PEMIKIRAN POLITIK ISLAM
Oleh : Nurcholish Madjid
Event Artikel : Oktober 1992
Diupdated pada: Rabu 4 April 2001

Assalamu`alaikum Wr.Wb.

Tentu seperti biasanya saya hanya melengkapi yang pasti saya tidak bicara tentang Muhammad Asad tapi yang saya tahu nama itu membuat asosiasi saya terhadap peristiwa yang terjadi juga disini yaitu datangnya Presiden World Bank yang namanya Wolfinson yang temannya adalah Wolfowitz, anda bisa ketahui Wolf itu artinya srigala--wolfinson artinya anak srigala sama dengan Wolfowitz, nah Leopold Weiss juga orang Austria yang berbahasa Jerman dan Leopold dengan sendirinya artinya Macan Tutul. Ini saya karikatur yang kira-kira bisa menjelaskan beberapa hal bahwa salah satu indikasi bahwa orang barat itu Yahudi ialah kalau nama binatang-binatang yang buas-buas itu, karena apa, karena dulu mereka diperlakukan diskriminatif tidak boleh mempunyai nama yang baik, mereka harus memakai nama yang buruk-buruk. Nah jadi disitu juga sudah kelihatan bahwa Muhammad Assad suatu kompleks semacam dendam terhadap masyarakat Barat. Dan itu diwujudkan dalam berbagai tulisannya yang kadang-kadang meskipun banyak mengambil ide-ide Barat seperti yang diutarakan oleh saudara Pipip, tapi juga banyak sekali mengkritik budaya Barat. Ini yang menyebabkan mengapa ada tulisan yaitu yang menceritakan pandangan orang Barat terhadap Islam sejak dari yang mula-mula yang dulu sangat-sangat buruk, tetapi kemudian ada tampil orang-orang Barat sendiri yang masuk Islam seperti Assad ini kemudian juga Schuon dan Martin Lings dan sebagainya itu yang mereka itu pendekatannya kepada Islam sangat berbeda-beda, nah Fritjof Schuon sangat mistis dan Martin Lings sangat literer artinya sangat tinggi apresiasinya kepada masalah sastra. Kemudian Muhammad Marmaduke Picthale yang menerjemahkan Al-Qur`an dalam bahasa Inggris yang bagus sekali itu karena dia memang adalah seorang sastrawan--yaitu The meaning of the Glorious Quran itu juga pendekatannya sastra, lalu yang terakhir itu misalnya Murad Hoffman bekas Duta Besar Jerman yang masuk Islam yang pernah menggegerkan Parlemen Jerman karena rupanya orang Jerman itu kalau ada Duta Besarnya masuk agama lain itu adalah suatu skandal, maka lalu dia dipanggil oleh Parlemen Jerman dan dia membela diri, tapi sekarang ini menjadi produktif sekali dengan buku-buku mengenai Islam dan jelas sekali dia mempunyai kompleks juga terhadap pemberontakan terhadap Barat yang dianggap sebagai bobrok, dan pendekatannya itu, adalah pendekatan campuran antara comparative religion dan bukunya itu Islam The Alternative yang merupakan suatu bandingan antara agama Islam dengan agama-agama yang dikenal di Barat dan seterusnya. Nah karena itu Muhammad Assad harus dibaca dalam perspektif ini termasuk problem yang dialami ketika dia harus pergi dari Pakistan karena dia tidak cocok dengan beberapa tokoh Pakistan berkenaan dengan beberapa konsepnya, dan juga kalau disebut mengapa dia mati di Spanyol, saya kira itu di Gibraltar, karena Gibraltar sebuah pulau kecil yang dikuasai oleh Inggris dan disitu dia bisa mengembangkan dirinya secara bebas bersama keluarganya. Kemudian dia menulis tafsir yang sangat bagus menurut banyak orang yaitu The Message of The Qur`an yang dalam suatu segi itu mirip sekali dengan Tafsirnya Abdullah Yusuf Ali tetapi dengan tafsirnya itu dia ada problem dengan pemerintah Arab Saudi mula-mula seperti dikatakan saudara Pipip tadi itu--dia itu banyak menjadi warga di banyak negara Islam, di Pakistan dia adalah seorang Arsitek Konstitusi Pakistan, jadi meskipun dia seorang Austria tetapi dia mempunyai peranan yang besar sekali di dalam membangun Pakistan tetapi kemudian dia konflik dan di Saudi Arabia dia mendapat tugas untuk menterjemahkan Qur`an dan tafsirnya menghasilkan suatu terjemahan yang sangat bagus dalam bahasa Inggris tetapi dia harus meninggalkan pemerintahan Arab Saudai karena dia menafsirkan sebuah ayat Al-Qur`an mengenai Isa Al-Masih, dia mengatakan bahwa Isa Al-masih itu tidak naik ke langit, sedangkan pemerintah Arab Saudi itu maunya Isa itu naik ke langit. Dan untuk itu dia harus pergi. Nah ini karikatur betapa Umat Islam itu sebetulnya kadang-kadang itu terlibat dalam suatu pertengkaran so very private thing tetapi efeknya bisa besar sekali, bisa membuat orang di usir, bisa di bunuh, gara-gara terjemahan itu. Nah, terutama mengenai masalah politik ini, ini ada suatu kontroversi yang sangat besar sekali, oleh karena itu makalah saya--ibaratnya back to basic tetapi masih dalam suatu pilihan tertentu yang praktis, berhubung dengan batasan-batasan yang dimungkinkan oleh sebuah makalah dalam sebuah forum yang seperti ini. Nah latar belakang dari dambaan saya ini ialah apa yang kita bicarakan pada bulan Desember yang lalu ketika kita bicara mengenai Kekhalifahan. Kalau urut kira-kira begini: Michael Hart mengatakan bahwa Muhammad adalah orang yang paling sukses dalam sepanjang sejarah, dan sosiologi agama Muhammad sebagai Rasulullah disebut sebagai the Arms Prophet, sebab banyak Nabi yang tidak bersenjata, seperti Zulkifli dan Saleh adalah Nabi yang tak bersenjata. Tapi Nabi Musa bersenjata, ada kontroversi mengenai Nabi Isa, Nabi Isa itu nampaknya bersenjata, karena dalam sebuah injil yang mengatakan "Aku tidak datang dengan perdamaian tapi dengan pedang," lalu beliau memerintahkan setiap orang harus menjual pakaiannya lalu membeli pedang. Nah diantara semua Nabi Bersenjata yang paling sukses itu adalah Muhammad dan yang kedua itu adalah Musa. Tapi kalau kita lihat dalam bahasa yang sekarang achievement atau prestasi Muhammad dengan Musa, Musa tidak ada bandingannya apa-apa dengan Muhammad, Muhammad wafat seluruh Jazirah Arabia sudah takluk kepadanya. Musa yang disebut berhasil itu hanya berhasil dalam Exodus, memimpin exodus besar-besaran bangsa Israil dari Mesir ke tanah yang dijanjikan yaitu tanah suci Kanaan atau Palestina selatan itu pun dia harus berputar-putar di Gurun Sinai selama 40 tahun bersama para pengikutnya dan harus mengalami krisis yang begitu rupa. Bahkan ada kasus-kasus dimana dia harus membunuh pengikutnya sendiri sampai puluhan ribu, nah nanti baru diteruskan oleh para pengikutnya dan keberhasilan yang nominal dari misi Nabi Musa ialah ketika Dawud berhasil merebut Yerusalem dan itu memakan waktu sekitar 200 tahun. Maka dari itu Muhammad itu sangat berhasil dan itu menjadi ciri Islam, Islam adalah agama dengan ciri kesuksessan, begitu Nabi
Muhammad wafat terjadi krisis sebentar lalu diatasi oleh Umar, sebab hal ini kemudian menjadi rujukan proses kekhalifahan, kalau kita lihat proses-proses yang terjadi tiga hari pada waktu Nabi wafat yang kemudian menghasilkan pemilihan Abu Bakar, dan itu adalah proses manajemen Krisis, seperti Pak Harto selama 30 tahun itu sebetulnya manajemen krisis sebab dia nggak mengakui saja, karena itu tidak permanen, tidak boleh dianggap sebagai final sistem beliau ini--efektif memang, berhasil barangkali. Jadi selama 3 hari itu yang kemudian dulu kita pernah bahas--itu Umar itulah yang memberikan penyelesaian dengan agak sedikit faith accomply memilih Abu Bakar sebagai pengganti karena itu nanti kemudian dia dituduh sebagai melakukan tindakan ceroboh yang dalam bahasa Arab itu falkah dia mengakui falkah, akan tetapi kalau saya tidak lakukan Umat Islam akan hancur. .... dia menggunakan istilah, tapi itu memang kecerobohan tapi Allah SWT melindungi kita dari keburukkannya, dalam sebuah hadist yang panjang sekali seperti dalam hadist Bukhari, yang saya agak aneh Umat Islam itu tidak membaca, padahal itu suatu moment yang sangat historis, artinya memang disini ada kontroversi, yaitu Muhammad itu sebetulnya sebagai kepala negara benarkah pernah secara eksplisit mengatakan bahwa nanti setelah saya wafat