Takwa dalam Al-Quran*
Oleh : Jalaluddin Rakhmat
Event Artikel : KKA-163
Diupdated
pada: Selasa 27 Maret 2001
Orang yang takwa dalam
Al-Quran adalah manusia ideal, kekasih Tuhan.
"Ketahuilah, sungguh para kekasihnya itu adalah
orang-orang yang takwa" (Al-Anfal 8:34) Ibadat
diwajibkan agar orang menjadi takwa. Derajat manusia
ditentukan oleh ketakwaannya. Sebagian arifin berkata:
Sesungguhnya kebaikan dunia dan akhirat dihimpunkan dalam
satu kata- takwa. Karena itu, banyak ayat Al-Quran yang
menjanjikan segala kebaikan "duniwai dan ukhrawi,
lahir dan batin- untuk orang yang takwa. Sayyid Qasim
Syubbar1, secara singkat mendaftar 12 keutamaan orang
takwa:
Pujian dan penghargaan dari Allah swt:
Jika kamu bersabar dan bertakwa maka demikian itu
termasuk perkara yang sangat menentukan (Ali Imran
3:186).
Penjagaan dan pemeliharaan: Jika kamu
bersabar dan bertakwa, tidak akan memperdayakan kamu
tipuan mereka sedikit pun (Ali Imran 3:120).
Bantuan dan pertolongan: Sesungguhnya
Tuhan bersama orang-orang yang takwa (Al-Nahl 128).
Jalan keluar dari segala kesulitan dan rezeki
yang halal: Barangsiapa yang bertakwa kepada
Allah, Allah jadikan baginya jalan keluar dan Allah beri
dia rezeki dari tempat yang tidak terduga (Al-Thalaq
2,3)2.
Memperbaiki amal: Wahai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlan
ucapan yang benar. Nanti Allah memperbaiki amal-amal kamu
(Al-Ahzab 33:70-71).
Ampunan dosa: Setelah ayat di atas
"dan mengampuni dosa-dosa kamu"
Memperoleh dan memastikan kecintaan Allah:
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa
(Al-Tawbah 4,7).
Amal-amal diterima: Sesungguhnya Allah
hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa (Al-Maidah
27).
Kemuliaan dan ketinggian derajat:
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang
paling takwa (Al-Hujurat 13).
Diberikan kabar gembira di dunia dan di akhirat:
Orang-orang yang beriman dan keadaan mereka bertakwa.
Bagi mereka kabar gembira dalam kehidupan dunia dan di
akhirat (Yunus 63-64).
Keselamatan dari neraka: Kemudian kami
akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan
membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam
keadaan berlutut (Maryam 19:68).
Kekekalan di surga: Dan bersegeralah
kamu kepada ampunan Allah dari Tuhanmu dan kepada surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi
orang-orang yang bertakwa (Ali Imran 3:133).
Saya ingin menambahkan lima keutamaan lainnya yang
dianugrahkan Tuhan bagi orang yang bertakwa:
Bantuan gaib berupa kedatangan malaikat:
Ya, bila kamu bersabar dan bertakwa dan mereka menyerang
kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong
kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda (Ali
Imran 3:125).
Kemudahan dalam berbagai urusan: Maka
barangsiapa yang memberikan hartanya dan bertakwa; dan
membenarkan pahala yang terbaik; maka Kami kelak akan
menyiapkan baginya jalan yang mudah (Al-Layl 92: 5-7).
Dibukakan keberkahan dari langit dan bumi: "Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya." (Al-Araf 96).
Tidak takut dan tidak berdukacita:
"Sebahagian diberinya petunjuk dan sebahagian lagi
telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka
menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain
Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat
petunjuk." (Al-Araf 30).
Diberikan ilmu dan pemisah antara benar dan salah:
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa
kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu
furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu,
dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia
yang besar." (Al-Anfal 29); "Dan bertakwalah
kepada Allah, Allah akan mengajarimu. Dan Allah
MahaMengetahui segala sesuatu." (Al-Baqarah 282).
