PEMIKIRAN POLITIK ISLAM
Oleh : Nurcholish Madjid
Event Artikel : Oktober 1992
Diupdated
pada: Rabu 4 April 2001
Assalamu`alaikum Wr.Wb.
Tentu seperti biasanya saya hanya melengkapi yang pasti
saya tidak bicara tentang Muhammad Asad tapi yang saya
tahu nama itu membuat asosiasi saya terhadap peristiwa
yang terjadi juga disini yaitu datangnya Presiden World
Bank yang namanya Wolfinson yang temannya adalah
Wolfowitz, anda bisa ketahui Wolf itu artinya
srigala--wolfinson artinya anak srigala sama dengan
Wolfowitz, nah Leopold Weiss juga orang Austria yang
berbahasa Jerman dan Leopold dengan sendirinya artinya
Macan Tutul. Ini saya karikatur yang kira-kira bisa
menjelaskan beberapa hal bahwa salah satu indikasi bahwa
orang barat itu Yahudi ialah kalau nama binatang-binatang
yang buas-buas itu, karena apa, karena dulu mereka
diperlakukan diskriminatif tidak boleh mempunyai nama
yang baik, mereka harus memakai nama yang buruk-buruk.
Nah jadi disitu juga sudah kelihatan bahwa Muhammad Assad
suatu kompleks semacam dendam terhadap masyarakat Barat.
Dan itu diwujudkan dalam berbagai tulisannya yang
kadang-kadang meskipun banyak mengambil ide-ide Barat
seperti yang diutarakan oleh saudara Pipip, tapi juga
banyak sekali mengkritik budaya Barat. Ini yang
menyebabkan mengapa ada tulisan yaitu yang menceritakan
pandangan orang Barat terhadap Islam sejak dari yang
mula-mula yang dulu sangat-sangat buruk, tetapi kemudian
ada tampil orang-orang Barat sendiri yang masuk Islam
seperti Assad ini kemudian juga Schuon dan Martin Lings
dan sebagainya itu yang mereka itu pendekatannya kepada
Islam sangat berbeda-beda, nah Fritjof Schuon sangat
mistis dan Martin Lings sangat literer artinya sangat
tinggi apresiasinya kepada masalah sastra. Kemudian
Muhammad Marmaduke Picthale yang menerjemahkan Al-Qur`an
dalam bahasa Inggris yang bagus sekali itu karena dia
memang adalah seorang sastrawan--yaitu The meaning of the
Glorious Quran itu juga pendekatannya sastra, lalu yang
terakhir itu misalnya Murad Hoffman bekas Duta Besar
Jerman yang masuk Islam yang pernah menggegerkan Parlemen
Jerman karena rupanya orang Jerman itu kalau ada Duta
Besarnya masuk agama lain itu adalah suatu skandal, maka
lalu dia dipanggil oleh Parlemen Jerman dan dia membela
diri, tapi sekarang ini menjadi produktif sekali dengan
buku-buku mengenai Islam dan jelas sekali dia mempunyai
kompleks juga terhadap pemberontakan terhadap Barat yang
dianggap sebagai bobrok, dan pendekatannya itu, adalah
pendekatan campuran antara comparative religion dan
bukunya itu Islam The Alternative yang merupakan suatu
bandingan antara agama Islam dengan agama-agama yang
dikenal di Barat dan seterusnya. Nah karena itu Muhammad
Assad harus dibaca dalam perspektif ini termasuk problem
yang dialami ketika dia harus pergi dari Pakistan karena
dia tidak cocok dengan beberapa tokoh Pakistan berkenaan
dengan beberapa konsepnya, dan juga kalau disebut mengapa
dia mati di Spanyol, saya kira itu di Gibraltar, karena
Gibraltar sebuah pulau kecil yang dikuasai oleh Inggris
dan disitu dia bisa mengembangkan dirinya secara bebas
bersama keluarganya. Kemudian dia menulis tafsir yang
sangat bagus menurut banyak orang yaitu The Message of
The Qur`an yang dalam suatu segi itu mirip sekali dengan
Tafsirnya Abdullah Yusuf Ali tetapi dengan tafsirnya itu
dia ada problem dengan pemerintah Arab Saudi mula-mula
seperti dikatakan saudara Pipip tadi itu--dia itu banyak
menjadi warga di banyak negara Islam, di Pakistan dia
adalah seorang Arsitek Konstitusi Pakistan, jadi meskipun
dia seorang Austria tetapi dia mempunyai peranan yang
besar sekali di dalam membangun Pakistan tetapi kemudian
dia konflik dan di Saudi Arabia dia mendapat tugas untuk
menterjemahkan Qur`an dan tafsirnya menghasilkan suatu
terjemahan yang sangat bagus dalam bahasa Inggris tetapi
dia harus meninggalkan pemerintahan Arab Saudai karena
dia menafsirkan sebuah ayat Al-Qur`an mengenai Isa
Al-Masih, dia mengatakan bahwa Isa Al-masih itu tidak
naik ke langit, sedangkan pemerintah Arab Saudi itu
maunya Isa itu naik ke langit. Dan untuk itu dia harus
pergi. Nah ini karikatur betapa Umat Islam itu sebetulnya
kadang-kadang itu terlibat dalam suatu pertengkaran so
very private thing tetapi efeknya bisa besar sekali, bisa
membuat orang di usir, bisa di bunuh, gara-gara
terjemahan itu. Nah, terutama mengenai masalah politik
ini, ini ada suatu kontroversi yang sangat besar sekali,
oleh karena itu makalah saya--ibaratnya back to basic
tetapi masih dalam suatu pilihan tertentu yang praktis,
berhubung dengan batasan-batasan yang dimungkinkan oleh
sebuah makalah dalam sebuah forum yang seperti ini. Nah
latar belakang dari dambaan saya ini ialah apa yang kita
bicarakan pada bulan Desember yang lalu ketika kita
bicara mengenai Kekhalifahan. Kalau urut kira-kira
begini: Michael Hart mengatakan bahwa Muhammad adalah
orang yang paling sukses dalam sepanjang sejarah, dan
sosiologi agama Muhammad sebagai Rasulullah disebut
sebagai the Arms Prophet, sebab banyak Nabi yang tidak
bersenjata, seperti Zulkifli dan Saleh adalah Nabi yang
tak bersenjata. Tapi Nabi Musa bersenjata, ada
kontroversi mengenai Nabi Isa, Nabi Isa itu nampaknya
bersenjata, karena dalam sebuah injil yang mengatakan
"Aku tidak datang dengan perdamaian tapi dengan
pedang," lalu beliau memerintahkan setiap orang
harus menjual pakaiannya lalu membeli pedang. Nah
diantara semua Nabi Bersenjata yang paling sukses itu
adalah Muhammad dan yang kedua itu adalah Musa. Tapi
kalau kita lihat dalam bahasa yang sekarang achievement
atau prestasi Muhammad dengan Musa, Musa tidak ada
bandingannya apa-apa dengan Muhammad, Muhammad wafat
seluruh Jazirah Arabia sudah takluk kepadanya. Musa yang
disebut berhasil itu hanya berhasil dalam Exodus,
memimpin exodus besar-besaran bangsa Israil dari Mesir ke
tanah yang dijanjikan yaitu tanah suci Kanaan atau
Palestina selatan itu pun dia harus berputar-putar di
Gurun Sinai selama 40 tahun bersama para pengikutnya dan
harus mengalami krisis yang begitu rupa. Bahkan ada
kasus-kasus dimana dia harus membunuh pengikutnya sendiri
sampai puluhan ribu, nah nanti baru diteruskan oleh para
pengikutnya dan keberhasilan yang nominal dari misi Nabi
Musa ialah ketika Dawud berhasil merebut Yerusalem dan
itu memakan waktu sekitar 200 tahun. Maka dari itu
Muhammad itu sangat berhasil dan itu menjadi ciri Islam,
Islam adalah agama dengan ciri kesuksessan, begitu Nabi Muhammad wafat terjadi krisis
sebentar lalu diatasi oleh Umar, sebab hal ini kemudian
menjadi rujukan proses kekhalifahan, kalau kita lihat
proses-proses yang terjadi tiga hari pada waktu Nabi
wafat yang kemudian menghasilkan pemilihan Abu Bakar, dan
itu adalah proses manajemen Krisis, seperti Pak Harto
selama 30 tahun itu sebetulnya manajemen krisis sebab dia
nggak mengakui saja, karena itu tidak permanen, tidak
boleh dianggap sebagai final sistem beliau ini--efektif
memang, berhasil barangkali. Jadi selama 3 hari itu yang
kemudian dulu kita pernah bahas--itu Umar itulah yang
memberikan penyelesaian dengan agak sedikit faith
accomply memilih Abu Bakar sebagai pengganti karena itu
nanti kemudian dia dituduh sebagai melakukan tindakan
ceroboh yang dalam bahasa Arab itu falkah dia mengakui
falkah, akan tetapi kalau saya tidak lakukan Umat Islam
akan hancur. .... dia menggunakan istilah, tapi itu
memang kecerobohan tapi Allah SWT melindungi kita dari
keburukkannya, dalam sebuah hadist yang panjang sekali
seperti dalam hadist Bukhari, yang saya agak aneh Umat
Islam itu tidak membaca, padahal itu suatu moment yang
sangat historis, artinya memang disini ada kontroversi,
