ILMU DAUN
(Daun Gus Dur, Daun Amien Rais, Daun...)
Lanjutan liputan Padhangmbulan Jombang
Posted on
2003/3/30 20:20:21
"Yang saya sebut dengan ilmu daun itu
sederhana sekali, wak tu Nabi Musa dengan
pasukannya akan berangkat perang melawan Fir'aun
tiba-tiba beliau sakit perut. Karena keadaan
sangat darurat beliau sambat kepada Allah: 'Yaa
Allah, saya ini akan memimpin perang tapi perut
saya sakit...' Allah langsung tanggap, 'Pergilah
ke bukit itu, disana ada sebuah daun, makanlah!
Maka sakit perutmu akan sembuh', kata Allah.
Musa lari keatas bukit, dan begitu daun yang
ditunjukkan oleh Allah itu baru dipegang oleh
Musa (belum sampai diambil, apalagi dimakannya)
seketika itu juga sakit perutnya langsung sembuh.
Ketika pasukan siap berangkat tiba-tiba sakit
perut Musa kambuh lagi. Musa langsung naik ke
bukit itu lagi, tetapi meskipun Nabi Musa As.
sudah banyak memakan daun itu namun sakit
perutnya kali ini belum juga sembuh. Lantas Musa
bertanya kepada Allah: 'Yaa Allah, hamba
sudah memakan daun ini tapi mengapa sakit perut
hamba belum sembuh juga?'. Allah menjawab: 'Kenapa
kamu tidak meminta kepadaKU sebagaimana sakitmu
yang pertama tadi, yang kemudian Aku tunjukkan
daun itu sebagai obat? Mengapa kamu langsung
menuju daun itu? Kamu bukan orang bodoh Musa,
tetapi mengapa kamu tidak mengerti bahwa yang
menyembuhkan sakitmu tadi bukan daun itu
melainkan Aku?', kata Allah. "Begitu
cerita Cak Nun pada bagian lain ceramahnya pada
malam Padhang mBulan dipenghujung tahun 2002,
tepatnya tanggal 18 Desember 2002 itu.
Kalau "daun" sudah menjadi pergumulan
pemerintah, maka akan terjadi persaingan antar
daun. Sehingga akan dibutuhkan proporsi, daun ini
yang nomor satu sedang daun yang lainnya nomor
sekian.
Kita saat ini sedang mempunyai masalah
"sakit perut" sebagai bangsa, tetapi
kita lantas mencari daun bukan mencari Allah. "Wah
ini harus demokrasi, harus reformasi, harus Gus
Dur yang mimpin, harus Amien Rais yang mimpin,
harus begini-harus begitu supaya Indonesia cepat
beres", kata mereka. "Padahal yang
disebut itu tadi semuanya hanya daun. Tidak bisa
daun menyembuhkan 'sakit perut' Indonesia (yang
sudah kronis ini, red.). Makanya anda juga jangan
menyebut namaku segala sebab aku itu Cuma
daun", kata Cak Nun menanggapi banyaknya
pihak yang menginginkan beliau maju menjadi calon
presiden.
Jadi, yang nomor satu, kita sebagai rakyat ini
harus meminta kepada Alah SWT. Terserah nanti
Allah akan memberi apa kepada kita, tu'tilmulka
man tasya wa tanziul mulka mimman tasya.
Terserah Allah siapa yang akan ditunjuk menjadi
pemimpin Indonesia, kita tidak usah
membayang-bayangkan. Jangan mengharapkan tokoh,
siapapun dia, karena hanya Allah, hanya qudrotulloh
yang bisa menyelamatkan bangsa Indonesia.
Sunnatulloh sudah tidak bisa, sehingga siapa saja
yang akan ditunjuk oleh Allah sebagai pemimpin
semua harus ikhlas. Tetapi yang terjadi sekarang
semua orang menyangka "daun" bisa
menyembuhkan "sakit perut" yang menimpa
bangsa ini.
"Jangan mau menjadi pemimpin kalau itu dalam
kontek daun. Jadilah pemimpin kalau memang Allah
yang menunjuk anda menjadi pemimpin. Maka yang
saya maksud tadi, kalau sunnah sudah
tidak bisa mengatasi masalah di Indonesia, maka
kita memohon kepada Allah untuk memberikan qudroh-Nya."
pesan Cak Nun.
Apa bedanya sunnah dengan qudroh? "Sunnah
itu kambing beranak kambing, kelapa berbuah
kelapa. Kalau qudroh, kambing mau beranak
sapi...kelapa pohonya mau bercabang, orang yang
sudah lama sakit parah tidak meninggal-meninggal
sementara yang segar-bugar tiba-tiba meninggal
itu terserah Allah.", ulas Cak Nun memberi
contoh.
Apakah keadaan bangsa kita yang begini ini akan
membuat kita putus asa? "Tidak!", jawab
Cak Nun, " ... karena ini semua hanya
'lagu', kalau nanti tahun 2008 ganti 'lagu' yang
baru semuanya akan ikut lagu yang baru
tersebut". Semoga. (Rudd - Blora)
|