MENU ARTIKEL



Personal Photos

Halaman Utama

'HIDUPNYA' KBRI SETELAH 15 TAHUN

Posted on 2003/3/16 16:57:52
Universitas Al-Azhar yang merupakan salah satu universites berpengaruh di Mesir bahkan didunia kemarin kebagian tempat untuk bermaiyah. Maiyah yang diselenggarakan oleh KBRI ini berlangsung malam hari, bertempat di Aula Fak. Kedokteran Al Azhar, dihadiri oleh mayoritas staff dubes KBRI bersama seluruh keluarganya, para mahasiswa indonesia serta berbagai negara tetangga seperti thailand, malaysia, mesir, dll. Beragam dan banyaknya penonton saat itu mengakibatkan tak satupun kursi yang kosong hingga banyak penonton terutama yang dibagian belakang terpaksa berdiri.
Sedikit berbeda dari sebelumnya, pada maiyah kali ini diselingi spontanitas warga RI di Mesir dengan baca puisi oleh ibu Tatin hamama (penyair Indonesia yang di Mesir), juga pembawaan lagu duet suami isteri mas Hadian dan mbak sulastri, serta lagu kemesraan mas Ali oncom yang meskipun fals tetapi malah menghangatkan suasana. Selain itu juga kehadirannya Novia Kolopaking dipanggung yang tak pernah terjadi sebelumnya, serasa menjadi sebuah surprise tersendiri.Apalagi ketika membawakan lagu kelahiran semua penonton maju mengambil gambar sehingga panggung tertutup oleh kerumunan pemotret.
Secara keseluruhan, acara malam itu begitu sukses mengingat sudah cairnya penonton diawal oleh sentilan-sentilan, humor, muatan sosial, budaya dan sedikit politik Cak Nun. Hal itu membuat apa yang disampaikan langsung mengena pada hati penonton, sehingga gegap gempita, sorak sorai dan tawa meriah tiada henti dari awal, meskipun di ending juga dibangun kekhusukan oleh cn dan kk. Bahkan menurut pengakuan Salim, salah seoarang staff KBRI yang ditemui disela acara mengatakan baru kali ini acara di KBRI paling meriah, responsif, dan paling sukses mengambil hati penonton serta menurutnya rombongan terbesar inilah yang paling sukses di Mesir. Agaknya pemilihan nomor lagu yang sangat tepat dan metode komunikasi yang dipakai Cak Nun bisa membenarkan pendapat tersebut. Disitu cak nun menyapa seluruh etnis dengan memanggil orang asli madura hadi yasin, untuk turut serta membawakan lagu madura, begitu juga terhadap bangsa lain, ditambah dengan penampilan Imam Fatawi, si Roma Irama palsu, yang begitu elegant dan memancing emosi serta empati penonton dengan nomor-nomor dangdutnya. Dengan begitu semua penonton merasa diindonesiakan kembali, rindu tanah air, walau disusul sedih melihat kondisi indonesia pasca reformasi. Apalagi dengan adanya sesi dialog yang ditawarkan cak Nun memang membuat suasana benar-benar terlihat sangat responsif. Sesi dialog yang digelar di akhir acara tersebut langsung direspon oleh 6 mahasiswa. Ungkapan-ungkapan keprihatinan bangsa, kepemimpinan Megawati serta tawaran solusi-solusinya banyak menghiasi forum dialog tersebut. Beberapa diantaranya menyarankan agar Indonesia diwarnai perjalanan cintanya Maiyah.. Bagaimana Mr. Indonesia? [nov, reportase by ust. Wijay]