yaitu Muhammad itu sebetulnya sebagai kepala negara
benarkah pernah secara eksplisit mengatakan bahwa nanti
setelah saya wafat begini? Kalau kita lihat mengenai tiga
hari setelah Nabi wafat, dan terjadi krisis yang begitu
hebat di Madinah, maka kesimpulan yang sangat berdasar
ialah bahwa beliau tidak pernah menentukan itu. Tentu
saja ini adalah paham Sunni, kecuali kalau kita sepakat
dengan beberapa paham yang mengatakan bahwa Nabi itu
telah menunjuk Ali, lalu Abu Bakar, Umar dan lain-lain
itu melakukan konspirasi untuk menahan Ali jangan sampai
menjadi kepala negara. Iya bisa saja, dimana-mana selalu
ada konspirasi termasuk sekarang. Jadi artinya bisa saja
begitu, tapi agak berat untuk menuduh begitu kepada
seorang Abu Bakar, kepada seorang Umar dan kepada seorang
Ustman. Sehingga yang sebetulnya terjadi menjadi tidak
ada. Maka Umar dalam makalah yang saya pernah katakan
bulan Desember lalu, bahkan sebuah hadist yang panjang
sekali yang notabene juga banyak diceritakan oleh banyak
perawi termasuk Bukhari dan Muslim--bahwa Umar itu telah
melakukan Ijtihad yang kemudian menghasilkan sistem yang
disebut kekhalifahan itu. Yang untuk itu dia harus
membela diri dalam satu pidato yang sengit dan panjang
sekali di Madinah sebagai responsi kepada kritik yang
diajukan orang ketika dia ada di Mekkah dalam suatu
kesempatan naik hajji. Ada orang yang mengatakan apa yang
telah dilakukan Umar dahulu menunjuk Abu Bakar Almarhum
itu adalah nggak betul. Kalau saja Umar sudah meninggal
kita akan pilih orang yang benar, mendengar itu Umar
marah sekali dan akan dijawab di Mekkah pada waktu Hajji,
tapi para sahabat menolak nanti ada efek yang tidak bisa
dikontrol Maka Umar mengatakan--OK begitu sampai di
Madinah kita akan jawab itu--lalu dia membuat pidato yang
panjang sekali. Dari situ sebetulnya argumen bahwa Islam
itu mengajarkan politik yang absah berbentuk Khilafah itu
tidak betul, itu hanya ijtihadnya Umar. Dan Khalifah yang
waktu itu disebut khalifatul Rasul atau Khalifahnya
Rasul, jadi sebagai pengganti--itu Abu Bakar. Kemudian
ketika Umar menjadi Khalifah juga lalu orang-orang
melihat kamu ini khalifahnya siapa yah, ya khalifahnya
Abu Bakar, jadi khalifahnya khalifah. Lalu Umar terpikir
nanti pengganti saya bagaimana, maka dia mengatakan sejak
sekarang sudahlah nggak usah dipanggil khalifah dan
panggil saja Amirul Mukminin atau komandan kaum beriman,
nah sejak itulah maka semua khalifah disebut amirul
mukminin. Nah kita tahu bahwa usia dari ke khalifahan
yang disebut Rasyidah (Al-khulafah Rasyidun) ini itu
hanya 30 tahun. Pak Harto jadi presiden masih lebih lama
dari Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali digabung, tapi
jangan tanya siapa Muawiyyahnya nanti. Artinya secara
historis masa 30 tahun itu pendek sekali, kalau Umur
manusia itu memang panjang, tapi usia sejarah itu
sebentar sekali, artinya semua kenangan itu masih belum
terhapus. Maksud saya begini contohnya; misalnya sekarang
ini saya selalu mengatakan kepada teman-teman--nggak
usahlah Revolusi, saya kapok deh saya sudah mengalami 30
tahun yang lalu, ingatan 30 tahun yang lalu itu luar
biasa masih segar sekali, oleh karena itu 30 tahun masa
kekhalifahan rasyidah itu yang berakhir pada tahun 40
hijriyah. Itu masih belum berhasil menghapus pola-pola
sosio kultural Arab pra Islam, masih belum berhasil--30
tahun itu adalah masa yang sangat pendek. Apalagi
bukti-bukti menunjukkan bahwa sebetulnya banyak sekali
orang Arab itu yang masuk Islamnya itu atau yang
menyatakan diri tunduk ke Madinah Islamnya itu terutama
orang-orang Mekkah itu in the last minute. Sebagai suatu
tindakan yang tidak bisa tidak karena Muhammad telah
tampil sebagai seorang kepala negara yang efektif, maka
dari itu begitu beliau wafat maka banyak orang-orang yang
murtad, orang Mekkah itu banyak sekali yang murtad bahkan
hampir seluruh Mekkah itu murtad. Tapi kemudian ada
orang-orang Mekkah sendiri yang sudah Islam dan
sungguh-sungguh yang sudah menjadi anggota Muhajirin
(artinya yang sudah hijrah ke Madinah) menghibur
mereka--sebaiknya kamu nggak usah murtad--Islam ini sudah
menjadi prasarana ideologis bagi tampilnya bangsa Arab
untuk menjadi bangsa yang besar. Nah kalau kita teruskan
kamu nanti yang akan berkuasa. Ternyata nasihat itu
benar. Mereka tidak Murtad dan setelah 30 tahun kekuasaan
itu pindah sama sekali kepada orang Mekkah yang notabene
bekas musuh-musuh Nabi, itulah peristiwa kemenangan
Muawiyyah terhadap Ali dan kemudian kekhalifahan di
pindahkan dari Madinah dan Kuffah ke Damaskus. Nah
sekarang apa yang dilakukan di Damaskus, dia demi
kepraktisan--persis sekali dengan slogannya Orde Baru,
"Demi Keamanan dan Stabilitas," kita tidak akan
mengadakan pemilihan khalifah lagi dan saya akan manunjuk
anak saya, jadi Yazid--momen pengumuman itu dia gunakan
pada waktu dia berhasil menaklukan Kurdistan. Nah
disanalah dia setelah berhasil menang pernyataannya ini
dia umumkan dan katanya, "saudara-saudara sekarang
ini saya sudah tua kemenangan telah kita capai satu demi
satu (dan memamg di zaman Muawiyyah itulah dunia Islam
mengalami perluasan yang luar biasa sehingga terbentang
dari lautan Atlantik hingga gurun Gobi) lalu dia
mengatakan untuk menjaga stabilitas dan keamanan dan demi
menjamin pembebasan ini saya akan menunjuk anak saya
Yazid (tetapi dia adalah seorang Muslim dalam arti
meskipun dia agak sedikit telat namun dia sudah sempat
menghayati nilai-nilai Islam karena itu tidak melakukan
itu sewenang-wenang, dia masih melakukan jajak
pendapat--dikirimlah surat kepada Marwan yang ada di
Madinah sebagai gubernur Muawiyyah di Hijaz meminta
pendapat dari penduduk Madinah, Marwan pun pidato
menyampaikan ide dari Muawiyyah itu--nah disitu mulai
kelihatan, dia ditentang antara oleh Anaknya Abu Bakar
namanya Abdurrahman bin Abu Bakar--dia mengatakan--hey
Marwan itu khalifahmu di Damaskus itu dia mengklaim bahwa
dia telah melakukan sesuatu yang pernah dilakukan oleh
Khalifah yang lalu [maksudnya ketika Abu Bakar menunjuk
Umar dan Umar menunjuk panitya enam itu, jadi artinya ada
unsur penunjukkan juga] tapi tidak betul, Abu Bakar tidak
menunjuk anaknya, yang anaknya lebih baik daripada Yazid
(maksudnya Abdurrahman Bin Abu Bakar itu) dan Umar juga
tidak menunjuk anaknya walaupun anaknya itu adalah
seorang tokoh yang luar biasa hebatnya namanya Abdullah
Bin Umar. Maka yang dilakukan oleh Muawiyyah itu adalah
Hirqaliyah, hirarkliusisme." Artinya suatu sistem
dinasti geneologis seperti yang ada pada tradisi
Bizantium. Orang Arab tidak pernah mengenal itu dan orang
Arab itu pemimpinnya itu Syeikh--yang artinya orang tua
akan tetapi idenya itu ialah primus interpares atau orang
yang pertama dari yang sama karena itu demokratis. Maka
Abdurrahman seperti itu dan Marwan marah sekali tetapi
kemudian Abdurrahman lari ke rumah Aisah, dan terjadilah
bantah-bantahan antara Aisah dan Marwan, nah begitu juga
ketika Muawiyyah ke Mekkah pada kesempatan hajji
lagi-lagi mengumumkan itu dan ditentang oleh Abdullah bin
Umar, oleh Abdullah bin Zubair dan oleh juga Abdurrahman
bin Abu Bakar. Semuanya mengatakan bahwa ini adalah
sunnatul khisrat wa kaisar--ini adalah tradisinya
Khusru--raja Persi dan tradisinya Kaisar Roma. Kita tidak
mengenal itu, tapi yang terjadi adalah demi stabilitas
keamanan dan kontinuitas dari program-program pembebasan
itu kemudian Yazid di pilih. Dan secara pelan-pelan Umat
Islam terima, dan sejak itu Umat Islam hanya mengenal
Dinasti Geniologis sampai sekarang dan baru mengenal
kembali kemungkinan memilih pemimpin secara terbuka itu
adalah setelah berkenalan dengan ide republik dari Barat.