begini? Kalau kita lihat mengenai tiga hari setelah Nabi wafat, dan terjadi krisis yang begitu hebat di Madinah, maka kesimpulan yang sangat berdasar ialah bahwa beliau tidak pernah menentukan itu. Tentu saja ini adalah paham Sunni, kecuali kalau kita sepakat dengan beberapa paham yang mengatakan bahwa Nabi itu telah menunjuk Ali, lalu Abu Bakar, Umar dan lain-lain itu melakukan konspirasi untuk menahan Ali jangan sampai menjadi kepala negara. Iya bisa saja, dimana-mana selalu ada konspirasi termasuk sekarang. Jadi artinya bisa saja begitu, tapi agak berat untuk menuduh begitu kepada seorang Abu Bakar, kepada seorang Umar dan kepada seorang Ustman. Sehingga yang sebetulnya terjadi menjadi tidak ada. Maka Umar dalam makalah yang saya pernah katakan bulan Desember lalu, bahkan sebuah hadist yang panjang sekali yang notabene juga banyak diceritakan oleh banyak perawi termasuk Bukhari dan Muslim--bahwa Umar itu telah melakukan Ijtihad yang kemudian menghasilkan sistem yang disebut kekhalifahan itu. Yang untuk itu dia harus membela diri dalam satu pidato yang sengit dan panjang sekali di Madinah sebagai responsi kepada kritik yang diajukan orang ketika dia ada di Mekkah dalam suatu kesempatan naik hajji. Ada orang yang mengatakan apa yang telah dilakukan Umar dahulu menunjuk Abu Bakar Almarhum itu adalah nggak betul. Kalau saja Umar sudah meninggal kita akan pilih orang yang benar, mendengar itu Umar marah sekali dan akan dijawab di Mekkah pada waktu Hajji, tapi para sahabat menolak nanti ada efek yang tidak bisa dikontrol Maka Umar mengatakan--OK begitu sampai di Madinah kita akan jawab itu--lalu dia membuat pidato yang panjang sekali. Dari situ sebetulnya argumen bahwa Islam itu mengajarkan politik yang absah berbentuk Khilafah itu tidak betul, itu hanya ijtihadnya Umar. Dan Khalifah yang waktu itu disebut khalifatul Rasul atau Khalifahnya Rasul, jadi sebagai pengganti--itu Abu Bakar. Kemudian ketika Umar menjadi Khalifah juga lalu orang-orang melihat kamu ini khalifahnya siapa yah, ya khalifahnya Abu Bakar, jadi khalifahnya khalifah. Lalu Umar terpikir nanti pengganti saya bagaimana, maka dia mengatakan sejak sekarang sudahlah nggak usah dipanggil khalifah dan panggil saja Amirul Mukminin atau komandan kaum beriman, nah sejak itulah maka semua khalifah disebut amirul mukminin. Nah kita tahu bahwa usia dari ke khalifahan yang disebut Rasyidah (Al-khulafah Rasyidun) ini itu hanya 30 tahun. Pak Harto jadi presiden masih lebih lama dari Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali digabung, tapi jangan tanya siapa Muawiyyahnya nanti. Artinya secara historis masa 30 tahun itu pendek sekali, kalau Umur manusia itu memang panjang, tapi usia sejarah itu sebentar sekali, artinya semua kenangan itu masih belum terhapus. Maksud saya begini contohnya; misalnya sekarang ini saya selalu mengatakan kepada teman-teman--nggak usahlah Revolusi, saya kapok deh saya sudah mengalami 30 tahun yang lalu, ingatan 30 tahun yang lalu itu luar biasa masih segar sekali, oleh karena itu 30 tahun masa kekhalifahan rasyidah itu yang berakhir pada tahun 40 hijriyah. Itu masih belum berhasil menghapus pola-pola sosio kultural Arab pra Islam, masih belum berhasil--30 tahun itu adalah masa yang sangat pendek. Apalagi bukti-bukti menunjukkan bahwa sebetulnya banyak sekali orang Arab itu yang masuk Islamnya itu atau yang menyatakan diri tunduk ke Madinah Islamnya itu terutama orang-orang Mekkah itu in the last minute. Sebagai suatu tindakan yang tidak bisa tidak karena Muhammad telah tampil sebagai seorang kepala negara yang efektif, maka dari itu begitu beliau wafat maka banyak orang-orang yang murtad, orang Mekkah itu banyak sekali yang murtad bahkan hampir seluruh Mekkah itu murtad. Tapi kemudian ada orang-orang Mekkah sendiri yang sudah Islam dan sungguh-sungguh yang sudah menjadi anggota Muhajirin (artinya yang sudah hijrah ke Madinah) menghibur mereka--sebaiknya kamu nggak usah murtad--Islam ini sudah menjadi prasarana ideologis bagi tampilnya bangsa Arab untuk menjadi bangsa yang besar. Nah kalau kita teruskan kamu nanti yang akan berkuasa. Ternyata nasihat itu benar. Mereka tidak Murtad dan setelah 30 tahun kekuasaan itu pindah sama sekali kepada orang Mekkah yang notabene bekas musuh-musuh Nabi, itulah peristiwa kemenangan Muawiyyah terhadap Ali dan kemudian kekhalifahan di pindahkan dari Madinah dan Kuffah ke Damaskus. Nah sekarang apa yang dilakukan di Damaskus, dia demi kepraktisan--persis sekali dengan slogannya Orde Baru, "Demi Keamanan dan Stabilitas," kita tidak akan mengadakan pemilihan khalifah lagi dan saya akan manunjuk anak saya, jadi Yazid--momen pengumuman itu dia gunakan pada waktu dia berhasil menaklukan Kurdistan. Nah disanalah dia setelah berhasil menang pernyataannya ini dia umumkan dan katanya, "saudara-saudara sekarang ini saya sudah tua kemenangan telah kita capai satu demi satu (dan memamg di zaman Muawiyyah itulah dunia Islam mengalami perluasan yang luar biasa sehingga terbentang dari lautan Atlantik hingga gurun Gobi) lalu dia mengatakan untuk menjaga stabilitas dan keamanan dan demi menjamin pembebasan ini saya akan menunjuk anak saya Yazid (tetapi dia adalah seorang Muslim dalam arti meskipun dia agak sedikit telat namun dia sudah sempat menghayati nilai-nilai Islam karena itu tidak melakukan itu sewenang-wenang, dia masih melakukan jajak pendapat--dikirimlah surat kepada Marwan yang ada di Madinah sebagai gubernur Muawiyyah di Hijaz meminta pendapat dari penduduk Madinah, Marwan pun pidato menyampaikan ide dari Muawiyyah itu--nah disitu mulai kelihatan, dia ditentang antara oleh Anaknya Abu Bakar namanya Abdurrahman bin Abu Bakar--dia mengatakan--hey Marwan itu khalifahmu di Damaskus itu dia mengklaim bahwa dia telah melakukan sesuatu yang pernah dilakukan oleh Khalifah yang lalu [maksudnya ketika Abu Bakar menunjuk Umar dan Umar menunjuk panitya enam itu, jadi artinya ada unsur penunjukkan juga] tapi tidak betul, Abu Bakar tidak menunjuk anaknya, yang anaknya lebih baik daripada Yazid (maksudnya Abdurrahman Bin Abu Bakar itu) dan Umar juga tidak menunjuk anaknya walaupun anaknya itu adalah seorang tokoh yang luar biasa hebatnya namanya Abdullah Bin Umar. Maka yang dilakukan oleh Muawiyyah itu adalah Hirqaliyah, hirarkliusisme." Artinya suatu sistem dinasti geneologis seperti yang ada pada tradisi Bizantium. Orang Arab tidak pernah mengenal itu dan orang Arab itu pemimpinnya itu Syeikh--yang artinya orang tua akan tetapi idenya itu ialah primus interpares atau orang yang pertama dari yang sama karena itu demokratis. Maka Abdurrahman seperti itu dan Marwan marah sekali tetapi kemudian Abdurrahman lari ke rumah Aisah, dan terjadilah bantah-bantahan antara Aisah dan Marwan, nah begitu juga ketika Muawiyyah ke Mekkah pada kesempatan hajji lagi-lagi mengumumkan itu dan ditentang oleh Abdullah bin Umar, oleh Abdullah bin Zubair dan oleh juga Abdurrahman bin Abu Bakar. Semuanya mengatakan bahwa ini adalah sunnatul khisrat wa kaisar--ini adalah tradisinya Khusru--raja Persi dan tradisinya Kaisar Roma. Kita tidak mengenal itu, tapi yang terjadi adalah demi stabilitas keamanan dan kontinuitas dari program-program pembebasan itu kemudian Yazid di pilih. Dan secara pelan-pelan Umat Islam terima, dan sejak itu Umat Islam hanya mengenal Dinasti Geniologis sampai sekarang dan baru mengenal kembali kemungkinan memilih pemimpin secara terbuka itu adalah setelah berkenalan dengan ide republik dari Barat. Malahan perkembangan lebih lanjut agak ironis, yaitu bahwa sistem politik Islam menjadi sistem politik kesukuan--tribalisme. Maka dari itu kemudian namanya juga ialah nama-nama suku seperti Daulah Umawiyyah, daulah Abbasiyyah, daulah Fathimiyyah kemudian Al-mamlakah al-Arabiyyah As-Suhudiyy`ah, itu