"KOSMOLOGI"
Oleh : Nurcholish Madjid
Event Artikel : 17 April 1998
Diupdated pada: Rabu 4 April 2001

Assalamu`alaikum Wr.Wb

Setiap kali saya menulis soal Kosmologi ini itu barangkali bingung. Tidak dalam arti tidak tahu apa yang harus dilakukan, akan tetapi bingung dalam arti dari mana kita harus mulai. Karena itu kadang-kadang kita ambil sikap yang arbiterer saja. Misalnya ketika saya harus memberikan tambahan kepada makalahnya Karlina, maka saya mulai saja dengan Alhamdulillah Hirabbil`alamin Rabb itu artinya sustainer, karena itu Tuan. Karena itu beda dengan Tuhan--yang sudah berkali-kali saya katakan. Jadi termasuk Tuan disebut Rabbun itu boleh. Nah ketika Nabi Yusuf yang terkenal sangat tampan di goda oleh Zulaika yang terkenal sangat cantik itu, menolaknya dengan argumen menggunakan perkataan Tuan (Rabb). "Hay Zulaika bagaimana saya bisa mengikuti keinginanmu suamimu kan tuanku dan dia telah memberikan kedudukan yang baik kepada saya jadi saya nggak mau berkhianat kepada tuan suamimu," nah Yusuf menyebut suami Zulaika itu dengan perkataan Tuan atau Rabb. Menurut satu argumen adalah bahwa selain Tuhan itu sendiri bisa disebut Rabb. Karena Rabb itu suatu istilah yang mempunyai makna seperti dalam bahasa kita adalah pangeran. Alhamdulillahi--segala puji bagi Allah SWT--Tuhan yang menjadi tuan dari seluruh alam. Nah ini para ahli tafsir itu banyak sekali yang seperti kebingungan unsurnya disebut alamun itu apa, `alamun. Tapi karena kasusnya detil lalu menjadi alamin itu menjadi dirangkai dengan rabb yang dalam itu bentuk plural, ada yang mengatakan alamun atau alamin itu ialah manusia dengan segala jenisnya ada yang mengatakan makhluk hidup dengan segala jenisnya, tapi ada yang mengatakan alam dengan segala jenisnya sebab dalam bahasa arab itu semua jamak itu yang asli itu dengan "in" seperti mu'minin, muslimin dan sebagainya itu yang kalau perempuan mu'minat, muslimat dan sebagainya sama dengan bahasa Ibrani itu "im", seperti ellom menjadi elohim dan sebagainya. Jadi "alamun" itu jamak dari alam, alam ini banyak sekali, maka kalau Mba Karlina tadi mengatakan bahwa suatu kosmologi tidak bisa lari daripada situasi manusia disini, jadi seorang kosmolog akan melihat manusia jagad raya seperti "dia menjadi tawanan dari situasinya sendiri itu artinya dia tidak mungkin melihat jagad raya yang lain, nah Tuhan yang kasih tahu bahwa Jagad Raya ini banyak--Al-`alamin." Nah kemudian jagad raya itu disebut `alam, yang itu sendiri sudah menunjukkan permulaan yang baik sekali kita jadikan bahan renungan, jadi memang sumbangan saya disini akhirnya nanti menjadi sebagai fungsi konfirmasi-konfirmasi kepada berbagai hal yang kita sudah tahu sebetulnya. Nah `alam itu bahasa Arab yang menjadi bahasa Indonesia menjadi alam yang itu artinya pertanda. Sama dengan alamatun alamat--yang artinya pertanda. Kemudian bendera juga `alamun. Jadi Merah Putih itu dalam bahasa Arabnya `alamun. Kita mati untuk merah putih--kalau cuma untuk secarik kain yang kebetulan warnanya merah dan putih, ya konyol. Tapi kalau kita sebut mati untuk merah putih, itu sebetulnya disitu ada nilai yang sangat luhur yaitu mati untuk negara. Jadi ada sesuatu di balik merah putih. Maka dari itu `alam ini dalam bahasa yang lain adalah ayat sebetulnya yang artinya juga pertanda--yang dalam bahasa lain lagi adalah matsal yang artinya perumpamaan. Nah, kalau di Al-Qur`an itu banyak sekali penegasan jagad raya adalah ayat, maka maksudnya itu adalah pertanda Tuhan yang kita dianjurkan untuk melakukan penyeberangan--across beyond, go beyond yang artinya, jangan berhenti pada fenomena yang lahiriah, tetapi harus menembus kesana, nah inilah yang di istilahkan dalam bahasa Arab yang sudah di Indonesiakan juga sebagai ibarat--yang artinya penyeberangan. Kalau kita mengatakan sesuatu dan itu disebutkan dengan ibarat, bahasa Arab itu untuk kalimat itu disebut dengan ibarat. Kalau saya mengatakan saya minum, itu bukan suatu kenyatann saya minum itu, saya minum itu sebagai diskripsi dari suatu kenyataan yaitu tindakan minum itu. Tapi saya mimum