Malahan perkembangan lebih lanjut agak ironis, yaitu
bahwa sistem politik Islam menjadi sistem politik
kesukuan--tribalisme. Maka dari itu kemudian namanya juga
ialah nama-nama suku seperti Daulah Umawiyyah, daulah
Abbasiyyah, daulah Fathimiyyah kemudian Al-mamlakah
al-Arabiyyah As-Suhudiyy`ah, itu adalah tribal. Jadi
inilah yang dimaksud antara lain oleh Robert N. Bellah
yang sering saya singgung itu bahwa Islam itu too modern
sehingga kemudian gagal hanya 30 tahun saja, lalu orang
Arab itu relucted to pre Islamic sistem termasuk
pandangan-pandangan yang nanti menyusut menjadi pandangan
agama seperti sikap terhadap perempuan--dan Bani Ummayyah
itulah, karena memang yang ada itu adalah gerakan kembali
kepada suasana pre Islam, maka hadist mengenai perempuan
yang merendahkan perempuan bermunculan. Salah satu hadist
itu yang saya kira sudah dikemukakan berkali-kali disini
yang sangat ilustratif ialah katanya Nabi pernah bersabda
"bahwa sembahyang itu tidak boleh dibatalkan kecuali
kalau terjadi satu dari tiga yaitu anjing lewat, khimar
lewat atau orang Perempuan lewat," untung waktu itu
Aisah masih hidup, maka begitu mendengar hadist itu Aisah
marah-marah--itu orang-orang itu nggak tahu siapa itu
Nabi Muhammad. Saya ini sering dengan manja sekali tidur
di depan Nabi pada waktu Nabi sedang sembahyang. Dan
sewaktu dia sujud itu kaki saya disingkir-singkirkan
kemudian kaki saya menyingkir, nanti setelah Nabi sujud,
kaki saya selonjorkan lagi dan tidak pernah Nabi
membatalkan itu. Jadi contohnya seperti itu. Maka itu itu
hadist yang paling suspect itu adalah hadist politik yang
sayangnya banyak sekali digunakan oleh Muhammad Assad,
itu hadist yang paling tercurigai. Nah karena penampilan
orang-orang Bani Umayyah seperti itu yang notabene itu
berjalan kurang lebih 60 tahun maka stabilitas yang
dicita-citakan itu tidak tercapai, dan terjadilah
revolusi Abbasiyyah yang kejam sekali dan orang-orang
Bani Ummayyah itu habis sama sekali, kemudian muncullah
Dinasti Abbasiyyah dan dipindahlah ibu kota dari
Damaskus--suatu kota yang berpenghuni yang paling lama di
muka bumi ini dalam sejarah Umat manusia--ke sebuah kota
yang didirikan baru yang dikasih nama Baghdad, ini saja
sudah merupakan Indikasi, nama Baghdad saja sudah
merupakan suatu indikasi, nama Baghdad itu bukan bahasa
Arab tapi sebuah nama Persi kuno, Bagh itu artinya Tuhan
(jadi kognit dengan Baghawan) dan Dad itu artinya
pemberian, jadi Baghdad itu artinya pemberian Tuhan. Itu
saja sudah menunjukkan betapa besarnya pengaruh Persi
kepada kerajaan Abbasiyyah, kalau di Damaskus itu banyak
sekali unsur Bizantium digunakan terutama administrasi
dan juga bagaimana Muawiyyah melindungi dirinya dari
serangan dari luar karena dia meniru raja-raja
Bizantium--kaisar-kaisar oleh karena itu program kaum
Khawarij untuk membunuh Ali dan Muawiyyah hanya berhasil
membunuh Ali sedangkan Muawiyyah tidak berhasil karena
Muawiyyah sudah tampil sebagai raja Yunani, maka kemudian
pada waktu Abbasiyyah yang digunakan tentu saja sistem
Parsi. Jadi Abbasiyyah itu adalah suatu kerajaan Islam
yang dipimpin oleh Elitenya Arab akan tetapi sistemnya
itu Persi, tetapi pada waktu itu tidak ada orang yang
mengajukan keberatan secara prinsipil, jadi sama saja
dengan ketika Muawiyyah mulai menunjuk anaknya Yazid
memang ada polemik tetapi tidak ada keberatan prinsipil
bahwa dia telah menyimpang dari Islam--itu tidak ada.
Begitu juga ketika Abbasiyyah menerapkan sistem Persi,
juga tidak ada keberatan prinsipil--padahal pada waktu
itu keluarga pada mereka itu dominan sekali. Inilah
hakikat secara sejarah wujudnya politik Islam--yaitu
bahwa suatu sistem politik yang sebetulnya memang ada di
ibaratkan pepatahnya itu "the old wine"-nya sih
ada, tetapi "old wine-nya itu could be put in the
different bottle" nah wine-nya ini apa? Yang dicari
kan wine-nya itu bukan botolnya itu, jadi esensinya
itulah yang kita harus lihat pada eksperimen Nabi di
Madinah yang notabene itu merupakan sesuatu garis benang
merah dari cita-cita politik Islam. Yang intinya itu
ialah--yang tercermin dalam perkataan Madinah itu
sendiri. Madinah itu memang kota tetapi itu artinya
masyarakat yang disusun begitu rupa sehingga menjadi
suatu masyarakat yang teratur dan sopan yang intinya itu
ialah tunduk kepada aturan sebab Madinah itu berasal dari
perkataan Dana ya Dinu yang artinya tunduk, maka agama
dalam bahasa Arab disebut dien--itu artinya sistem
kepatuhan, dan tentu saja sistem kepatuhan yang benar
adalah sistem kepatuhan kepada Allah SWT disertai sikap
pasrah yang tulus, nah itulah yang disebut Islam, maka
dari itu Al-qur`an mengatakan Innadina indaullahi Islam,
kepatuhan yang benar itu ialah Islam (dalam arti pasrah
kepada Allah SWT). Nah jadi Madinah itu sebetulnya itu,
maka ketika Nabi mengubah upaya Yertroba (kalau orang
Yunani) itu satu deklarasi yang dalam bahasa sekarang itu
adalah "deklarasi untuk menciptakan civil society,
sebab Madinah itu akhirnya menjadi sipil. Sipil dalam
bahasa Arab itu Madani--kemudian Civil Law dalam Bahasa
Arab itu qanun madani kemudian zoon politicon dalam
bahasa Arabnya Al-Insan madaniyun bitaghi, jadi politicon
itu juga madani, karena civic dan polish atau politic itu
dalam bahasa-bahasa Indo Eropa (Yunani dan latin) itu
menuju ke kota, polish. Maka dari itu jelas-jelas bahwa
Nabi menamakan kota hijrahnya itu Madinah itu adalah
suatu tindakan politik. Tetapi yang harus kita ketahui
itu ialah apa yang diperjuangkan oleh Nabi--yaitu
menciptakan suatu mayarakat yang mempunyai orientasi
kepada hukum. Kemudian di kontraskan kepada masyarakat
Arab yang lawless society, oleh karena itu apa yang
dilakukan oleh Nabi itu luar biasa revolusionernya.
Merubah masyarakat Arab yang sama sekali tidak mengenal
aturan menjadi masyarakat yang disiplinnya tinggi sekali.
Oleh karena itu energi yang tersimpan begitu hebatnya
pada orang Arab yang selama ini memakan dirinya
sendiri--yang dilukiskan selalu dihabiskan dalam
konflik-konflik intern melalui perang-perang suku Vendeta
dan sebagainya--setelah diberikan frame work Islam tunduk
kepada suatu aturan lalu disalurkan keluar menjadi energi
yang dahsyat sekali. Yang bisa menghancurkan salah satu
super Power pada waktu itu ialah Persia. Dan Bizantium
reduce to avery minimum yaitu Anatolia dan Istanbul. Jadi
itu sebetulnya yaitu tunduk kepada suatu aturan, jadi
Daana itu artinya tunduk sedangkan Diin itu artinya
sistem kepatuhan. Maka dari itu ada point yang benar dari
Muhammad Assad, yaitu dalam suatu negara yang dia sebut
negara Islam itu intinya adalah adanya supremasi dari
syariah Islam. Tapi syariat disini kalau ditarik pada
level yang lebih general, itu ialah orientasi kepada
hukum, jadi harus ada supremasi hukum. Maka yang
dikehendaki ialah reghtstaat bukan machstaat dan itu
Islam yang mulai. Saya menjadi tajam kesadaran saya dalam
hal ini dalam suatu forum di Tokyo mengenai seminar
Internasional mengenai Human Right. Pada waktu ada suatu
makalah yang baik sekali dari Beijing--dia mengatakan
begini, "kami orang cina ini ada agak susah
berkenaan dengan human right karena kami tidak punya
tradisi hukum, yang punya tradisi hukum itu kan Islam
yang kemudian ditirukan oleh Barat," begitu dia
bilang, jadi sebetulnya ini yang hendak kita tuju, maka
dari itu begitu Abu Bakar menerima menjadi Khalifah dalam
pidato pelantikannya itu, dia mengatakan, "saya
bukanlah yang terbaik diantara kamu akan tetapi saya
mendapat amanat yaitu pemimpin kamu oleh karena itu kalau
saya benar ikuti, kalau tidak benar peringatkan."