adalah tribal. Jadi inilah yang dimaksud antara lain oleh Robert N. Bellah yang sering saya singgung itu bahwa Islam itu too modern sehingga kemudian gagal hanya 30 tahun saja, lalu orang Arab itu relucted to pre Islamic sistem termasuk pandangan-pandangan yang nanti menyusut menjadi pandangan agama seperti sikap terhadap perempuan--dan Bani Ummayyah itulah, karena memang yang ada itu adalah gerakan kembali kepada suasana pre Islam, maka hadist mengenai perempuan yang merendahkan perempuan bermunculan. Salah satu hadist itu yang saya kira sudah dikemukakan berkali-kali disini yang sangat ilustratif ialah katanya Nabi pernah bersabda "bahwa sembahyang itu tidak boleh dibatalkan kecuali kalau terjadi satu dari tiga yaitu anjing lewat, khimar lewat atau orang Perempuan lewat," untung waktu itu Aisah masih hidup, maka begitu mendengar hadist itu Aisah marah-marah--itu orang-orang itu nggak tahu siapa itu Nabi Muhammad. Saya ini sering dengan manja sekali tidur di depan Nabi pada waktu Nabi sedang sembahyang. Dan sewaktu dia sujud itu kaki saya disingkir-singkirkan kemudian kaki saya menyingkir, nanti setelah Nabi sujud, kaki saya selonjorkan lagi dan tidak pernah Nabi membatalkan itu. Jadi contohnya seperti itu. Maka itu itu hadist yang paling suspect itu adalah hadist politik yang sayangnya banyak sekali digunakan oleh Muhammad Assad, itu hadist yang paling tercurigai. Nah karena penampilan orang-orang Bani Umayyah seperti itu yang notabene itu berjalan kurang lebih 60 tahun maka stabilitas yang dicita-citakan itu tidak tercapai, dan terjadilah revolusi Abbasiyyah yang kejam sekali dan orang-orang Bani Ummayyah itu habis sama sekali, kemudian muncullah Dinasti Abbasiyyah dan dipindahlah ibu kota dari Damaskus--suatu kota yang berpenghuni yang paling lama di muka bumi ini dalam sejarah Umat manusia--ke sebuah kota yang didirikan baru yang dikasih nama Baghdad, ini saja sudah merupakan Indikasi, nama Baghdad saja sudah merupakan suatu indikasi, nama Baghdad itu bukan bahasa Arab tapi sebuah nama Persi kuno, Bagh itu artinya Tuhan (jadi kognit dengan Baghawan) dan Dad itu artinya pemberian, jadi Baghdad itu artinya pemberian Tuhan. Itu saja sudah menunjukkan betapa besarnya pengaruh Persi kepada kerajaan Abbasiyyah, kalau di Damaskus itu banyak sekali unsur Bizantium digunakan terutama administrasi dan juga bagaimana Muawiyyah melindungi dirinya dari serangan dari luar karena dia meniru raja-raja Bizantium--kaisar-kaisar oleh karena itu program kaum Khawarij untuk membunuh Ali dan Muawiyyah hanya berhasil membunuh Ali sedangkan Muawiyyah tidak berhasil karena Muawiyyah sudah tampil sebagai raja Yunani, maka kemudian pada waktu Abbasiyyah yang digunakan tentu saja sistem Parsi. Jadi Abbasiyyah itu adalah suatu kerajaan Islam yang dipimpin oleh Elitenya Arab akan tetapi sistemnya itu Persi, tetapi pada waktu itu tidak ada orang yang mengajukan keberatan secara prinsipil, jadi sama saja dengan ketika Muawiyyah mulai menunjuk anaknya Yazid memang ada polemik tetapi tidak ada keberatan prinsipil bahwa dia telah menyimpang dari Islam--itu tidak ada. Begitu juga ketika Abbasiyyah menerapkan sistem Persi, juga tidak ada keberatan prinsipil--padahal pada waktu itu keluarga pada mereka itu dominan sekali. Inilah hakikat secara sejarah wujudnya politik Islam--yaitu bahwa suatu sistem politik yang sebetulnya memang ada di ibaratkan pepatahnya itu "the old wine"-nya sih ada, tetapi "old wine-nya itu could be put in the different bottle" nah wine-nya ini apa? Yang dicari kan wine-nya itu bukan botolnya itu, jadi esensinya itulah yang kita harus lihat pada eksperimen Nabi di Madinah yang notabene itu merupakan sesuatu garis benang merah dari cita-cita politik Islam. Yang intinya itu ialah--yang tercermin dalam perkataan Madinah itu sendiri. Madinah itu memang kota tetapi itu artinya masyarakat yang disusun begitu rupa sehingga menjadi suatu masyarakat yang teratur dan sopan yang intinya itu ialah tunduk kepada aturan sebab Madinah itu berasal dari perkataan Dana ya Dinu yang artinya tunduk, maka agama dalam bahasa Arab disebut dien--itu artinya sistem kepatuhan, dan tentu saja sistem kepatuhan yang benar adalah sistem kepatuhan kepada Allah SWT disertai sikap pasrah yang tulus, nah itulah yang disebut Islam, maka dari itu Al-qur`an mengatakan Innadina indaullahi Islam, kepatuhan yang benar itu ialah Islam (dalam arti pasrah kepada Allah SWT). Nah jadi Madinah itu sebetulnya itu, maka ketika Nabi mengubah upaya Yertroba (kalau orang Yunani) itu satu deklarasi yang dalam bahasa sekarang itu adalah "deklarasi untuk menciptakan civil society, sebab Madinah itu akhirnya menjadi sipil. Sipil dalam bahasa Arab itu Madani--kemudian Civil Law dalam Bahasa Arab itu qanun madani kemudian zoon politicon dalam bahasa Arabnya Al-Insan madaniyun bitaghi, jadi politicon itu juga madani, karena civic dan polish atau politic itu dalam bahasa-bahasa Indo Eropa (Yunani dan latin) itu menuju ke kota, polish. Maka dari itu jelas-jelas bahwa Nabi menamakan kota hijrahnya itu Madinah itu adalah suatu tindakan politik. Tetapi yang harus kita ketahui itu ialah apa yang diperjuangkan oleh Nabi--yaitu menciptakan suatu mayarakat yang mempunyai orientasi kepada hukum. Kemudian di kontraskan kepada masyarakat Arab yang lawless society, oleh karena itu apa yang dilakukan oleh Nabi itu luar biasa revolusionernya. Merubah masyarakat Arab yang sama sekali tidak mengenal aturan menjadi masyarakat yang disiplinnya tinggi sekali. Oleh karena itu energi yang tersimpan begitu hebatnya pada orang Arab yang selama ini memakan dirinya sendiri--yang dilukiskan selalu dihabiskan dalam konflik-konflik intern melalui perang-perang suku Vendeta dan sebagainya--setelah diberikan frame work Islam tunduk kepada suatu aturan lalu disalurkan keluar menjadi energi yang dahsyat sekali. Yang bisa menghancurkan salah satu super Power pada waktu itu ialah Persia. Dan Bizantium reduce to avery minimum yaitu Anatolia dan Istanbul. Jadi itu sebetulnya yaitu tunduk kepada suatu aturan, jadi Daana itu artinya tunduk sedangkan Diin itu artinya sistem kepatuhan. Maka dari itu ada point yang benar dari Muhammad Assad, yaitu dalam suatu negara yang dia sebut negara Islam itu intinya adalah adanya supremasi dari syariah Islam. Tapi syariat disini kalau ditarik pada level yang lebih general, itu ialah orientasi kepada hukum, jadi harus ada supremasi hukum. Maka yang dikehendaki ialah reghtstaat bukan machstaat dan itu Islam yang mulai. Saya menjadi tajam kesadaran saya dalam hal ini dalam suatu forum di Tokyo mengenai seminar Internasional mengenai Human Right. Pada waktu ada suatu makalah yang baik sekali dari Beijing--dia mengatakan begini, "kami orang cina ini ada agak susah berkenaan dengan human right karena kami tidak punya tradisi hukum, yang punya tradisi hukum itu kan Islam yang kemudian ditirukan oleh Barat," begitu dia bilang, jadi sebetulnya ini yang hendak kita tuju, maka dari itu begitu Abu Bakar menerima menjadi Khalifah dalam pidato pelantikannya itu, dia mengatakan, "saya bukanlah yang terbaik diantara kamu akan tetapi saya mendapat amanat yaitu pemimpin kamu oleh karena itu kalau saya benar ikuti, kalau tidak benar peringatkan." Karena dia tidak menampilkan diri sebagai seorang penguasa Absolut, Eropa sebelum masuk ke zaman modern dikuasai oleh penguasa yang absolut. Maka dari itu kalau tadi sekularisme disebutkan dan Alexix De Toquivile begitu terkesan dengan Amerika. Karena Amerika betapapun juga kehidupan agama juga bagus karena dia bandingkan dengan Perancis, nah Revolusi Perancis itu adalah selain slogan-slogan yang kita kenal seperti "egaliter, fraterniti dan liberte" sebetulnya juga adalah anti clerikalisme dan laisisme--semangat anti