itu sendiri, itu nggak ada artinya hanya kesepakatan bahwa perkataan minum itu menunjukan suatu tindakan tertentu memasukan air ke mulut, itu kesepakatan kita. Maka dari itu kalimat itu ialah ibarakh, yang maknanya baru kita temui, baru kita dapat kalau kita menyeberang dibalik itu apa yang dimaksud, maka bahasa itu mustholakh istilahnya, mustholakh itu artinya sesuatu yang kita sepakati, oleh karena itu kalau jagat raya disebut alam maksudnya itu ialah kita harus menyembarang dan itu sama dengan nikmatal, masyal. Lalu dalam bahasa Indonesia ada tamzil ibarat, tamzil itu perumpamaan, ibarat, yang harus disebrangi. Nah di qur'an itu banyak sekali perintah supaya kita itu menyebrang,"pa'ta' diru ya lil abshar" menyebranglah kamu, lakukanlah sembrangan, penyebrangan. Wahai orang-orang yang mempunyai penglihatan batin. Nah persolannya disini memang ada hirarki dari kenyataan yang paling esensial ialah mudah-mudahan diantara kita ada yang suka mengikuti sahur saya bersama Pak Arif itu, beberapa kali saya kemukakan bahwa kenyataan itu terutama diri kita itu tiga yaitu: Jasmani, Nafsani, Rohani. Sambil mengiritik dalam bahasa Indonesia Nafsaninya gak ada, loncat dari Jasmani ke Rohani. Yang bisa dibadankan kepada badan, Jiwa Raga, Sukma atau fisikal, psicological dan spiritual. Nah Jasmani, Nafsani, Rohani itu juga membentuk suatu hirarki, seperti piramida yang hubungannya sibernetik. Dari bawah ke atas hubungan sibernetik itu dari bawah ke atas itu hubungan condisioning--penyediaan situasi, penyediaan persyaratan dan dari atas ke bawah controlling, pengawasan. Nah dari hubungan sibernatik ini jelas yang paling bawah adalah fisik, adalah jasmani, kemudian yang tengah adalah nafsani, psikologis dan yang ketiga yang tertinggi adalah ruhani. Nah hubungan sibernetik itu mempunyai hubungan dengan masalah ketertampakan, jadi the most feasibel ada yang fisik. Kemudian the less feasible adalah yang ada kaitannya dengan psikologis dan yang ruhani itu tidak bisa di lihat, dan Al-Qur`an secara kategori mengatakan bahwa Ruh itu urusan Tuhan--"mereka bertanya kepada engkau ya Muhammad tentang Ruh jawablah bahwa Ruh itu utusan Tuhanku," jadi no way untuk mengetahui Ruh kecuali melalui berita. Dalam bahasa Arab berita itu nabaun dan orang yang mendapatkan berita itu Nabi, jadi masalahnya hanya berita saja, seperti kehidupan setelah mati apakah ada atau tidak, itu kan hanya berita saja dan tidak bisa dibuktikan. Karena tidak ada cara lain selain daripada itu, tadi itu ada kata-kata yang penting sekali dari mbak Karlina yaitu ada perkataan loncat, padahal pada satu waktu tertentu kita itu harus lompat. Seperti misalnya batas, itu sebetulnya susah, misalnya batas antara Jakarta dan Bogor, nah seolah-olah dalam konsep ini bisa di reduksi bahwa Jakarta dan Bodor tapi kenyataannya dimana--jadi artinya sebetulnya semua yang dilakukan oleh pengetahuan itu seperti dikatakan oleh Mbak Karlina Leksono ada unsur reduksi dan ada juga unsur reconstruksi. contruksi dan recontruksusi, maka dari itu memang kemudian sering sekali kalau orang segan melakukan lompatan ilmu pengetahuan menjadi kering. Nah dari phisical, kemudia psycological dan spiritual itu tadi, tadi saya katakan, bahwa cara sibernetik itu demikian hubungan satu sama lain dalam suatu bentuk piramidal, nah yang paling nampak ialah fisik, nah disini ada korelasi dengan ilmu pengetahuan, oleh karena itu dari ketiga ini, pengetahuan yang paling berkembang itu pengetahuan mengenai fisik. Karena variabelnya juga pendek. Oleh karena itu kemudian juga mengahasilkan pengetahuan exakta, ecxact sciences atau hard science. Tetapi mengenai psikologi, dan bahkan psikologinya bisa diperluas menjadi hal-hal yang non pisik, seperti sosial ekonomi dan sebagainya, itu menyangkut variabel yang begitu banyak sehingga begitu banyak, sehingga ilmu pengetahuan yang diperoleh dan yang dihasilkan itu adalah soft science. Ilmu pengetahuan lunak yang daya prediksinya itu lembek sekali, saya kira dalam KKA dulu pernah saya singgung mengenai dialog kita dengan Wolfinson, James Wolfinson