DARI
SHOLAWATAN WONG AGUNG DI BLITAR Cak Nun: Walikota itu Pembantu, Bukan Pembesar Selasa, 17 Juni 2003 Komunitas sholawat Blitar benar-benar dimanjakan oleh suguhan kolaborasi sholawat yang apik dan memukau. Sholawat ala padang pasir, Jawa, Sunda hingga irama blues terdengar pada malam itu. Selain grup sholawat Kiai Kanjeng pimpinan Emha Ainun Nadjib, tampil juga grup komunitas sholawat Gondanglegi Malang pimpinan Ki Sudrun dan berbagai komunitas lokal seperti Himata dari Srengat Blitar dan komunitas sholawat Plosokerep Blitar. Acara yang dimulai pukul pukul 19.00 WIB ini, dihadiri hampir seribu komunitas sholawat berseragam putih-putih dari wilayah Blitar dan sekitarnya. Selain itu, hadir juga Walikota Blitar Djarot Syaiful Hidayat, serta beberapa tokoh dari Jakarta, seperti Roch Basoeki, Ketua Panitia Silaturohmi Kebangsaan yang membidani rangkaian acara haul Bung Karno 2003, Titus Kurniadi penggagas Piala Sudirman, serta artis Novia Kolopaking yang juga istri Cak Nun. Seperti biasanya, Cak Nun
sapaan Emha Ainun Nadjib malam itu memerankan diri
sebagai pemandu sholawatan. Selain peran itu, Cak Nun sekaligus menjadi moderator forum "curhat" masyarakat yang dipersilakan dalam forum itu untuk mengutarakan unek-uneknya secara bergantian. Joke-joke segar, keluar dari mimik Cak Nun, demikian pula kritikan masyarakat terhadap pemimpinnya. Mendengar "celoteh" warganya, Pak Djarot, panggilan sehari-hari Walikota Blitar hanya tampak tersenyum. Dalam acara itu, Cak Nun lebih banyak melontarkan joke-joke tentang kepemimpinan lokal dan nasional. "Pak Walikota itu pembantu, bukan pembesar, pembantunya rakyat, digaji oleh rakyat, bajunya paling bagus ini yang membelikan rakyat," cetusnya disambut tepuk riuh hadirin. Menurut Cak Nun, seorang pemimpin harus tawadhu', dan rendah hati kepada siapapun. "Seorang yang mau menundukkan kepala, itulah calon pemimpinmu", lanjutnya. Sementara dalam orasinya, pak Djarot mengimbau agar pemaknaan Bung Karno dilakukan secara utuh, tidak sepotong-potong. Baik tentang pola fikir Bung Karno maupun tentang ajaran yang masih relevan untuk saat ini. Dia menyakini, Bung Karno masih menjadi inspirasi bangsa Indonesia, dan mampu menghidupkan api perjuangan bangsa. "Meski Bung Karno sudah lama meninggalkan kita, tapi Bung Karno secara langsung maupun tidak masih menghidupi sekian puluh ribu jiwa manusia di Blitar" jelasnya mantap. Karena itu dia berharap agar warga Blitar khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya, memaknai silaturohmi sholawatan ini dengan penyatuan cipta, karsa dan rasa. Agar bangsa ini bisa keluar dari krisis yang berlarut-larut. |