Karena dia tidak menampilkan diri sebagai seorang
penguasa Absolut, Eropa sebelum masuk ke zaman modern
dikuasai oleh penguasa yang absolut. Maka dari itu kalau
tadi sekularisme disebutkan dan Alexix De Toquivile
begitu terkesan dengan Amerika. Karena Amerika betapapun
juga kehidupan agama juga bagus karena dia bandingkan
dengan Perancis, nah Revolusi Perancis itu adalah selain
slogan-slogan yang kita kenal seperti "egaliter,
fraterniti dan liberte" sebetulnya juga adalah anti
clerikalisme dan laisisme--semangat anti pemimpin agama,
dan semangat keawaman yang artinya paham awam yang
artinya juga bukan paham mereka yang memiliki kedudukan
keagamaan. Oleh karena itu baru-baru ini tidak lama yang
lalu, itu ada rencana dari Paus di Vatikan untuk
berkunjung ke Perancis, itu kan di tolak oleh masyarakat
Perancis--nah itu sengitnya sekularisme di Eropa itu, nah
Amerika beda. Amerika itu didirikan oleh orang-orang yang
datang ke dunia baru ini untuk menghindari religious
prosecution di Eropa dan disana kemudian memperjuangkan
kebebasan beragama tapi kebebasan beragama itu berarti
juga saya harus punya kesempatan melakasanakan agama saya
setinggi-tingginya. Akibatnya masyarakat Amerika adalah
masyarakat yang sangat religius, nah ini yang tidak
diketahui oleh orang banyak. Maka dari itu disana ada
civil society yang intinya adalah gereja, soko guru
demokrasi di Amerika itu adalah gereja, nah inilah
ide-ide yang diletakkan oleh orang-orang seperti Thomas
Jefferson, Benyamine Franklin, George Washington, dan
John Quincy Adams, yang kebetulan mereka itu tidak
mengaku Kristen akan tetapi deisme dan universalis,
malahan saya punya suatu publikasi yang dalam bentuk
buku-buku tapi satu majalah dari kongres ternyata mereka
itu anggota-anggota Tarekat. Jadi The Elder Brothers of
America diantaranya anggotanya adalah George Washington
dan disitu jargon-jargonnya itu syahadat--la
ilahailallah--dan banyak temple disana (waktu itu begitu)
dan sekarang hilang semua. Jadi Perancis dan Amerika itu
berbeda sekali. Oleh karena itu di Amerika etika agama
itu kuat sekali luar biasa, kalau Clinton sampai sekarang
jumpalitan harus membela diri bahwa dia tidak pernah
melakukan skandal itu, itu karena masalah etika
Kristen--di Amerika untuk jadi pemimpin susah sekali,
sekali kita ketahuan masuk ke daerah merah dan ketahuan
oleh wartawan, itu sudah menjadi catatan. Jadi track
record itu penting sekali. Kalau seandainya apa yang
dilakukan orang Amerika terhadap Clinton dan dilakukan
juga di Indonesia, glimpangan itu pemimpin Indonesia--itu
banyak sekali itu, jadi yang penting adalah etika itu,
maka sebetulnya kalau dilihat diurut sejak Nabi itu
wafat, lalu ada Khalifah Rasyidun, Bani Ummayah dan
setelah itu sampai sekarang dan kemudian sekarang ini ada
gejala-gejala seperti Republik Islam Iran, Jibouti dan
yang terbaru sekarang ini yang sangat menarik itu adalah
Sudan--yang berkembang menjadi sebuah negara Demokratis
dan semuanya etikanya itu Islam. Yang terakhir dilaporkan
dalam beberapa majalah seperti Executive Intelegence
Review yang melaporkan tentang perkembangan mutakhir yang
menarik di Sudan. Nah kemudian Iran, lepas dari soal
bahwa pemimpinnya itu bersorban tetapi sistem politiknya
itu lebih mirip Amerika daripada dengan Indonesia. Saya
pernah dalam ceramah seperti ini kemudian bicara mengenai
demokrasi dan kemudian ada yang menanyakan "anda ini
telah membawakan suatu ide Barat, baiklah kalau begitu
saya mau tanya, lebih Islam mana Indonesia atau Iran?
Lalu dia menjawab Iran dong lebih Islam, Ok, sekarang
lebih Barat mana sistem politiknya Indonesia dengan Iran,
lalu saya bilang lebih Barat Iran. Di Iran itu kebebasan
orang di Parlemen itu luar biasa tinggi sekali kesadaran
etikanya, karena itu bisa terjadi opposisi
menang--sayangnya orang tidak mendukung saya mengenai
opposisi, kalau ada pendukungnya itu bisa menang saya.
Kemudian Rafsanjani dan sekarang Khatami, waktu akan
membentuk kabinet itu nama-nama calon Menterinya di bawa
ke Parlemen lalu di bahas dan di teliti track recordnya
kayak apa dan seperti di Barat, dan Rafsanjani dulu saya
baca di koran lima calon menterinya di tolak di parlemen!
Di Indonesia yang tahu siapa bakal calon menteri itu dulu
tiga--selain Pak Harto, Tuhan dan Bu Tien, sekarang
mungkin tinggal dua, coba bayangkan kita mengadakan
Pemilu itu milyaran perak, tahu-tahunya yang menentukan
hanya satu dua orang saja, itu bagaimana? Taruhlah kita
itu baru sampai disitu, tapi terang saja harus ada
perkembangan lebih lanjut. Dan Iran itu memberikan satu
contoh dan Sudan juga sekarang sedang tumbuh untuk
menjadi satu model yang sangat menarik, suatu penerapan
Etika Islam yang dipimpin oleh Dr Thurabi itu dalam satu
kerangka modern. Kemudian saya akan menerangkan soal
perbedaan istilah-istilah atau permainan semantik itu,
seperti yang saya pernah katakan dulu, sekularitas itu
suatu keharusan, sekularisme itu haram sebagai suatu
ideologi, sama dengan rasionality, rasionaliti itu
kaharusan, tapi tidak boleh menjadi rasionalisme, sebab
kalau menjadi rasionalisme itu berarti memuja kepada
rasio--seolah-olah tidak ada kebenaran diluar kebenaran
rasio--itu rasionalis. Jadi rasionalisme itu adalah close
ideologi, tapi kalau rasionalitas itu menyangkut proses
dan cara atau metodologi saja. Mungkin analogi dengan
ini, maka sekularitas itu adalah suatu keharusan--yaitu
kita harus musyawarah, kita harus mendengarkan orang,
tidak semuanya itu mesti harus berdasarkan teks suci, itu
tidak mungkin! Tetapi sekularisme salah, nah ini modern
juga begitu, modernitas, itu sautu kenyataan, tapi
modernisme itu adalah suatu ideologi. Modernisme itu
dalah suatu pemutlakkan pada pola-pola pengalaman hidup
manusia yang paling akhir ini yang misalnya cirinya ialah
Ilmu Pengetahuan Alam. Nah kalau sains sudah menjadi
saintisme that`s a problem, tapi bahwa kita itu harus
saintifik itu harus. Oleh karena itu modernity dan
modernisme itu harus kita bedakan. Nah yang kita
bicarakan itu bukan modernisme seolah-olah suatu istilah
dengan konotasi langsung memuja kepada apa yang sekarang
sedang terjadi, apakah betul yang terjadi itu semuanya
baik? Tidak. Tapi kalau modernitas sebagai suatu
kenyataan prosedural, kenyataan struktural prosedural itu
menyangkut rasionalitas, effisiensi, keunggulan dalam
organisasi, manajemen, kemudian peningkatan produksi,
dalam hal ini zaman modern adalah puncak pengalaman
manusia. Tidak pernah Umat manusia seproduktif sekarang
ini, tapi kalau dilihat dari segi nilai, apa betul yang
sekarang terjadi itu lebih baik daripada misalnya di
zaman keemasan Islam, deffinately not, penampilan
kemanusiaan yang paling buruk terjadi di zaman modern
oleh orang modern, pertama, (disini peranan dari Portugis
itu besar sekali) ketika mereka menangkapi orang-orang
Afrika seperti binatang, kemudian di rantai di bawa ke
kapal kemudian di jual ke Amerika seperti binatang, itu
oleh orang-orang Portugis yang sekarang sok
memperjuangkan HAM--mereka berkuasa di Timor-Timur mereka
jadikan Tomor TImur museum Anthropologi untuk mengawetkan
pola kehidupan zaman batu, sama dengan Belanda terhadap
orang Irian. Itu kan orang modern. Yang kedua, ialah
ketika Nazi Jerman menganggap semua bangsa bukan Aria
adalah sub human oleh karena itu boleh dibunuh meskipun
yang jadi korban adalah Yahudi tetapi sebetulnya yang
menjadi korban tidak saja orang Yahudi tapi juga orang
Armenia, orang-orang Yugoslavia dan juga orang-orang
Gipsi. Nah disini ada kesalahan orang Yahudi yaitu mereka
tidak mau mengakui Gnocida dan Holocaust terhadap
orang-orang bukan Yahudi karena bagi mereka ingin sekali
memonopoli peristiwa Holocaust sebagai suatu senjata
politik, dan itu terjadi di zaman modern, oleh orang
modern dan bangsa modern. Bangsa Jerman di tahun 1930-an
itu sudah membikin lokomotif besar-besaran yang namanya
Essen itu yang menghubungkan Jakarta Surabaya pada waktu
itu. Saya kalau lihat Kereta Api kadang-kadang saya
terpikir bangsa yang sudah bisa bikin lokomotip kayak
begini bisa diajari oleh orang setengah buta huruf yang
namanya Hitler bahwa manusia selain bangsa Aria itu
hanyalah setengah manusia. Sudah menghasilkan Kant dan
segala macam para failosuf. Kemudian kemarin ada berita
di Republika--bahwa kenapa bangsa Arobogines di Australia
itu tinggal sedikit, itu di buru seperti binatang oleh
orang-orang kulit putih yang tujuannya adalah
na`udzubillah untuk souvenir kemudian nanti kepalanya di
penggal dikirim ke orang-orang kaya di Barat di
awetkan--banyak juga sekarang ini, salah satu
pelanggannya adalah museum-museum historis, museum-museum
anthropologi, nah manusia macam apa orang seperti itu.