Dibukakan keberkahan dari langit dan bumi:
Jika sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa
kami bukakan pintu keberkahan dari langit dan bumi
(Al-Araf 7:96).
Karena begitu mulianya orang yang takwa, Tuhan memberikan
banyak penjelasan dalam Al-Quran berkenaan dengan
karakteristik takwa. Takwa tidak diambangkan menjadi kata
abstrak yang penafsirannya diserahkan kepada definisi
para ulama. Paling tidak, dalam empat tempat dalam
Al-Quran3 Tuhan memperinci makna takwa, hampir-hampir
sangat operasional.
Karakteristik Orang Bertakwa dalam Al-Quran
Sangat menakjubkan bahwa ayat-ayat pertama yang
menjelaskan karakteristik takwa dalam Al-Quran adalah
ayat-ayat yang paling komprehensif. Ayat-ayat lainnya
hanya memberikan penjelasan tambahan. Karena itu,
pembahasan dalam makalah ini dipusatkan pada tafsir
al-Baqarah 2:1-4:
Alif Lam Mim
Kitab al-Quran ini tidak ada keraguan padanya petunjuk
bagi mereka yang takwa,
Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib yang
mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang
kami anugrahkan kepada mereka
Dan mereka yang beriman kepada kitab yang telah
diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan
sebelummu serta mereka yakin akan adanya kehidupan
akhirat
Dari rangkaian ayat di atas kita dapat menyebutkan tiga
karakteristik utama manusia takwa: keimanan kepada yang
gaib, hubungan akrab dengan Tuhan, dan perkhidmatan
kepada manusia.4
Keimanan kepada yang gaib. Seluruh perilaku orang yang
bertakwa ditegakkan di atas sebuah pandangan dunia,
worldview, bahwa di balik dunia yang material ini ada
dunia yang lebih luas lagi. Tidak ada makna apa pun bagi
perbuatan manusia yang baik seperti salat, zakat, dan
kebajikan lainnya tanpa pijakan pada keyakinan akan yang
gaib. Bahkan keimanan kepada Tuhan sekali pun harus
dimulai dengan pandangan dunia ini. Peringatan Tuhan -dan
petunjuk Tuhan- hanya akan diterima oleh orang yang
percaya kepada yang gaib: Sungguh telah kami berikan
kepada Musa, Harun, furqan, dan penerangan serta
peringatan bagi orang yag bertakwa; yakni, orang-orang
yang takut kepada Tuhan mereka berdasarkan keimanan
kepada yang gaib dan mereka merasa takut akan tibanya
hari kiamat (Al-Anbiya 21:48-49); Sesungguhnya yang dapat
kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada
azab Tuhannya berdasarkan keimanan kepada yang gaib dan
mendirikan salat dan barangsiapa mensucikan dirinya
sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya
sendiri dan kepada Allah-lah kembalimu (Fathir 35:18);
Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada
orang-orang yamg mau mengikuti peringatan dan yang takut
kepada Tuhan yang Maha Pemurah berdasarkan keimanan
kepada yang gaib. Maka berilah mereka kabar gembira
dengan ampunan dan pahala yang mulia (Yasin 36:11); Yaitu
orang yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah
berdasarkan keimana kepada yang gaib dan dia datang denga
hati yang bertaubat. (Qaf 50:33).
Dr Muhammad Shadiqi5 menjelaskan "orang-orang yang
beriman kepada yang gaib" sebagai berikut:
Iman secara harfiah berarti meletakkan dirimu dalam
ketenangan dan ketentraman. Kehidupan dunia dan segala
perhiasannya selalu berubah dan berakhir dengan
kebinasaan. Beriman kepada kehidupan dunia saja akan
menambah kecemasan dan kegelisahan. Sedangkan keimanan
kepada yang gaib- kegaiban uluhiah hari akhir dan wahyu-
adalah keimanan yang menentramkan manusia yang
memberikannya ketenangan dari segala kecemasan:
ketahuilah dengan zikir kepada Allah hati menjadi tentram
Percaya kepada yang gaib artinya keimanan kepada yang
gaib dari panca indra mereka berupa hal-hal yang
mengharuskan kita mempercayiannya seperti kebangkitan,
perhitungan, surga, neraka, tauhid dan semua hal yang
tidak diketahui dengan kesaksian tetapi diketahui dengan
petunjuk (dalil-dalil)
Keimanan kepada yang gaib dari panca indra hewani adalah
hal yang membedakan manusia dari binatang yang lain di
atas alat indrannya manusia mempunyai akal. Dengan
akallah dia mengetahui apa yang tidak diketahui alat
indra. Sesungguhnya akal dan alat indra bekerja sama
untuk membenarkan yang gaib dari panca indra sebagimana
keduanya juga bekerja sama dalam pengetahuan empiris.