pemimpin agama, dan semangat keawaman yang artinya paham awam yang artinya juga bukan paham mereka yang memiliki kedudukan keagamaan. Oleh karena itu baru-baru ini tidak lama yang lalu, itu ada rencana dari Paus di Vatikan untuk berkunjung ke Perancis, itu kan di tolak oleh masyarakat Perancis--nah itu sengitnya sekularisme di Eropa itu, nah Amerika beda. Amerika itu didirikan oleh orang-orang yang datang ke dunia baru ini untuk menghindari religious prosecution di Eropa dan disana kemudian memperjuangkan kebebasan beragama tapi kebebasan beragama itu berarti juga saya harus punya kesempatan melakasanakan agama saya setinggi-tingginya. Akibatnya masyarakat Amerika adalah masyarakat yang sangat religius, nah ini yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka dari itu disana ada civil society yang intinya adalah gereja, soko guru demokrasi di Amerika itu adalah gereja, nah inilah ide-ide yang diletakkan oleh orang-orang seperti Thomas Jefferson, Benyamine Franklin, George Washington, dan John Quincy Adams, yang kebetulan mereka itu tidak mengaku Kristen akan tetapi deisme dan universalis, malahan saya punya suatu publikasi yang dalam bentuk buku-buku tapi satu majalah dari kongres ternyata mereka itu anggota-anggota Tarekat. Jadi The Elder Brothers of America diantaranya anggotanya adalah George Washington dan disitu jargon-jargonnya itu syahadat--la ilahailallah--dan banyak temple disana (waktu itu begitu) dan sekarang hilang semua. Jadi Perancis dan Amerika itu berbeda sekali. Oleh karena itu di Amerika etika agama itu kuat sekali luar biasa, kalau Clinton sampai sekarang jumpalitan harus membela diri bahwa dia tidak pernah melakukan skandal itu, itu karena masalah etika Kristen--di Amerika untuk jadi pemimpin susah sekali, sekali kita ketahuan masuk ke daerah merah dan ketahuan oleh wartawan, itu sudah menjadi catatan. Jadi track record itu penting sekali. Kalau seandainya apa yang dilakukan orang Amerika terhadap Clinton dan dilakukan juga di Indonesia, glimpangan itu pemimpin Indonesia--itu banyak sekali itu, jadi yang penting adalah etika itu, maka sebetulnya kalau dilihat diurut sejak Nabi itu wafat, lalu ada Khalifah Rasyidun, Bani Ummayah dan setelah itu sampai sekarang dan kemudian sekarang ini ada gejala-gejala seperti Republik Islam Iran, Jibouti dan yang terbaru sekarang ini yang sangat menarik itu adalah Sudan--yang berkembang menjadi sebuah negara Demokratis dan semuanya etikanya itu Islam. Yang terakhir dilaporkan dalam beberapa majalah seperti Executive Intelegence Review yang melaporkan tentang perkembangan mutakhir yang menarik di Sudan. Nah kemudian Iran, lepas dari soal bahwa pemimpinnya itu bersorban tetapi sistem politiknya itu lebih mirip Amerika daripada dengan Indonesia. Saya pernah dalam ceramah seperti ini kemudian bicara mengenai demokrasi dan kemudian ada yang menanyakan "anda ini telah membawakan suatu ide Barat, baiklah kalau begitu saya mau tanya, lebih Islam mana Indonesia atau Iran? Lalu dia menjawab Iran dong lebih Islam, Ok, sekarang lebih Barat mana sistem politiknya Indonesia dengan Iran, lalu saya bilang lebih Barat Iran. Di Iran itu kebebasan orang di Parlemen itu luar biasa tinggi sekali kesadaran etikanya, karena itu bisa terjadi opposisi menang--sayangnya orang tidak mendukung saya mengenai opposisi, kalau ada pendukungnya itu bisa menang saya. Kemudian Rafsanjani dan sekarang Khatami, waktu akan membentuk kabinet itu nama-nama calon Menterinya di bawa ke Parlemen lalu di bahas dan di teliti track recordnya kayak apa dan seperti di Barat, dan Rafsanjani dulu saya baca di koran lima calon menterinya di tolak di parlemen! Di Indonesia yang tahu siapa bakal calon menteri itu dulu tiga--selain Pak Harto, Tuhan dan Bu Tien, sekarang mungkin tinggal dua, coba bayangkan kita mengadakan Pemilu itu milyaran perak, tahu-tahunya yang menentukan hanya satu dua orang saja, itu bagaimana? Taruhlah kita itu baru sampai disitu, tapi terang saja harus ada perkembangan lebih lanjut. Dan Iran itu memberikan satu contoh dan Sudan juga sekarang sedang tumbuh untuk menjadi satu model yang sangat menarik, suatu penerapan Etika Islam yang dipimpin oleh Dr Thurabi itu dalam satu kerangka modern. Kemudian saya akan menerangkan soal perbedaan istilah-istilah atau permainan semantik itu, seperti yang saya pernah katakan dulu, sekularitas itu suatu keharusan, sekularisme itu haram sebagai suatu ideologi, sama dengan rasionality, rasionaliti itu kaharusan, tapi tidak boleh menjadi rasionalisme, sebab kalau menjadi rasionalisme itu berarti memuja kepada rasio--seolah-olah tidak ada kebenaran diluar kebenaran rasio--itu rasionalis. Jadi rasionalisme itu adalah close ideologi, tapi kalau rasionalitas itu menyangkut proses dan cara atau metodologi saja. Mungkin analogi dengan ini, maka sekularitas itu adalah suatu keharusan--yaitu kita harus musyawarah, kita harus mendengarkan orang, tidak semuanya itu mesti harus berdasarkan teks suci, itu tidak mungkin! Tetapi sekularisme salah, nah ini modern juga begitu, modernitas, itu sautu kenyataan, tapi modernisme itu adalah suatu ideologi. Modernisme itu dalah suatu pemutlakkan pada pola-pola pengalaman hidup manusia yang paling akhir ini yang misalnya cirinya ialah Ilmu Pengetahuan Alam. Nah kalau sains sudah menjadi saintisme that`s a problem, tapi bahwa kita itu harus saintifik itu harus. Oleh karena itu modernity dan modernisme itu harus kita bedakan. Nah yang kita bicarakan itu bukan modernisme seolah-olah suatu istilah dengan konotasi langsung memuja kepada apa yang sekarang sedang terjadi, apakah betul yang terjadi itu semuanya baik? Tidak. Tapi kalau modernitas sebagai suatu kenyataan prosedural, kenyataan struktural prosedural itu menyangkut rasionalitas, effisiensi, keunggulan dalam organisasi, manajemen, kemudian peningkatan produksi, dalam hal ini zaman modern adalah puncak pengalaman manusia. Tidak pernah Umat manusia seproduktif sekarang ini, tapi kalau dilihat dari segi nilai, apa betul yang sekarang terjadi itu lebih baik daripada misalnya di zaman keemasan Islam, deffinately not, penampilan kemanusiaan yang paling buruk terjadi di zaman modern oleh orang modern, pertama, (disini peranan dari Portugis itu besar sekali) ketika mereka menangkapi orang-orang Afrika seperti binatang, kemudian di rantai di bawa ke kapal kemudian di jual ke Amerika seperti binatang, itu oleh orang-orang Portugis yang sekarang sok memperjuangkan HAM--mereka berkuasa di Timor-Timur mereka jadikan Tomor TImur museum Anthropologi untuk mengawetkan pola kehidupan zaman batu, sama dengan Belanda terhadap orang Irian. Itu kan orang modern. Yang kedua, ialah ketika Nazi Jerman menganggap semua bangsa bukan Aria adalah sub human oleh karena itu boleh dibunuh meskipun yang jadi korban adalah Yahudi tetapi sebetulnya yang menjadi korban tidak saja orang Yahudi tapi juga orang Armenia, orang-orang Yugoslavia dan juga orang-orang Gipsi. Nah disini ada kesalahan orang Yahudi yaitu mereka tidak mau mengakui Gnocida dan Holocaust terhadap orang-orang bukan Yahudi karena bagi mereka ingin sekali memonopoli peristiwa Holocaust sebagai suatu senjata politik, dan itu terjadi di zaman modern, oleh orang modern dan bangsa modern. Bangsa Jerman di tahun 1930-an itu sudah membikin lokomotif besar-besaran yang namanya Essen itu yang menghubungkan Jakarta Surabaya pada waktu itu. Saya kalau lihat Kereta Api kadang-kadang saya terpikir bangsa yang sudah bisa bikin lokomotip kayak begini bisa diajari oleh orang setengah buta huruf yang namanya Hitler bahwa manusia selain bangsa Aria itu hanyalah setengah manusia. Sudah menghasilkan Kant dan segala macam para failosuf. Kemudian kemarin ada berita di Republika--bahwa kenapa bangsa Arobogines di Australia