MENU ARTIKEL



Personal Photos

Halaman Utama

MAIYAH PERAHU DI SUNGAI NIL

Posted on 2003/3/12 8:05:48
Selasa, 4 maret 2003, rombongan Maiyah Cak Nun dan Kiai kanjeng melakukan perjalanan dengan menyusuri sungai Nil. Sungai yang menjadi satu sumber kehidupan Negara Mesir ini terdiri dari dua bagian dimana ditengah-tengah sungai ini ada pulau yang menjadi satu bagian dari kota cairo. Disebut sumber kehidupan karena sungai ini tidak pernah ada habisnya meskipun airnya telah dipergunakan untuk segala macam keperluan masyarakat mesir. Karena itulah, saat menyusuri sungai ini berkali-kali diingatkan bahwa kita tetap harus bersyukur dan bersabar untuk mensyukuri semua nikmat Allah yang telah dihamparkan dihadapan kita.
Demi mewujudkan rasa syukur tersebut, kami menyelingi penelusuran ini dengan sholawat dan terbangan, bahkan kami sempat bermaiyah bersama selama setengah jam meskipun hanya dengan peralatan musik yang minim, yakni sekedar terbang. Meski begitu maiyahan bisa dilaksanakan dengan baik. Selain perwujudan rasa syukur tersebut, shalawat dan terbangan diatas perahu ini juga untuk menghormati orang-orang mesir yang sedang melakukan rekreasi menelusuri sungai nil. Dan Alhamdulillah, setiap melakukan perjalanan ini senantiasa kami menemukan keramahan dan kebaikan orang mesir, apalagi kalau mereka tahu bahwa kita muslim, karena di Mesir ini tidak semua masyarakat beragama islam, begitu juga belum tentu yang memakai jilbab itu muslim. Sehingga wajar bila kemudian mereka terdorong untuk bertanya, “apakah kamu muslim, atau muslimat?". Dan mereka tampak menyambut gembira sekali ketika tahu bahwa kami semua adalah muslim.
Setelah melakukan perjalanan di sungai nil, malam itu juga Cak Nun dan Kiai Kanjeng siaran langsung di Nail Teve (Teve Mesir ). Pada awal acara Cak Nun memberikan ulasan sambil melakukan dialok interaktif bersama pemirsa di rumah. Banyak sekali yang berpartisipasi dalam dialog interaktif, ada yang dari Quwait, dari TKW, dari Duta Besar Indonesia di Cairo dan dari beberapa penanya lain. Dialog interaktif ini dibantu penerjemahannya oleh Pak Nur Shomat (Atase Kebudayaan Indonesia di Cairo) dengan memakai 2 bahasa, Inggris dan Arab. [reportase by Roh from Mesir]