Pengetahuan indra saja tidak mencukupi walaupun untuk
pengetahuan empiris. Begitu pula semata-mata akal tidak
cukup bahkan untuk membenarkan yang gaib sekalipun
kecuali sedikit saja.
Membatasi persepsi hanya kepada alat-alat indra saja
sangat reduksionis. Membatasi pada akal saja terlalu
berlebihan. Karena itulah kita melihat ayat-ayat yang
menghimpun antara akal dan indra untuk mencapai keimanan
kepada yang gaib; berdasarkan petunjuk ayat-ayat yang
indrawi dan ayat-ayat diri yang tidak indrawi: akan kami
perlihatkan kepada mereka ayat-ayat kami di alam semesta
dan dalam diri mereka sampai jelaslah bagi mereka bahwa
Dia itu benar (41:53)
Tafsir al-Shadiqi ini mengingatkan kita pada konsep
evolusi manusia dari Gary Zukav6. Ia membedakan antara
"five-sensory humana" dan "multisensory
human":
We are evolving from five-sensory humans into
multisensory humans. Our five senses, together, form a
single sensory system that designed to perceive physical
reality. The perception of multisensory human extend
beyond physical reality to the larger dynamical systems
of which our physical reality is a part. The multisensory
human is able to perceive and to appreciate, the role
that our physical reality plays in a larger picture of
evolution, and the dynamic by which our physical reality
is created and sustained. This realm is invisible to the
five-sensory human.
It is in this invisible realm that the origins of our
deepest values are found. From the perspective of this
invisible realm, the motivations of those who consciously
sacrifice their lives for higher purposes makes sense,
the power of Gandhi is explicable, and the compassionate
act of the Christ are comprehensible in a fullness that
is not accessible to the five sensory human...
From the perception of the five sensory human, we are
alone in a universe that is physical. From the perception
of the multisensory human, we are never alone, and the
Universe is alive, conscious, intelligent, and
compassionate. From the perception of the five sensory
human, the physical world is an unaccountable given in
which we unaccountably find ourselves, and we strive to
dominate it so that we can survive. From the perception
of the multisensory human, the physical world is a
learning environment that is created jointly by the souls
that share it, and everything that occurs within it
serves their learning.
1 Sayyid Qasim Syubbar. Al-Muminun fi Al-Quran.
1:45. Qum: Muassasah al-Nasyr akl-Islami, 1411.
2 Rasulullah saw berpesan kepada Abu Dzar: Sekiranya
manusia mengambil ayat ini cukuplah itu bagi mereka.
Dalam hadis lain, Nabi menjelaskan bahwa meberikan
"jalan keluar" artinya dari segala kesulitan
dunia dan akhirat ( Lihat Syubbar, ibid.).
3 Al-Baqarah 2:1-4; Al-Baqarah 2:177; Ali Imran 3:
133-136; Al-Dzariat 51:17.
4 Sayyid Kamal Faghih Imani et al. An Enlightening
Commentary into the Light of The Holy Quran. Isfahan:
Imam Ali Public Library, 1999. I:76-85, menyebutkan
ketiganya dengan kata-kata: Faith in The Unseen,
Relationship with Allah and Relationship with People
5 Muhammad Shadiqi. Al-Furqan fi Tafsir Al-Quran bi
Al-Quran wa al-Sunnah. Teheran: Farhangg-Islami, 1406. I:
171.
6 Gary Zukav. The Seat of the Soul. New York: Simon and
Schuster, 1990, hlm 27-28
|