Dimana peran agama pada mereka, nonsens, tidak ada.
Kemudian tentu saja etnic cleansing sama dengan yang
terjadi di Jerman, sekarang sedang dialami oleh
orang-orang Kosovo hanya karena perbedaan Islam, kalau
orang Kroasia disebut Kroasia, kalau orang Serbia disebut
Serbia, tapi kalau orang Kosovo disebut Muslim, jadi
Muslim konotasinya rendah, dan dalam satu zaman yang
katanya modern dan rasionil--ada satu proyek negara yang
paling tidak rasionil dan berdasarkan mitos dan dongeng
keagamaan yaitu Israil, Israil itu berdiri berdasarkan
teks-teks agama di dalam kitab bibel bahwa itu adalah hak
mereka. Sekarang bagaimana kalau semua orang melaksanakan
ditel agamanya seperti yang Israil lakukan, bisa kacau
dunia. Jadi negara yang paling primitif di dunia ini
ialah Israil--yang berdiri diatas klaim-klaim
dongeng--dan semua orang kini ingin membenar-benarkan,
orang Barat kebetulan ingin tobat dengan menolong Israil,
tapi dengan membuat kejahatan dan dosa yang jauh lebih
hebat yaitu terhadap orang-orang yang tidak berdosa yaitu
orang-orang Palestina. Kalau orang-orang Yahudi di Eropah
masih ada alasan, karena mereka dulu sombong sekali
katanya we are the choosen people and you are a goat.
Makanya oleh orang Eropa--lalu mereka dapat diperlakukan
secara diskriminatif yaitu tidak boleh memakai nama-nama
bagus untuk menunjukkan bahwa mereka itu jelek. Jadi
ambillah nama Wolfinson, Wolfowitz, dan Leopold Weiss,
tapi sekarang sudah menjadi kebanggaan, justru sekarang
dibalik nama-nama itu mejadi kebanggaan. Jadi itu Eropa
itu, jadi artinya--baiklah dalam soal teknikalitis
mengenai masalah pengorganisasian, Mesin dan manajerial,
meningkatkan produksi, inilah puncak hidup dari umat
manusia, tapi mengenai nilai-nilai kemanusiaan, banyak
jutru yang menunjukkan mundur. Ketika orang Jerman
membunuhi orang Yahudi begitu efektif karena mereka tahu
teknologi, kalau mereka bodoh nggak bakalan sekian juta
orang Yahudi jadi korban. Jadi tidak mempunyai efek
apa-apa terhadap peningkatan nilai kemanusiaan, oleh
karena itu dalam hal ini orang Islam boleh bersyukur, di
dalam track record Islam dibanding dengan Barat kita
supreme tidak bisa dibandingkan--jauh lebih baik, dalam
sejarah Islam yang paling buruk pun masih tetap lebih
baik daripada Barat. Saya mempunyai kegemaran
mengumpulkan buku-buku mengenai monumen-monumen, ada
Tower of London, Forbidden City, ada Kremlin semuanya itu
adalah monumen-monumen yang penuh dengan darah. Tapi
kalau kita lihat Taj Mahal, itu kan lambang cinta kasih,
Redford, Fatisikri, The Doom of The Rock--masjid Aqsa itu
lambang pluralisme agama, orang Yahudi, Kristen dan Islam
boleh, Umar itu ketika membebaskan Yerusalem diminta oleh
patriak itu supaya orang Yahudi dilarang masuk Yerusalem,
lalu Umar mengatakan tidak, ini semuanya harus terbuka
oleh karena itu kemudian Umar cari kompromi yaitu
Yerusalem di kavling. Jadi ada sektor untuk orang Islam,
ada sektor untuk orang Yahudi, ada sektor untuk Kristen
mendapatkan dua kavling--sektor Armenia dan sektor
Orthodoks sebab dua sekte ini tidak bisa dipersatukan,
nah orang Islam karena penguasa maka kavlingnya paling
besar. Jadi inti dari Yerusalem itu di tangan orang
Islam--puncak bukit Muria dimana disitu dulu berdiri
Solomon Temple yang sekarang berdiri Masjid Aqsa. Tapi
Masjid Aqsa itu suatu penyelamatan dari tradisi kesucian
Yerusalem dan terbuka, dan Umar Bin Khatab membolehkan
orang Yahudi masuk, semula itu nggak boleh oleh
penguasa-penguasa orang Yahudi itu masuk. Jadi sebetulnya
yang dihadapi Umat Islam sekarang ini adakah simpel saja
menghidupkan "nilai-nilai suci dari Islam klasik dan
diterjemahkan dalam kerangka modern." Maka Umar itu
adalah hanya penerjemah saja dari nilai-nilai Islam dalam
suatu konteks yang terjadi saat itu dan yang menghasilkan
sistem kekhalifahan--Bani Umayyah pun harus dipandang
seperti itu, Abas juga begitu, dan kalau Iran juga
sekarang seperti itu, maka harus dipandang sebagai suatu
usaha menerjemahkan nilai-nilai Islam itu dalam konteks
sekarang--lalu menghasilkan Republik. Waktu Dinasty Qajar
dan kemudian ada seorang tentara yang bapaknya Shah lalu
berontak dan menang, bapaknya Shah itu dulu sebetulnya
ingin membuat Republik Iran, akan tetapi ditentang oleh
para Ulama, katanya Republik itu kafir dan yang Islam itu
kerajaan. Maka dia senang sekali--maka diturunkan kepada
anaknya Shah Reza Pahlevi yang kemudian kebacut lalu
memberi gelar kepada dirinya Shahanshah Ariamehr--Raja di
raja Cahaya Bangsa Aria. Nah itu yang bikin dia hancur
karena sombong sekali, artinya dulu Republik itu dianggap
kafir, tetapi setelah Khomeini muncul ternya Repbublik
itu yang sekarang Islam malahan yang Kerajaan itu yang
kafir. Jadi artinya struktur dan prosedur itu sebetulnya
tidak menjadikan penting sekali--tapi yang penting itu
"the wine in the bottle." Anda bisa tarok
'anggur` ini di dalam botol yang bermacam-macam, tapi toh
isinya sama saja.
Tanya Jawab
Mengenai Muhammad Assad, saya ingin memberikan penilaian
mengapa dia gagal di dalam merumuskan di Punjab itu, itu
karena sektarianisme Pakistan, jadi ini suatu hal yang
ironis, karena Pakistan adalah sebuah negara yang dari
semula di dirikan sebagai negara Islam, akan tetapi
ironis sekali sampai sekarang belum bisa diatur secara
Islam karena ada kelompok-kelompok di Pakistan itu yang
saling membatalkan seperti Syiah kemudian Sunni yang
sampai sekarang masih bunuh-bunuhan, bahkan yang menurut
saya tidak masuk akal, itu adalah permusuhan antara kaum
Muhajirin dan kaum Tsyin di daerah Karachi sekitarnya,
pahamnya sama malahan kaum Muhajir itu adalah pindahan
orang Islam pindahan dari India yang seharusnya dianggap
sebagai pahlawan akan tetapi karena mereka itu mempunyai
keunggulan dari segi bisnis karena relatif lebih
terpelajar maka menimbulkan kecemburuan penduduk setempat
yaitu orang-orang Tsyin, apalagi ditambah dengan
perbedaan bahasa, orang Muhajir itu berbicaranya bahasa
Urdu dengan sedangkan orang Tsyin itu bahasanya Tsyindik,
jadi kompleks sekali Pakistan itu dan ujung-ujungnya
gagal. Nah inilah proyek yang gagal, sama dengan ketika
Bung Karno memberikan kesempatan kepada Aceh untuk
menerapkan syarikat Islam sebagai Daerah Istimewa juga
gagal. Jadi sebetulnya ada persoalan besar disitu, yaitu
menurut saya (yang tentunya tidak orisinil) ke gagalan
Umat Islam menarik pada level yang cukup general dari
ide-ide Islam itu sendiri untuk kemudian nanti diturunkan
lagi sesuai dengan konteks ruang dan waktu. Itu yang
gagal, jadi ini ada suatu sistem ajaran yang karena sudah
mewujud secara historis, sesuai dengan kemampuan Umat
Islam sekarang ini--yang dianggap final. Maka kalau
seorang Hakim mau membuat suatu hukum menurut Islam, cari
saja kitabnya dan baca saja padahal sebetulnya yang
dituntut itu bagaimana kita mampu nenarik semua
unsur-unsur ad hoc kepada level yang lebih general itu,
kemudian dibawa kemana-mana dan di satu tempat di suatu
zaman itu diterjemahkan lagi menurut konteks ruang dan
waktu, sebetulnya yang dilakukan oleh Malik, Hambali dan
Syafii kan seperti itu yang sekarang kita sebut sebagai
Mazhab itu, Mazhab itu kan sebetulnya aliran pikiran,
tapi bukan sekte, sebab ini penting sekali bagi Umat
Islam untuk mengetahui bahwa Mazhab itu bukan sekte, jadi
mazhab Hambali, Maliki dan Syafii itu tidak sebanding
dengan metodist, adven--itu tidak sama sekali--itu kan
interchangable. Orang Jombang itu kalau mau pergi haji
biasanya dia mengumumkan dulu bahwa dia pindah mazhab,