itu tinggal sedikit, itu di buru seperti binatang oleh orang-orang kulit putih yang tujuannya adalah na`udzubillah untuk souvenir kemudian nanti kepalanya di penggal dikirim ke orang-orang kaya di Barat di awetkan--banyak juga sekarang ini, salah satu pelanggannya adalah museum-museum historis, museum-museum anthropologi, nah manusia macam apa orang seperti itu. Dimana peran agama pada mereka, nonsens, tidak ada. Kemudian tentu saja etnic cleansing sama dengan yang terjadi di Jerman, sekarang sedang dialami oleh orang-orang Kosovo hanya karena perbedaan Islam, kalau orang Kroasia disebut Kroasia, kalau orang Serbia disebut Serbia, tapi kalau orang Kosovo disebut Muslim, jadi Muslim konotasinya rendah, dan dalam satu zaman yang katanya modern dan rasionil--ada satu proyek negara yang paling tidak rasionil dan berdasarkan mitos dan dongeng keagamaan yaitu Israil, Israil itu berdiri berdasarkan teks-teks agama di dalam kitab bibel bahwa itu adalah hak mereka. Sekarang bagaimana kalau semua orang melaksanakan ditel agamanya seperti yang Israil lakukan, bisa kacau dunia. Jadi negara yang paling primitif di dunia ini ialah Israil--yang berdiri diatas klaim-klaim dongeng--dan semua orang kini ingin membenar-benarkan, orang Barat kebetulan ingin tobat dengan menolong Israil, tapi dengan membuat kejahatan dan dosa yang jauh lebih hebat yaitu terhadap orang-orang yang tidak berdosa yaitu orang-orang Palestina. Kalau orang-orang Yahudi di Eropah masih ada alasan, karena mereka dulu sombong sekali katanya we are the choosen people and you are a goat. Makanya oleh orang Eropa--lalu mereka dapat diperlakukan secara diskriminatif yaitu tidak boleh memakai nama-nama bagus untuk menunjukkan bahwa mereka itu jelek. Jadi ambillah nama Wolfinson, Wolfowitz, dan Leopold Weiss, tapi sekarang sudah menjadi kebanggaan, justru sekarang dibalik nama-nama itu mejadi kebanggaan. Jadi itu Eropa itu, jadi artinya--baiklah dalam soal teknikalitis mengenai masalah pengorganisasian, Mesin dan manajerial, meningkatkan produksi, inilah puncak hidup dari umat manusia, tapi mengenai nilai-nilai kemanusiaan, banyak jutru yang menunjukkan mundur. Ketika orang Jerman membunuhi orang Yahudi begitu efektif karena mereka tahu teknologi, kalau mereka bodoh nggak bakalan sekian juta orang Yahudi jadi korban. Jadi tidak mempunyai efek apa-apa terhadap peningkatan nilai kemanusiaan, oleh karena itu dalam hal ini orang Islam boleh bersyukur, di dalam track record Islam dibanding dengan Barat kita supreme tidak bisa dibandingkan--jauh lebih baik, dalam sejarah Islam yang paling buruk pun masih tetap lebih baik daripada Barat. Saya mempunyai kegemaran mengumpulkan buku-buku mengenai monumen-monumen, ada Tower of London, Forbidden City, ada Kremlin semuanya itu adalah monumen-monumen yang penuh dengan darah. Tapi kalau kita lihat Taj Mahal, itu kan lambang cinta kasih, Redford, Fatisikri, The Doom of The Rock--masjid Aqsa itu lambang pluralisme agama, orang Yahudi, Kristen dan Islam boleh, Umar itu ketika membebaskan Yerusalem diminta oleh patriak itu supaya orang Yahudi dilarang masuk Yerusalem, lalu Umar mengatakan tidak, ini semuanya harus terbuka oleh karena itu kemudian Umar cari kompromi yaitu Yerusalem di kavling. Jadi ada sektor untuk orang Islam, ada sektor untuk orang Yahudi, ada sektor untuk Kristen mendapatkan dua kavling--sektor Armenia dan sektor Orthodoks sebab dua sekte ini tidak bisa dipersatukan, nah orang Islam karena penguasa maka kavlingnya paling besar. Jadi inti dari Yerusalem itu di tangan orang Islam--puncak bukit Muria dimana disitu dulu berdiri Solomon Temple yang sekarang berdiri Masjid Aqsa. Tapi Masjid Aqsa itu suatu penyelamatan dari tradisi kesucian Yerusalem dan terbuka, dan Umar Bin Khatab membolehkan orang Yahudi masuk, semula itu nggak boleh oleh penguasa-penguasa orang Yahudi itu masuk. Jadi sebetulnya yang dihadapi Umat Islam sekarang ini adakah simpel saja menghidupkan "nilai-nilai suci dari Islam klasik dan diterjemahkan dalam kerangka modern." Maka Umar itu adalah hanya penerjemah saja dari nilai-nilai Islam dalam suatu konteks yang terjadi saat itu dan yang menghasilkan sistem kekhalifahan--Bani Umayyah pun harus dipandang seperti itu, Abas juga begitu, dan kalau Iran juga sekarang seperti itu, maka harus dipandang sebagai suatu usaha menerjemahkan nilai-nilai Islam itu dalam konteks sekarang--lalu menghasilkan Republik. Waktu Dinasty Qajar dan kemudian ada seorang tentara yang bapaknya Shah lalu berontak dan menang, bapaknya Shah itu dulu sebetulnya ingin membuat Republik Iran, akan tetapi ditentang oleh para Ulama, katanya Republik itu kafir dan yang Islam itu kerajaan. Maka dia senang sekali--maka diturunkan kepada anaknya Shah Reza Pahlevi yang kemudian kebacut lalu memberi gelar kepada dirinya Shahanshah Ariamehr--Raja di raja Cahaya Bangsa Aria. Nah itu yang bikin dia hancur karena sombong sekali, artinya dulu Republik itu dianggap kafir, tetapi setelah Khomeini muncul ternya Repbublik itu yang sekarang Islam malahan yang Kerajaan itu yang kafir. Jadi artinya struktur dan prosedur itu sebetulnya tidak menjadikan penting sekali--tapi yang penting itu "the wine in the bottle." Anda bisa tarok 'anggur` ini di dalam botol yang bermacam-macam, tapi toh isinya sama saja.



Tanya Jawab
Mengenai Muhammad Assad, saya ingin memberikan penilaian mengapa dia gagal di dalam merumuskan di Punjab itu, itu karena sektarianisme Pakistan, jadi ini suatu hal yang ironis, karena Pakistan adalah sebuah negara yang dari semula di dirikan sebagai negara Islam, akan tetapi ironis sekali sampai sekarang belum bisa diatur secara Islam karena ada kelompok-kelompok di Pakistan itu yang saling membatalkan seperti Syiah kemudian Sunni yang sampai sekarang masih bunuh-bunuhan, bahkan yang menurut saya tidak masuk akal, itu adalah permusuhan antara kaum Muhajirin dan kaum Tsyin di daerah Karachi sekitarnya, pahamnya sama malahan kaum Muhajir itu adalah pindahan orang Islam pindahan dari India yang seharusnya dianggap sebagai pahlawan akan tetapi karena mereka itu mempunyai keunggulan dari segi bisnis karena relatif lebih terpelajar maka menimbulkan kecemburuan penduduk setempat yaitu orang-orang Tsyin, apalagi ditambah dengan perbedaan bahasa, orang Muhajir itu berbicaranya bahasa Urdu dengan sedangkan orang Tsyin itu bahasanya Tsyindik, jadi kompleks sekali Pakistan itu dan ujung-ujungnya gagal. Nah inilah proyek yang gagal, sama dengan ketika Bung Karno memberikan kesempatan kepada Aceh untuk menerapkan syarikat Islam sebagai Daerah Istimewa juga gagal. Jadi sebetulnya ada persoalan besar disitu, yaitu menurut saya (yang tentunya tidak orisinil) ke gagalan Umat Islam menarik pada level yang cukup general dari ide-ide Islam itu sendiri untuk kemudian nanti diturunkan lagi sesuai dengan konteks ruang dan waktu. Itu yang gagal, jadi ini ada suatu sistem ajaran yang karena sudah mewujud secara historis, sesuai dengan kemampuan Umat Islam sekarang ini--yang dianggap final. Maka kalau seorang Hakim mau membuat suatu hukum menurut Islam, cari saja kitabnya dan baca saja padahal sebetulnya yang dituntut itu bagaimana kita mampu nenarik semua unsur-unsur ad hoc kepada level yang lebih general itu, kemudian dibawa kemana-mana dan di satu tempat di suatu zaman itu diterjemahkan lagi menurut konteks ruang dan waktu, sebetulnya yang dilakukan oleh Malik, Hambali dan Syafii kan seperti itu yang sekarang kita sebut sebagai Mazhab itu, Mazhab itu kan sebetulnya aliran pikiran, tapi bukan sekte, sebab ini penting sekali bagi Umat Islam untuk mengetahui bahwa Mazhab itu bukan sekte, jadi mazhab Hambali, Maliki dan Syafii itu tidak sebanding dengan metodist, adven--itu tidak sama sekali--itu kan interchangable. Orang Jombang itu