gemuruh karena didominasi oleh mahasiswa madura dan jatim, tetapi pada nomor jazz justru lantai dua yang dominan untuk tepuk tangan
karena didominasi oleh pejabat utusan negara lain, Lantai pertama penonton yang mayoritas Mesir menjadi "mabuk" pada nomor ummi kultsum, sampai operator teknis sound system, dan lighting lupa tugasnya ditinggal bernyanyi dan menari. Banyak cucuran air mata pada nomor ini karena semua terbawa emosi penonton mesir.
Diluar, penonton yang datang terlambat terpaksa tidak bisa masuk ke dalam gedung. Hal ini cukup merepotkan panitia dan pihak menejemen gedung Gomhouria theatre, sehingga baru pertama kali Gomhouria ada penonton yang berdiri dan duduk di bawah, padahal syarat masuk gedung theatre international ini cukup ketat; penonton harus bersepatu, busana rapi, tidak boleh bawa handphone, kamera dll kecuali terdaftar, dan bebas dari rokok. Terakhir inilah yang paling merepotkan teman teman kiai kanjeng karena mayoritasnya AHLUL HISAB(perokok), hingga tak jarang pihak protokoler menegur beberapa person yang lupa merokok di gedung pertunjukan.
Selain itu, acara yang disiarkan oleh TV mesir itu juga menarik para wartawan dari luar negeri, mereka sangat antusias dan apresiatif yang tinggi kepada cak nun dan kiai kanjeng Bahkan, beberapa diantaranya ada yang merencanakan mementaskan kiai kanjeng di Perancis. Karena banyaknya pers ini yang membuat panitia cukup kalang kabut, sesi wawancarapun tak bisa distop, hingga dilanjutkan paginya dengan mengejar cak nun ke penginapan.
Demikan liputan unik dari Mesir kali ini. Dikatakan unik mengingat dalam sejarah pertunjukan di Gomhouria iklan dan publikasi biasanya besar besaran tapi tidak menjadi peristiwa yang besar. Namun sebaliknya, pada pementasan kiai kanjeng ini publikasi sangat terbatas, intern sekali, tanpa tiketing, tapi malah menjadi "peristiwa" pertunjukan yang mengesankan, seakan tersihir dan terhipnotis oleh pertunjukan kolaborasi kiai kanjeng dan Yassir Muawwadz.
[nov, red. Reportase by AL FAQIR WIJAYANTO FROM CAIRO]