dari mazhab Syafii ke mazhab Hanafi atau ke mazhab
Maliki, mengapa? Supaya kalau bersinggungan dengan
Perempuan nggak batal. Misalnya--ini mazhab yang paling
rumit itu kan mazhab Syafii--mazhabnya orang Indonesia,
bersinggungan sedikit dengan bukan muhrim saja bisa
batal. Nah ada cerita zaman kuna, kalau orang mau naik
Haji itu kemudian orang Mesir itu tahu bahwa itu orang
Indonesia dicolek sama perempuan Mesir, lalu batal lalu
wudlu lagi, nah capek. Jadi artinya mazhab itu
interchangable, bisa orang ganti-ganti, jadi bukan sekte,
maka dari itu mazhab itu adalah school of thouht, jadi
relatif sekali dan itu adalah suatu usaha daripada orang
seperti Syafii dan Maliki dan Hanafi untuk menarik
menyimpulkan ajaran-ajaran agama pada level yang cukup
general lalu disimpulkan lagi dalam konteks ruang dan
waktu. Kadang-kadang terjemahannya itu kalau
dipertahankan sampai sekarang konyol, seperti
misalnya--agama mengajarkan kebersihan, nah ini pada
level general yang disebut thaharah. Terjemahannya
gimana? Ya harus dengan air. Mungkin tidak sembarang air,
tapi air tidak sembarang air, harus dengan ketentuan
tertentu, dan pada waktu itu belum ada ledeng. Maka dari
itu kemudian datang dengan satu ide, bahwa air adalah
masih tetap mampu membersihkan orang asalkan ukurannya
sekian--nah itu yang disebut dua kulah itu. Dan sampai
sekarang masih dipertahankan oleh pesantren-pesantren itu
yang menjadi sumber gudig karena air yang seperti itu
dipertahankan terus dan nggak bakalan berubah. Tapi itu
kita harus hargai sebagai suatu usaha cara untuk
menterjemahkan suatu ide. Sebab alternatifnya bahwa orang
tidak peduli dengan ukuran air itu misalnya air satu
ember dipakai untuk segala macam seperti tukang jual
makanan di pinggir-pinggir jalan, itu kan kalau cuci
piringnya itu kan satu ember dipakai untuk mencuci 100
kali piring-piring itu. Nah ini contohnya. Nah Umat Islam
itu sekarang itu kegagalannya disitu. Maka dari itu
melaksanakan hukum Islam yang terbayang potong tangan,
yang terbayang melempari batu orang--karena apa, karena
tidak berhasil menarik pada level yang lebih tinggi. Nah
Muhammad Assad itu mencoba, nah jadi kegagalan Assad
disitu, dan bagi saya sampai sekarang gagal, dan Pakistan
sampai sekarang gagal karena ada mutual
cancelation--saling mengkansel seperti orang nyetir mobil
di perempatan, itu kan greatlock. Akhirnya Pakistan itu
sekarang kembali ke hukum Inggris. Sama saja dengan di
Malaysia, maunya sih bahasa melayu tapi kan China itu
nggak bisa, bahasa Tamil nggak bisa, akhirnya pakai
bahasa Inggris. Untung Indonesia tidak. Indonesia itu
paling lumayan sebagai corporate nation Indonesia adalah
yang paling sukses. Kemudian Presiden membatasi masa
jabatan Presiden dan ide itu sudah menggelinding dan saya
dengar berita Pak Harto itu sudah setuju soalnya dia
sudah nggak kena lagi. Nah kemudian opposisi, ide
opposisi itu ialah ide suatu politik yang modern, jadi
masalah modern apa atau yang dimaksud dengan modern itu
apa sebetulnya? Modern itu ada seorang pemikir besar dan
ahli sejarah yang juga ahli Islam yang namanya
Hodgson--dia itu nggak setuju dengan istilah yang namanya
modern, istilah zaman modern itu seolah-olah namanya baik
padahal belum tentu baik, nah yang lebih netral itu
sebetulnya adalah zaman teknik atau tecnical age, nah
teknik ini tidak hanya dalam arti benda seperti
membesarkan suara dalam arti loudspeaker, tapi juga
teknik pemerintahan, teknik manajemen bisnis--yang
sebetulnya itu hanya menyangkut masalah struktural dan
prosedural. Isinya itu bisa macam-macam. Nah lagi-lagi
itu masalah bottle and wine, jadi itu cuma botol saja
pada zaman modern ini, botol itu bagus sekali dan tinggal
isinya apa saja. Maka dari itu opposisi itu kalau dilihat
sebagai wine sebagai ide dasar itu sudah ada sejak dari
dulu sejak zaman Nabi. Jadi Musyawarah itu sudah ada
opposisi--dengan mengakomodir pendapat orang lain. Dan
Nabi itu berkali-kali kalah suara, dan beliau tunduk
seperti mengalami perang Uh`ud yang sangat terkenal
itu--beliau kalah suara. Jadi zaman Khalifah itu jelas
ada opposisi, Ali itu peranannya itu opposisi, karena itu
para Khalifah itu takut sama Ali (seperti Abu Bakar, Umar
dan Ustman itu). Dan kebetulan Ali ini otoritasnya tinggi
sekali dan memang jelas mempunyai kedekatan pada Nabi
karena anggota keluarga Nabi, jadi banyak sekali contoh
seperti--Ali itu memperingatkan Umar. Misalnya setelah
Persi jatuh Umar itu tidak tahu bagaimana harus
memperlakukan orang Majusi, maka dia kumpulkan para
sahabat itu--katanya, apakah kita perlakukan mereka
seperti orang Nasrani dan orang Yahudi--sebagai ahli
kitab yang harus ditolerir dan harus diberi hak dalam
hidup sesuai dengan agamanya atau kita perlakukan seperti
orang Musyrik Mekkah yaitu harus dipaksa masuk
Islam?--sebab yang boleh dipaksa masuk Islam itu hanya
musyrik atau orang Paggans, nah Ali angkat tangan seraya
katanya, "hey Umar aku pernah mendengar Nabi
mengatakan--perlakukan mereka seperti Ahli Kitab"
maka orang Majusi diperlakukan seperti ahli Kitab, mereka
bebas. Jadi sebetulnya yang kita hadapi sekarang ini
ialah masalah bagaimana memanaj secara lebih baik. Dulu
itu seolah-olah by accident, muncul Alim, nah sekarang
yang menjadi tuntutan by the liberation supaya ada
legitimasi yang penuh dan karena itu efektif. Nah
sekarang ini sebetulnya PPP dan PDI itu opposisi. Tapi
persoalannya sekarang adalah mereka nggak mau menyebutnya
opposisi atau Golkar juga nggak mau mengakui
opposisi--padahal kalau diakui opposisi akan menjadikan
efektif sehingga kalau dia menyuarakan suara yang berbeda
tidak langsung di tuduh sebagai subversi--persoalan di
Indonesia kan itu, alhamdulillah selama 10 tahun terakhir
ini luar biasa, di zaman Benny Moerdani apa yang
dikatakan koran-koran sekarang ini bisa
dibayangkan--nggak tahu entah kemana orang itu besoknya,
mengenai ucapan Pak Harto bahwa Bung Karno dulu
menyimpang dari UUD 45 dan Pancasila, itu kan tafsirannya
Pak Harto. Jadi ini hanya hegemoni makna kata orang itu.
Jadi memang beliau berhak, buktinya beliau pun melakukan
sesuatu untuk bangsa ini. Well "menurut agama; orang
yang tidak berterimakasih kepada manusia itu artinya
tidak berterimakasih kepada Tuhan," nah jadi kita
berterima kasih juga kepada Pak Harto, cuma begini Pak
bahwa sistem Pak Harto itu adalah sistem emergensi
mengatasi terutama masalah Komunis. Memang awet sekali
tetapi sebagai emergenci is not permanent, artinya your
sistem is not survive you. Jadi opposisi itu
bibit-bibitnya di dalam Al-Qur`an itu banyak sekali,
pertama di Al-Qur`an itu banyak sekali gambaran
"bahwa kita itu harus saling mengingatkan"
harus saling `amar ma`ruf nahi mungkar kemudian dalam
hadist addinu hasihah, agama itu nasihat atau saling
mengingatkan, kemudian masalah yang lebih besar lagi
ialah masalah keseimbangan--dalam surat Rahmaan dikatakan
"Allah telah meninggikan langit itu, dan ditetapkan
hukum keseimbangan, oleh karena itu wahai manusia kamu
jangan melanggar prinsip keseimbangan," "dan
tegakkanlah timbangan itu secara jujur dan kamu jangan
curang dalam timbangan itu," jadi menarik sekali ada
tiga fase, pertama Kosmologi, jagad raya ini dikuasai
oleh hukum keseimbangan, kemudian pesan moral, oleh
karena itu "wahay manusia kamu jangan melanggar
prinsip keseimbangan," lalu praktis sekali
"...maka kalau kamu dagang menggunakan timbangan itu
kamu harus jujur", mengapa soal timbangan itu
dikaitkan dengan Kosmologi, itu timbangan kanan-kiri
itu--itu bekerja sesuai dengan prinsip hukum grafitasi.