kalau mau pergi haji biasanya dia mengumumkan dulu bahwa dia pindah mazhab, dari mazhab Syafii ke mazhab Hanafi atau ke mazhab Maliki, mengapa? Supaya kalau bersinggungan dengan Perempuan nggak batal. Misalnya--ini mazhab yang paling rumit itu kan mazhab Syafii--mazhabnya orang Indonesia, bersinggungan sedikit dengan bukan muhrim saja bisa batal. Nah ada cerita zaman kuna, kalau orang mau naik Haji itu kemudian orang Mesir itu tahu bahwa itu orang Indonesia dicolek sama perempuan Mesir, lalu batal lalu wudlu lagi, nah capek. Jadi artinya mazhab itu interchangable, bisa orang ganti-ganti, jadi bukan sekte, maka dari itu mazhab itu adalah school of thouht, jadi relatif sekali dan itu adalah suatu usaha daripada orang seperti Syafii dan Maliki dan Hanafi untuk menarik menyimpulkan ajaran-ajaran agama pada level yang cukup general lalu disimpulkan lagi dalam konteks ruang dan waktu. Kadang-kadang terjemahannya itu kalau dipertahankan sampai sekarang konyol, seperti misalnya--agama mengajarkan kebersihan, nah ini pada level general yang disebut thaharah. Terjemahannya gimana? Ya harus dengan air. Mungkin tidak sembarang air, tapi air tidak sembarang air, harus dengan ketentuan tertentu, dan pada waktu itu belum ada ledeng. Maka dari itu kemudian datang dengan satu ide, bahwa air adalah masih tetap mampu membersihkan orang asalkan ukurannya sekian--nah itu yang disebut dua kulah itu. Dan sampai sekarang masih dipertahankan oleh pesantren-pesantren itu yang menjadi sumber gudig karena air yang seperti itu dipertahankan terus dan nggak bakalan berubah. Tapi itu kita harus hargai sebagai suatu usaha cara untuk menterjemahkan suatu ide. Sebab alternatifnya bahwa orang tidak peduli dengan ukuran air itu misalnya air satu ember dipakai untuk segala macam seperti tukang jual makanan di pinggir-pinggir jalan, itu kan kalau cuci piringnya itu kan satu ember dipakai untuk mencuci 100 kali piring-piring itu. Nah ini contohnya. Nah Umat Islam itu sekarang itu kegagalannya disitu. Maka dari itu melaksanakan hukum Islam yang terbayang potong tangan, yang terbayang melempari batu orang--karena apa, karena tidak berhasil menarik pada level yang lebih tinggi. Nah Muhammad Assad itu mencoba, nah jadi kegagalan Assad disitu, dan bagi saya sampai sekarang gagal, dan Pakistan sampai sekarang gagal karena ada mutual cancelation--saling mengkansel seperti orang nyetir mobil di perempatan, itu kan greatlock. Akhirnya Pakistan itu sekarang kembali ke hukum Inggris. Sama saja dengan di Malaysia, maunya sih bahasa melayu tapi kan China itu nggak bisa, bahasa Tamil nggak bisa, akhirnya pakai bahasa Inggris. Untung Indonesia tidak. Indonesia itu paling lumayan sebagai corporate nation Indonesia adalah yang paling sukses. Kemudian Presiden membatasi masa jabatan Presiden dan ide itu sudah menggelinding dan saya dengar berita Pak Harto itu sudah setuju soalnya dia sudah nggak kena lagi. Nah kemudian opposisi, ide opposisi itu ialah ide suatu politik yang modern, jadi masalah modern apa atau yang dimaksud dengan modern itu apa sebetulnya? Modern itu ada seorang pemikir besar dan ahli sejarah yang juga ahli Islam yang namanya Hodgson--dia itu nggak setuju dengan istilah yang namanya modern, istilah zaman modern itu seolah-olah namanya baik padahal belum tentu baik, nah yang lebih netral itu sebetulnya adalah zaman teknik atau tecnical age, nah teknik ini tidak hanya dalam arti benda seperti membesarkan suara dalam arti loudspeaker, tapi juga teknik pemerintahan, teknik manajemen bisnis--yang sebetulnya itu hanya menyangkut masalah struktural dan prosedural. Isinya itu bisa macam-macam. Nah lagi-lagi itu masalah bottle and wine, jadi itu cuma botol saja pada zaman modern ini, botol itu bagus sekali dan tinggal isinya apa saja. Maka dari itu opposisi itu kalau dilihat sebagai wine sebagai ide dasar itu sudah ada sejak dari dulu sejak zaman Nabi. Jadi Musyawarah itu sudah ada opposisi--dengan mengakomodir pendapat orang lain. Dan Nabi itu berkali-kali kalah suara, dan beliau tunduk seperti mengalami perang Uh`ud yang sangat terkenal itu--beliau kalah suara. Jadi zaman Khalifah itu jelas ada opposisi, Ali itu peranannya itu opposisi, karena itu para Khalifah itu takut sama Ali (seperti Abu Bakar, Umar dan Ustman itu). Dan kebetulan Ali ini otoritasnya tinggi sekali dan memang jelas mempunyai kedekatan pada Nabi karena anggota keluarga Nabi, jadi banyak sekali contoh seperti--Ali itu memperingatkan Umar. Misalnya setelah Persi jatuh Umar itu tidak tahu bagaimana harus memperlakukan orang Majusi, maka dia kumpulkan para sahabat itu--katanya, apakah kita perlakukan mereka seperti orang Nasrani dan orang Yahudi--sebagai ahli kitab yang harus ditolerir dan harus diberi hak dalam hidup sesuai dengan agamanya atau kita perlakukan seperti orang Musyrik Mekkah yaitu harus dipaksa masuk Islam?--sebab yang boleh dipaksa masuk Islam itu hanya musyrik atau orang Paggans, nah Ali angkat tangan seraya katanya, "hey Umar aku pernah mendengar Nabi mengatakan--perlakukan mereka seperti Ahli Kitab" maka orang Majusi diperlakukan seperti ahli Kitab, mereka bebas. Jadi sebetulnya yang kita hadapi sekarang ini ialah masalah bagaimana memanaj secara lebih baik. Dulu itu seolah-olah by accident, muncul Alim, nah sekarang yang menjadi tuntutan by the liberation supaya ada legitimasi yang penuh dan karena itu efektif. Nah sekarang ini sebetulnya PPP dan PDI itu opposisi. Tapi persoalannya sekarang adalah mereka nggak mau menyebutnya opposisi atau Golkar juga nggak mau mengakui opposisi--padahal kalau diakui opposisi akan menjadikan efektif sehingga kalau dia menyuarakan suara yang berbeda tidak langsung di tuduh sebagai subversi--persoalan di Indonesia kan itu, alhamdulillah selama 10 tahun terakhir ini luar biasa, di zaman Benny Moerdani apa yang dikatakan koran-koran sekarang ini bisa dibayangkan--nggak tahu entah kemana orang itu besoknya, mengenai ucapan Pak Harto bahwa Bung Karno dulu menyimpang dari UUD 45 dan Pancasila, itu kan tafsirannya Pak Harto. Jadi ini hanya hegemoni makna kata orang itu. Jadi memang beliau berhak, buktinya beliau pun melakukan sesuatu untuk bangsa ini. Well "menurut agama; orang yang tidak berterimakasih kepada manusia itu artinya tidak berterimakasih kepada Tuhan," nah jadi kita berterima kasih juga kepada Pak Harto, cuma begini Pak bahwa sistem Pak Harto itu adalah sistem emergensi mengatasi terutama masalah Komunis. Memang awet sekali tetapi sebagai emergenci is not permanent, artinya your sistem is not survive you. Jadi opposisi itu bibit-bibitnya di dalam Al-Qur`an itu banyak sekali, pertama di Al-Qur`an itu banyak sekali gambaran "bahwa kita itu harus saling mengingatkan" harus saling `amar ma`ruf nahi mungkar kemudian dalam hadist addinu hasihah, agama itu nasihat atau saling mengingatkan, kemudian masalah yang lebih besar lagi ialah masalah keseimbangan--dalam surat Rahmaan dikatakan "Allah telah meninggikan langit itu, dan ditetapkan hukum keseimbangan, oleh karena itu wahai manusia kamu jangan melanggar prinsip keseimbangan," "dan tegakkanlah timbangan itu secara jujur dan kamu jangan curang dalam timbangan itu," jadi menarik sekali ada tiga fase, pertama Kosmologi, jagad raya ini dikuasai oleh hukum keseimbangan, kemudian pesan moral, oleh karena itu "wahay manusia kamu jangan melanggar prinsip keseimbangan," lalu praktis sekali "...maka kalau kamu dagang menggunakan timbangan itu kamu harus jujur", mengapa soal timbangan itu dikaitkan dengan Kosmologi, itu timbangan kanan-kiri itu--itu bekerja sesuai dengan prinsip hukum grafitasi. Maka kalau kita curang dalam timbangan itu berarti kita melanggar hukum kosmis. Jadi orang yang curang dalam timbangan itu adalah orang yang melanggar hukum alam, oleh karena