Maka kalau kita curang dalam timbangan itu berarti kita
melanggar hukum kosmis. Jadi orang yang curang dalam
timbangan itu adalah orang yang melanggar hukum alam,
oleh karena itu juga dosanya adalah dosa kosmis. Nah mari
kita bawa kepada persoalan yang lebih serius, orang yang
melakukan kezaliman, itu dosanya adalah kosmis, maka dari
itu akan hancur, itu Al-Qur`an itu bilang begitu. Maka
Ali yang kemudian dituliskan oleh Ibnu Taimiyyah
mengatakan (Innallaha yaqimutola aadila ...Allah akan
mendukung negara yang adil meskipun kafir dan tidak akan
mendukung negara dzalim meskipun Islam). Karena keadilan
itu adalah sebagai hukum yang obyektif. Jadi obyektif
artinya tidak tergantung terhadap keinginan kita dan
tidak bisa dipengaruhi oleh kita. Jadi tetap tidak bisa
diubah. Qiyasnya itu dengan hukum api, dan api itu
hukumnya membakar, maka sifat membakar api itu adalah
obyektif dan immutable--tidak tergantung kepada siapa
pun, jadi tidak melihat kafir atau saleh, Islam atau
bukan. Nah demikian juga mengenai keadilan itu, siapa pun
yang menegakkan keadilan kafir kah atau muslim kah akan
jaya, dan menurut Al-Qur`an memang begitu. Siapa pun yang
melakukan kedzaliman kafir kah muslim kan hancur, dan
hanya dengan begitu kita bisa menerangkan mengapa
kerajaan-kerajaan Islam dulu hancur lebur. Baghdad yang
disebut sebagai pemberian Tuhan, tidak ada kisah
kehancuran sebuah kota yang lebih tragis daripada
Baghdad--diratakan dengan tanah oleh bangsa Moghul
itu--kemudian penduduknya dibunhi, seluruh kekayaan kalau
masih berguna bagi mereka itu di bawa, tapi karena mereka
buta huruf, Al-Qur`an dan kitab-kitab itu dihancurkan,
dan itu adalah Baghdad yang sudah Islam. Sekarang
bagaimana anda menerangkan, apakah anda tidak protes
kepada Tuhan, kita sudah Islam kok kayak begini, dan
Tuhan akan mengatakan habis kamu melanggar hukum yang
obyektif (atau hukum-Ku sendiri). Maka dont take for
granted your Islam kemudian juga dont take for granted
The Islam of this contry. Kesalehan-kesalehan simbolik
itu akan tidak akan mempunyai fungsi apa-apa. Apakah
orang rajin nabuh beduk atau pergi ke Mekkah itu tidak
akan mempunyai efek sebelum di internalisir melalui suatu
sikap bathin. Jadi kesalehan itu harus di pindah, harus
dipromosikan--dinaikan tingkatnya dari kesalehan simbolik
menjadi kesalehan essensial--maknawi. Nah itu baru
berfungsi. Janji-janji Allah kepada orang beragama itu
dikaitkan dengan yang essensi--"innaullaha ... Allah
tidak melihat lahirmu tapi Allah melihat bathinmu,"
nah ini tujuan kita. Maka dari itu Muhammad Assad itu
benar bahwa orang Islam sekarang itu lebih mementingkan
simbol-simbol, padahal itu kan kosong. Memang benar
simbol itu penting karena menyederhanakan hidup--lalu
lintas itu kalau nggak ada simbol itu bisa kacau, tapi
bayangkan kalau supir-supir itu nggak paham rambu-rambu
lalu lintas itu dan melanggar seperti yang banyak
sekarang terjadi, nah simbol yang paling banyak menguasai
hidup kita itu uang--hanya secarik kertas lalu kantongi
kemudian kita nggak takut lapar, kenapa? Karena kalau
kita haus kita bisa pergi ke warung menukarkan uang itu
dengan minuman, jadi yang bernilai intrinsik itu airnya
itu, sedang uang itu hanya simbol atau instrumental. Nah
kalau kita berhenti dalam soal agama hanya pada simbol,
maka itu sama saja bangga isi kantongnya penuh sampai
saatnya harus minum dan makan dia makan uang kertas itu,
nah itu namanya berhenti pada taraf simbol, jadi memang
betul simbol itu penting tetapi if you dont go beyond
simbol yang dalam bahasa Arabnya I`tibar menyeberanglah
kamu orang-orang yang punya pikiran, artinya jangan
berhenti disimbol tetapi ada sesuatu di balik simbol itu
yang harus kita tangkap. Maka nilai-nilai keagamaan itu
harus ditangkap lebih dulu essensinya, kemudian dicarikan
simbol-simbolnya sesuai dengan konteks ruang dan waktu
baru efektif. Kemudian mengenai klaim otoritas oleh
hadist ada persoalan--tapi saya kira untuk ingkar hadist
saya kira itu tidak mungkin. Singkatnya cerita begini;
terang diantara hadist itu ada yang sakhih bahkan banyak
sekali yang sakhih, oleh karena itu penting sekali kita
perhatikan memang kenyataannya sebagian dari kehidupan
keagamaan kita ini ditentukan oleh hadist, shalat seperti
yang kita lakukan itu berdasarkan hadist, Al-Qur`annya
nggak ada. Apakah subuh itu dua raka`at, kemudian magrib
itu tiga raka`at itu semuanya dari hadist. Dan mengapa
hadist itu ada yang sakhih karena orang Arab itu adalah
bangsa budaya lisan--oral culture ada empat bahasa yang
paling berpengaruh di muka bumi ini yaitu bahasa
sanskrit, bahasa latin, bahasa yunani dan bahasa Arab,
tapi tiga yang pertama itu sudah mati, jadi hanya bahasa
Arab yang masih hidup, nah mengapa? Dan tiga bahasa ini
dilihat dari kulturnya juga berbeda, bahasa sanskrit,
yunani dan latin mendukung monumen-monumen fisik yang
luar biasa hebatnya. Di India di Yunani dan Roma banyak
sekali monumen-monumen fisik, tapi di Arab itu nggak ada
monumen mereka itu syair-syair, sampai sekarang mereka
masih terbaca dengan segar sekali syair-syair Arab dari
ribuan tahun yang lalu, nah karena mereka itu oral
culture--maka ciri orang Arab itu adalah penghafal yang
luar biasa, jadi apapun yang dikatakan orang--seperti
fotografi--nah disini taruhannya hadist ini bahwa hadist
ini banyak sekali yang sakhih. Tetapi ketika mereka harus
mendukung konflik-konflik yang terjadi dan saling mencari
pembenaran, maka udara dunia Islam waktu itu penuh dengan
hadist yang sebagian besar palsu terutama hadist politik.
Sebetulnya ada juga hadist politik yang benar misalnya
mengenai Imam bahwa hadist itu mengatakan bahwa Imam itu
harus dari Quresh, tapi persoalannya ketika Nabi
mengatakan bahwa hadist ini apakah mempunyai nilai
keagamaan atau nilai politis? Sebab kalau seandainya
mempunyai nilai keagamaan, berarti sekarang kini pun kita
harus cari pemimpin yang keturunan Quresh, ya kebetulan
menteri Agama kita Pak Quraish (cat: Kabinet Pembangunan
VII)--itu soal lain. Tapi itu nggak mungkin, maka
tafsirannya ialah bahwa ini adalah suatu statemen dari
Nabi Muhammad saw yang mempunyai nilai kepraktisan
politik, karena waktu itu di dunia Arab memang diantara
suku-suku itu yang paling berpengalaman melaksanakan
pemerintahan adalah orang Quresh--sama saja dengan
sekarang ini adalah semacam konvensi, Presiden Indonesia
harus orang Islam dan Jawa dan tentara--dan sebetulnya
ini nggak ada dalam konstitusi tapi demi ke praktisan
begitu, ya coba saja kalau ada Presiden yang non Islam,
seperti yang pernah saya katakan terhadap Duta Besar
Amerika yang dulu, misalnya kenapa anda keberatan kepada
Benny Moerdani, lalu saya bilang, bukan persoalan
dia--dia itu kemampuannya tinggi pokoknya diantara semua
tentara dia paling hebat, tapi dia tidak punya legitimasi
kultural, sebab bangsa Indonesia itu bangsa Muslim, dan
dia Katholik, maka tidak mungkin dia Benny Moerdani bisa
jadi presiden. (Kenapa nggak mungkin?) well lihatlah
negeri anda sendiri Amerika Serikat itu--negara
demokratis hebat segala macam umurnya sudah 200 tahun
semua presidennya Protestan, dan hanya satu yang katholik
dan anda bunuh--itu Kennedy, bagaimana, apa sih bedanya
Katholik dengan protestan, padahal satu saudara--itu saja
anda nggak mau, kemudian Dukakis saja hampir jadi
presiden dan gagal karena dia orang ortodoks, nah jadi
artinya statemen bahwa presiden harus orang Jawa Islam
dan Tentara (untuk yang terakhir masih bisa tawar
menawar) dan kira-kira sudah mulai cair sekarang ini. Nah
Habibie mau jadi Presiden, itu ada lagi unsur yang
lainnya yaitu non-Jawa, itu pun sudah mulai cair walaupun
ibunya orang Jawa, jadi setengah orang Jawa juga dia.
Makanya dulu saya menyesalkan Nasution sebetulnya waktu
Orde Baru baru muncul itu khansnya besar sekali jadi
Presiden itu Nasution, Subhan Z itu ngotot bahwa
sampeian--nah Pak Harto itu tidak pernah mimpi jadi
Presiden, Nasution itu argumennya--nah ini yang merusak
kita, dia bilang "waduh saya nggak berani, sebab
saya bukan orang Jawa" kalau saja kalau saya waktu
itu adalah Nasution saya akan berani, mati pun nggak
apa-apa, tapi mithos bahwa Presiden itu harus orang Jawa
itu pecah. Mustinya begitu, tapi Pak Nasution itu
orangnya mundur sangat teratur, itu pun pernah terjadi
sama Bung Hatta--mundur sangat teratur. Jadi, hadist
politik itu kayak begitu. Kemudian, mengenai nama seperti
Wolfinson, Wolfowitsz, Leopold karena ada latar belakang
historis sosiologis Eropa ketika orang-orang Yahudi
diperlakukan begitu diskriminatif dan tidak boleh
menggunakan nama-nama yang bagus dan dipaksa menggunakan
nama-nama yang jelek, tapi nama itu memang betul
"what is the name" sekarang Wolfowitsz bangga
dengan nama itu juga Wolfinson--dia bisa mendikte sekian
banyak negara. Sebetulnya ada suatu kebiasaan yang
menurut saya kurang benar dalam Umat Islam, setiap ada
orang pindah agama dari non Islam ke Islam diganti
namanya, itu sebetulnya nggak perlu, Nabi itu dulu nggak
pernah ganti nama orang, Umar itu dulu sebelum Islam atau
setelah Islam ya kayak gitu. Orang seperti Ibnu Taimiyyah
itu paling nggak setuju dengan kebiasaan ganti nama itu.
Nah memang kadang-kadang ada pentingnya juga secara
anthropologi mengenai nama, menurut anthtropologi nama,
orang Jawa itu dibagi empat: yang paling tinggi ialah
yang namanya menggunakan sanskrit yang namanya
panjang-panjang itu misalnya Prawoto Mangkusasmito,
Kasman Singodimejo, Yusuf Wibisono, dan yang kedua itu
nama sanskrit tapi pendek saja, seperti Sartono, Wilopo,
Soekarno, Soeharto, nah yang ketiga itu nama-nama Arab,
seperti Abdurrahman Wahid, Muhammad Amien Rais,
Nurcholish Madjid, Muhammad Syafii Ma`arif, nah yang
keempat itu yang namanya Jawa asli seperti, Tugel,
Katiran, Paimin, Iyem, tapi sekarang sudah tidak relevan,
itu sudah jungkir balik, kabinet sekarang ini banyak juga
nama Arabnya, tapi sekali lagi apa arti sebuah nama. Cuma
kadang-kadang masih perlu untuk seperti sebuah cara
sedikit simplistik dalam melihat sesuatu dari segi latar
belakang Anthtropologinya. Kemudian mengenai "wine
in the bottle," ini memang persoalan-persoalan
budaya; jadi begini, Islam pun tidak lepas dari budaya
oleh karena itu kalau Islam yang universal itu
diterjemahkan dalam konteks budaya lokal seperti Jawa itu
sebetulnya absah asalkan intinya tetap bertahan, sekarang
ini sebetulnya dalam kajian ilmiah yang modern dunia
Islam itu dikenali ada dua, yaitu Islam di dalam
lingkungan budaya Arab yaitu yang menjadi Islam dari
dunia yang berbahasa Arab sejak dari Bahrain di Timur
sampai Marroko dan dunia Islam dalam lingkungan budaya
Persi, itu adalah Islam Asia Daratan--sejak dari
Bangla-desh lalu menyeberang ke India terus ke Pakistan
dan Afghanistan, lalu ke Asia Tengah kemudian Iran, Turki
sampai ke negara Balkan--yaitu Kosovo, Macedonia, Bosnia,
Slovenia dan Albania itu semuanya orientasinya ke Parsi.
Nah sebetulnya yang ketiga yang jumlah orang Arabnya
banyak sekali tapi masih belum dihitung yaitu Islam dalam
lingkungan budaya Melayu, itu Islamnya Asia Kepulauan,
nah ini yang sekarang sedang tumbuh, karena ini yang
paling baru dan belum mapan, Majapahit berdiri pada tahu
1297 itu 200 tahun setelah Al-Ghazali wafat, Al-Ghazali
wafat pada tahun 1111. Pada tahun Al-Ghazali wafat yang
notabenenya sering dituduh sebagai biang keladi
kemunduran Islam, nah disitu Majapahit belum berdiri.
Setelah Islam diruntuhkan, kemudian barulah Islam
konsolidasi di Jawa ini, dimulai dari Jawa Timur,
merembet ke Jawa Tengah lalu melalui Cirebon dan Banten
kemudian Jawa Barat di Islamkan melalui Cirebon dan
Banten kemudian baru selesai konsolidasi di Jawa. Maka
dari itu secara kultural dan intelektual Islam di
Indonesia itu baru tahap konsumen--belum pernah jadi
produsen. Jadi maka kalau ada usaha memberikan wadah
kepada Islam universal dalam satu wadah lingkungan yang
lokal sebetulnya nothing wrong with that asalkan tidak
ibaratkan seperti dalam fiqih khamar menjadi hal, atau
hal menjadi khamar kalau khamar menjadi hal itu bagus,
dari haram menjadi halal. Dalam fiqih ini begini, kalau
kita mempunyai minuman keras dibiarkan secara alami
berproses menjadi cuka itu menjadi halal. tapi sebaliknya
juga terjadi cuka dibiarkan dengan proses menjadi minuman
keras itu menjadi haram. Nah kalau karena fermentasi
kultural itu Islam menjadi kehilangan essensinya bisa
menjadi haram semua seperti misalnya ketika Islam itu
berkenalan dengan budaya Aria tadi, maka banyak sekali
unsur Aria itu masuk dalam Islam termasuk dalam konsep
Devaraja, sehingga Khalifah yang dulunya khalifatulrasul
berubah menjadi khalifahtullah, lalu mengklaim menjadi
kekuasan mutlak, nah ini yang antara lain menular ke
Yogya itu, menjadi Kalifatulah panatagama itu adalah
suatu bentuk tiranisme, despotisme, padahal sebelum itu
tidak ada. Orang Arab itu tidak pernah mengenal
Khalifatullah. Kalau ada khalifatullah itu, ya seluruh
orang adalah khalifatullah. Tapi kalau penguasa sebagai
khalifatullah itu adalah suatu perembesan dari budaya
Aria, karena bangsa Aria itu mempunya kepercayaan bahwa
seorang penguasa mempunyai hubungan spesial dengan Tuhan.
Lalu banyak kepercayaan bahwa penguasa itu turunan
Tuhan--atau dulurnya ratu rorokidul segala macam itu
devaraj sebetulnya. Yang kemudian banyak mempengaruhi
bangsa termasuk Jepang dengan Tenoheika--yang keturunan
Matahari, itu adalah konsep Devaraj dan itu adalah ciri
dari kultur bangsa Aria yang orang Arab samasekali nggak
kenal. Maka ketika khalifah itu sudha tercampur dengan
unsur Aria maka berubah, dari khalifah Rasul, khalifah
Nabi yang demokratis menjadi khalifatullah yang despot.
Lalu Hamengkubowono, Mangkubumi, Pakubowono, Syah Alam,
sekarang tinggal nama. Mengenai konstitusi RI, menurut
pandangan saya UUD 45 itu disusun secara tergesa-gesa
karena memang memenuhi suatu imerjensi--tetapi karena
memang suatu bangsa tidak bisa berkembang kecuali kalau
ada pijakan yang disebut presume truth--kebenaran yang
harus dianggap mapan. Maka kita (dengan menirukan
bahasanya Pejabat)--harus mempertahankan UUD 45 dan
Pancasila dan itu benar. Sebab sekali kita persoalkan
lagi buyar lagi, itulah kesalahan Bung karno ketika dia
masih memberikan isyarat kemungkinan diubah melalui
Pemilu tahun 1955 untuk membentuk konstituante--bisa
hancur kita. Tiru saja Amerika ketika deklarsi of
independent bikinan Jefferson disetujui, "let we
assume that it is the truth--dan itu adalah lonceng kita
dan kemudian kita kembangkan," nah UUD 45 dengan
kekurangannya itu harus dipertahankan begitu juga
Pancasila. Nah kekurangannya itu harus kita lengkapi
melalui amandemen. Sayangnya Indonesia ini masih tabu
dengan amandemen. Jangankan amandemen, saya ini anggota
MPR selama 10 tahun itu suatu kursus yang mahal sekali
untuk bisa mengatakan "Iya." Ya mahalnya itu
duduknya itu lho yang capek. Itu saya pengalaman pada
periode pertama badan pekerja itu--mengubah koma saja
tidak bisa--koma dari rancangan GBHN yang sudah di bikin,
jadi kita bisa bayangkan merobah koma saja tidak bisa dan
hanya GBHN, sekarang orang berpikir pada amandemen UUD
45. Bayangkan begitu tabunya, tapi itu mau tidak mau
adalah suatu keharusan yang harus dilakukan. Nah Amerika
itu melakukan--selalu saja ada Amandemen, yang terkenal
adalah the first amandement adalah suatu amandemen yang
menjamin kebebasan mengatakan pendapat, dan akses kepada
informasi yang sangat efektif dan kita harus itu, tidak
bisa tidak--oleh karena salah satu agenda reformasi
politik ialah membuka kemungkinan terjadinya
amandemen-amademen terhadap ketentuan-ketentuan
konstitusional sehingga perkembangan kita terus
menunjukan grafik naik. OK sampai sini dulu,
mudah-mudahan kita dibimbing oleh Allah menuju negara
yang diridloi oleh Allah SWT. Terimakasih.
Wassalam.
|