itu juga dosanya adalah dosa kosmis. Nah mari kita bawa kepada persoalan yang lebih serius, orang yang melakukan kezaliman, itu dosanya adalah kosmis, maka dari itu akan hancur, itu Al-Qur`an itu bilang begitu. Maka Ali yang kemudian dituliskan oleh Ibnu Taimiyyah mengatakan (Innallaha yaqimutola aadila ...Allah akan mendukung negara yang adil meskipun kafir dan tidak akan mendukung negara dzalim meskipun Islam). Karena keadilan itu adalah sebagai hukum yang obyektif. Jadi obyektif artinya tidak tergantung terhadap keinginan kita dan tidak bisa dipengaruhi oleh kita. Jadi tetap tidak bisa diubah. Qiyasnya itu dengan hukum api, dan api itu hukumnya membakar, maka sifat membakar api itu adalah obyektif dan immutable--tidak tergantung kepada siapa pun, jadi tidak melihat kafir atau saleh, Islam atau bukan. Nah demikian juga mengenai keadilan itu, siapa pun yang menegakkan keadilan kafir kah atau muslim kah akan jaya, dan menurut Al-Qur`an memang begitu. Siapa pun yang melakukan kedzaliman kafir kah muslim kan hancur, dan hanya dengan begitu kita bisa menerangkan mengapa kerajaan-kerajaan Islam dulu hancur lebur. Baghdad yang disebut sebagai pemberian Tuhan, tidak ada kisah kehancuran sebuah kota yang lebih tragis daripada Baghdad--diratakan dengan tanah oleh bangsa Moghul itu--kemudian penduduknya dibunhi, seluruh kekayaan kalau masih berguna bagi mereka itu di bawa, tapi karena mereka buta huruf, Al-Qur`an dan kitab-kitab itu dihancurkan, dan itu adalah Baghdad yang sudah Islam. Sekarang bagaimana anda menerangkan, apakah anda tidak protes kepada Tuhan, kita sudah Islam kok kayak begini, dan Tuhan akan mengatakan habis kamu melanggar hukum yang obyektif (atau hukum-Ku sendiri). Maka dont take for granted your Islam kemudian juga dont take for granted The Islam of this contry. Kesalehan-kesalehan simbolik itu akan tidak akan mempunyai fungsi apa-apa. Apakah orang rajin nabuh beduk atau pergi ke Mekkah itu tidak akan mempunyai efek sebelum di internalisir melalui suatu sikap bathin. Jadi kesalehan itu harus di pindah, harus dipromosikan--dinaikan tingkatnya dari kesalehan simbolik menjadi kesalehan essensial--maknawi. Nah itu baru berfungsi. Janji-janji Allah kepada orang beragama itu dikaitkan dengan yang essensi--"innaullaha ... Allah tidak melihat lahirmu tapi Allah melihat bathinmu," nah ini tujuan kita. Maka dari itu Muhammad Assad itu benar bahwa orang Islam sekarang itu lebih mementingkan simbol-simbol, padahal itu kan kosong. Memang benar simbol itu penting karena menyederhanakan hidup--lalu lintas itu kalau nggak ada simbol itu bisa kacau, tapi bayangkan kalau supir-supir itu nggak paham rambu-rambu lalu lintas itu dan melanggar seperti yang banyak sekarang terjadi, nah simbol yang paling banyak menguasai hidup kita itu uang--hanya secarik kertas lalu kantongi kemudian kita nggak takut lapar, kenapa? Karena kalau kita haus kita bisa pergi ke warung menukarkan uang itu dengan minuman, jadi yang bernilai intrinsik itu airnya itu, sedang uang itu hanya simbol atau instrumental. Nah kalau kita berhenti dalam soal agama hanya pada simbol, maka itu sama saja bangga isi kantongnya penuh sampai saatnya harus minum dan makan dia makan uang kertas itu, nah itu namanya berhenti pada taraf simbol, jadi memang betul simbol itu penting tetapi if you dont go beyond simbol yang dalam bahasa Arabnya I`tibar menyeberanglah kamu orang-orang yang punya pikiran, artinya jangan berhenti disimbol tetapi ada sesuatu di balik simbol itu yang harus kita tangkap. Maka nilai-nilai keagamaan itu harus ditangkap lebih dulu essensinya, kemudian dicarikan simbol-simbolnya sesuai dengan konteks ruang dan waktu baru efektif. Kemudian mengenai klaim otoritas oleh hadist ada persoalan--tapi saya kira untuk ingkar hadist saya kira itu tidak mungkin. Singkatnya cerita begini; terang diantara hadist itu ada yang sakhih bahkan banyak sekali yang sakhih, oleh karena itu penting sekali kita perhatikan memang kenyataannya sebagian dari kehidupan keagamaan kita ini ditentukan oleh hadist, shalat seperti yang kita lakukan itu berdasarkan hadist, Al-Qur`annya nggak ada. Apakah subuh itu dua raka`at, kemudian magrib itu tiga raka`at itu semuanya dari hadist. Dan mengapa hadist itu ada yang sakhih karena orang Arab itu adalah bangsa budaya lisan--oral culture ada empat bahasa yang paling berpengaruh di muka bumi ini yaitu bahasa sanskrit, bahasa latin, bahasa yunani dan bahasa Arab, tapi tiga yang pertama itu sudah mati, jadi hanya bahasa Arab yang masih hidup, nah mengapa? Dan tiga bahasa ini dilihat dari kulturnya juga berbeda, bahasa sanskrit, yunani dan latin mendukung monumen-monumen fisik yang luar biasa hebatnya. Di India di Yunani dan Roma banyak sekali monumen-monumen fisik, tapi di Arab itu nggak ada monumen mereka itu syair-syair, sampai sekarang mereka masih terbaca dengan segar sekali syair-syair Arab dari ribuan tahun yang lalu, nah karena mereka itu oral culture--maka ciri orang Arab itu adalah penghafal yang luar biasa, jadi apapun yang dikatakan orang--seperti fotografi--nah disini taruhannya hadist ini bahwa hadist ini banyak sekali yang sakhih. Tetapi ketika mereka harus mendukung konflik-konflik yang terjadi dan saling mencari pembenaran, maka udara dunia Islam waktu itu penuh dengan hadist yang sebagian besar palsu terutama hadist politik. Sebetulnya ada juga hadist politik yang benar misalnya mengenai Imam bahwa hadist itu mengatakan bahwa Imam itu harus dari Quresh, tapi persoalannya ketika Nabi mengatakan bahwa hadist ini apakah mempunyai nilai keagamaan atau nilai politis? Sebab kalau seandainya mempunyai nilai keagamaan, berarti sekarang kini pun kita harus cari pemimpin yang keturunan Quresh, ya kebetulan menteri Agama kita Pak Quraish (cat: Kabinet Pembangunan VII)--itu soal lain. Tapi itu nggak mungkin, maka tafsirannya ialah bahwa ini adalah suatu statemen dari Nabi Muhammad saw yang mempunyai nilai kepraktisan politik, karena waktu itu di dunia Arab memang diantara suku-suku itu yang paling berpengalaman melaksanakan pemerintahan adalah orang Quresh--sama saja dengan sekarang ini adalah semacam konvensi, Presiden Indonesia harus orang Islam dan Jawa dan tentara--dan sebetulnya ini nggak ada dalam konstitusi tapi demi ke praktisan begitu, ya coba saja kalau ada Presiden yang non Islam, seperti yang pernah saya katakan terhadap Duta Besar Amerika yang dulu, misalnya kenapa anda keberatan kepada Benny Moerdani, lalu saya bilang, bukan persoalan dia--dia itu kemampuannya tinggi pokoknya diantara semua tentara dia paling hebat, tapi dia tidak punya legitimasi kultural, sebab bangsa Indonesia itu bangsa Muslim, dan dia Katholik, maka tidak mungkin dia Benny Moerdani bisa jadi presiden. (Kenapa nggak mungkin?) well lihatlah negeri anda sendiri Amerika Serikat itu--negara demokratis hebat segala macam umurnya sudah 200 tahun semua presidennya Protestan, dan hanya satu yang katholik dan anda bunuh--itu Kennedy, bagaimana, apa sih bedanya Katholik dengan protestan, padahal satu saudara--itu saja anda nggak mau, kemudian Dukakis saja hampir jadi presiden dan gagal karena dia orang ortodoks, nah jadi artinya statemen bahwa presiden harus orang Jawa Islam dan Tentara (untuk yang terakhir masih bisa tawar menawar) dan kira-kira sudah mulai cair sekarang ini. Nah Habibie mau jadi Presiden, itu ada lagi unsur yang lainnya yaitu non-Jawa, itu pun sudah mulai cair walaupun ibunya orang Jawa, jadi setengah orang Jawa juga dia. Makanya dulu saya menyesalkan Nasution sebetulnya waktu Orde Baru baru muncul itu khansnya besar sekali jadi Presiden itu Nasution, Subhan Z itu ngotot bahwa sampeian--nah Pak Harto itu tidak pernah mimpi jadi Presiden, Nasution itu argumennya--nah ini yang merusak kita, dia bilang "waduh saya nggak berani, sebab saya bukan orang Jawa" kalau saja kalau saya waktu itu adalah Nasution saya akan berani, mati pun nggak apa-apa, tapi mithos bahwa Presiden itu harus orang Jawa itu pecah. Mustinya begitu, tapi Pak Nasution itu orangnya mundur sangat teratur, itu pun pernah terjadi sama Bung Hatta--mundur sangat teratur. Jadi, hadist politik itu kayak begitu. Kemudian, mengenai nama seperti Wolfinson, Wolfowitsz, Leopold karena ada latar belakang historis sosiologis Eropa ketika orang-orang Yahudi diperlakukan begitu diskriminatif dan tidak boleh menggunakan nama-nama yang bagus dan dipaksa menggunakan nama-nama yang jelek, tapi nama itu memang betul "what is the name" sekarang Wolfowitsz bangga dengan nama itu juga Wolfinson--dia bisa mendikte sekian banyak negara. Sebetulnya ada suatu kebiasaan yang menurut saya kurang benar dalam Umat Islam, setiap ada orang pindah agama dari non Islam ke Islam diganti namanya, itu sebetulnya nggak perlu, Nabi itu dulu nggak pernah ganti nama orang, Umar itu dulu sebelum Islam atau setelah Islam ya kayak gitu. Orang seperti Ibnu Taimiyyah itu paling nggak setuju dengan kebiasaan ganti nama itu. Nah memang kadang-kadang ada pentingnya juga secara anthropologi mengenai nama, menurut anthtropologi nama, orang Jawa itu dibagi empat: yang paling tinggi ialah yang namanya menggunakan sanskrit yang namanya panjang-panjang itu misalnya Prawoto Mangkusasmito, Kasman Singodimejo, Yusuf Wibisono, dan yang kedua itu nama sanskrit tapi pendek saja, seperti Sartono, Wilopo, Soekarno, Soeharto, nah yang ketiga itu nama-nama Arab, seperti Abdurrahman Wahid, Muhammad Amien Rais, Nurcholish Madjid, Muhammad Syafii Ma`arif, nah yang keempat itu yang namanya Jawa asli seperti, Tugel, Katiran, Paimin, Iyem, tapi sekarang sudah tidak relevan, itu sudah jungkir balik, kabinet sekarang ini banyak juga nama Arabnya, tapi sekali lagi apa arti sebuah nama. Cuma kadang-kadang masih perlu untuk seperti sebuah cara sedikit simplistik dalam melihat sesuatu dari segi latar belakang Anthtropologinya. Kemudian mengenai "wine in the bottle," ini memang persoalan-persoalan budaya; jadi begini, Islam pun tidak lepas dari budaya oleh karena itu kalau Islam yang universal itu diterjemahkan dalam konteks budaya lokal seperti Jawa itu sebetulnya absah asalkan intinya tetap bertahan, sekarang ini sebetulnya dalam kajian ilmiah yang modern dunia Islam itu dikenali ada dua, yaitu Islam di dalam lingkungan budaya Arab yaitu yang menjadi Islam dari dunia yang berbahasa Arab sejak dari Bahrain di Timur sampai Marroko dan dunia Islam dalam lingkungan budaya Persi, itu adalah Islam Asia Daratan--sejak dari Bangla-desh lalu menyeberang ke India terus ke Pakistan dan Afghanistan, lalu ke Asia Tengah kemudian Iran, Turki sampai ke negara Balkan--yaitu Kosovo, Macedonia, Bosnia, Slovenia dan Albania itu semuanya orientasinya ke Parsi. Nah sebetulnya yang ketiga yang jumlah orang Arabnya banyak sekali tapi masih belum dihitung yaitu Islam dalam lingkungan budaya Melayu, itu Islamnya Asia Kepulauan, nah ini yang sekarang sedang tumbuh, karena ini yang paling baru dan belum mapan, Majapahit berdiri pada tahu 1297 itu 200 tahun setelah Al-Ghazali wafat, Al-Ghazali wafat pada tahun 1111. Pada tahun Al-Ghazali wafat yang notabenenya sering dituduh sebagai biang keladi kemunduran Islam, nah disitu Majapahit belum berdiri. Setelah Islam diruntuhkan, kemudian barulah Islam konsolidasi di Jawa ini, dimulai dari Jawa Timur, merembet ke Jawa Tengah lalu melalui Cirebon dan Banten kemudian Jawa Barat di Islamkan melalui Cirebon dan Banten kemudian baru selesai konsolidasi di Jawa. Maka dari itu secara kultural dan intelektual Islam di Indonesia itu baru tahap konsumen--belum pernah jadi produsen. Jadi maka kalau ada usaha memberikan wadah kepada Islam universal dalam satu wadah lingkungan yang lokal sebetulnya nothing wrong with that asalkan tidak ibaratkan seperti dalam fiqih khamar menjadi hal, atau hal menjadi khamar kalau khamar menjadi hal itu bagus, dari haram menjadi halal. Dalam fiqih ini begini, kalau kita mempunyai minuman keras dibiarkan secara alami berproses menjadi cuka itu menjadi halal. tapi sebaliknya juga terjadi cuka dibiarkan dengan proses menjadi minuman keras itu menjadi haram. Nah kalau karena fermentasi kultural itu Islam menjadi kehilangan essensinya bisa menjadi haram semua seperti misalnya ketika Islam itu berkenalan dengan budaya Aria tadi, maka banyak sekali unsur Aria itu masuk dalam Islam termasuk dalam konsep Devaraja, sehingga Khalifah yang dulunya khalifatulrasul berubah menjadi khalifahtullah, lalu mengklaim menjadi kekuasan mutlak, nah ini yang antara lain menular ke Yogya itu, menjadi Kalifatulah panatagama itu adalah suatu bentuk tiranisme, despotisme, padahal sebelum itu tidak ada. Orang Arab itu tidak pernah mengenal Khalifatullah. Kalau ada khalifatullah itu, ya seluruh orang adalah khalifatullah. Tapi kalau penguasa sebagai khalifatullah itu adalah suatu perembesan dari budaya Aria, karena bangsa Aria itu mempunya kepercayaan bahwa seorang penguasa mempunyai hubungan spesial dengan Tuhan. Lalu banyak kepercayaan bahwa penguasa itu turunan Tuhan--atau dulurnya ratu rorokidul segala macam itu devaraj sebetulnya. Yang kemudian banyak mempengaruhi bangsa termasuk Jepang dengan Tenoheika--yang keturunan Matahari, itu adalah konsep Devaraj dan itu adalah ciri dari kultur bangsa Aria yang orang Arab samasekali nggak kenal. Maka ketika khalifah itu sudha tercampur dengan unsur Aria maka berubah, dari khalifah Rasul, khalifah Nabi yang demokratis menjadi khalifatullah yang despot. Lalu Hamengkubowono, Mangkubumi, Pakubowono, Syah Alam, sekarang tinggal nama. Mengenai konstitusi RI, menurut pandangan saya UUD 45 itu disusun secara tergesa-gesa karena memang memenuhi suatu imerjensi--tetapi karena memang suatu bangsa tidak bisa berkembang kecuali kalau ada pijakan yang disebut presume truth--kebenaran yang harus dianggap mapan. Maka kita (dengan menirukan bahasanya Pejabat)--harus mempertahankan UUD 45 dan Pancasila dan itu benar. Sebab sekali kita persoalkan lagi buyar lagi, itulah kesalahan Bung karno ketika dia masih memberikan isyarat kemungkinan diubah melalui Pemilu tahun 1955 untuk membentuk konstituante--bisa hancur kita. Tiru saja Amerika ketika deklarsi of independent bikinan Jefferson disetujui, "let we assume that it is the truth--dan itu adalah lonceng kita dan kemudian kita kembangkan," nah UUD 45 dengan kekurangannya itu harus dipertahankan begitu juga Pancasila. Nah kekurangannya itu harus kita lengkapi melalui amandemen. Sayangnya Indonesia ini masih tabu dengan amandemen. Jangankan amandemen, saya ini anggota MPR selama 10 tahun itu suatu kursus yang mahal sekali untuk bisa mengatakan "Iya." Ya mahalnya itu duduknya itu lho yang capek. Itu saya pengalaman pada periode pertama badan pekerja itu--mengubah koma saja tidak bisa--koma dari rancangan GBHN yang sudah di bikin, jadi kita bisa bayangkan merobah koma saja tidak bisa dan hanya GBHN, sekarang orang berpikir pada amandemen UUD 45. Bayangkan begitu tabunya, tapi itu mau tidak mau adalah suatu keharusan yang harus dilakukan. Nah Amerika itu melakukan--selalu saja ada Amandemen, yang terkenal adalah the first amandement adalah suatu amandemen yang menjamin kebebasan mengatakan pendapat, dan akses kepada informasi yang sangat efektif dan kita harus itu, tidak bisa tidak--oleh karena salah satu agenda reformasi politik ialah membuka kemungkinan terjadinya amandemen-amademen terhadap ketentuan-ketentuan konstitusional sehingga perkembangan kita terus menunjukan grafik naik. OK sampai sini dulu, mudah-mudahan kita dibimbing oleh Allah menuju negara yang diridloi oleh Allah SWT. Terimakasih.

Wassalam.