itu presiden World Bank waktu kesini, yang ketemu dengan dari beberapa puluh dari kita, kemudian ada yang menggugat diantar kita itu. "Pak Wolfinson, sampean ini ikut bertanggung jawab terhadap krisis ini, Indonesia ini, lho kok begitu, ya, sampean memuji terus Indonesia sebagai one of the increasing middle cost, dan sebagainya itu. Dia mengatakan, ia, memang saya selalu memuji Indonesia selama ini, dan menurut saya pujian saya bertanggung jawab, berdasarkan data-data ini-ini, saya memang mengagumi, tetapi saya minta maaf, mungkin karena kelemahan saya dan staf saya tidak seorangpun dari kami yang bisa meramalkan adanya krisis ini. Lalu dia tantang, apakah ada diantara saudara-saudara yang bisa meramalkan, ngggak ada yang benarni mengatakan." Nah jadi krisis ini, betapun magnitudenya begitu besar meliputi kehidupan dua ratus juta orang lebih--unpredictable meskipun setelah terjadi explainable, jadi to explain itu adalah fungsi dari science, bukan to create. Nah kalau ilmu exakta atau ilmu mengenai fisik itu mempunyai daya prediksi yang begitu tinggi, sehingga kita bisa bikin mesin, mesin itu sebetulnya hasil dari satu prediksi, "kalau saya lakukan begini akan jadi begini, itu ialah karena variabelnya pendek sekali. Tetapi kalau sosial, ekonomi, politik dan sebagainya menyangkut variabel begitu banyak, maka kemudian daya prediksinya itu rendah sekali." Saya menyaksikan suatu peristiwa yang dramatis sekali pada waktu sekolah di Chicago, tahun 1979 ketika Khomaini menang, dengan begitu hebat oleh recovery International, mengalahkan seorang shah yang sempat menyebut dirinya Shahin Shah Aryamehr raja diraja cahaya bangsa aria, sombong sekali orang itu. Dan ia adalah "darling of the west, akibat hubungannya begitu bagus dengan barat, dimana-mana ada lembaga-lembaga studi ke Iranian, Iranian Studies, dan banyak sekali ahli Iran. Yang saya saksikan sendiri adalah profesor saya namanya Marvizonis dia ahli Iran betul-betul salah satu bukunya menjadi klasik waktu itu namanya the political elite of Iran. Pada saat Khomaeni sampai ke Teheran dan menang dalam revolusi yang dilancarkan itu seluruh buku ahli-ahli Iran ini absolutly--langsung nggak bisa dipakai. Karena apa? karena buku-buku ini ditulis berdasarkan variabel-variabel yang kebetulan mereka ada akses kepadanya yaitu vicible variable, variable itu yang nampak, sementara ada variable yang tidak bisa ditangkap dan ironisnya biasanya justru mereka malu-mlu untuk mengakui, yaitu variable batin, variable rohani. Bagaimana menerangkan Khomaeni yang seperti itu? Bisa mengalahkan seorang Shah yang katanya canggih segala macam itu, kecuali kalau dengan menggunakan faktor variable rohani. Nah jadi disitu mulai nampak, bahwa memang banyak dari dalam hal ini yang kita sampai kesana hanya kalau lompat. Nah dulu dalam bahasa kosmologinya Islam itu thokhrokh, istilahnya, istilah, thokhrokh yaitu lompat, diri loncatku. Seperti gerak ini, kita menggerakkan tangan ini, beberapa detik, ini secara teoritis, analitis itu bisa di bagi menjadi bagian-bagian dari gerakan, dari satu detik bisa dibagi menjadi berapa begitu infin desimel sehingga seolah-olah terdiri dari satuan gerak, nah dari satuan gerak ke satuan gerak yang lain itu terjadi apa? lalu terjadi teori thokhrokh, teori lompat, karena tidak ada kotinuitas, sama saja dengan dari Jakara ke Bogor itu ada satu lompatan. Oleh karena itu kemudian, agama itu lompat, agama itu melompat, ibaratnya agama itu begini, "orang bisa sampai ke kesimpulan yang sama kepada hal-hal yang diajarkan agama melalui proses-proses empirik, inilah yang juga diajarkan dari qur'an, karena itu qur'an penuh dengan perintah supaya kita memperhatikan alam ini. Salah satu surat yang paling banyak dikutip, dibaca oleh para imam jum'at surat itu, sabbihis itu kan disitu `afala yandzuruna ilal iblikaifah faliqad--tidakkah manusia itu memperhatikan bagaimana unta itu diciptakan dan bagaimana langit ditinggikan, dan bagaimana bumi dihamparkan," nah itu kan dorongan yang kuat sekali untuk memperhatikan alam, maka dari itu sebetulnya, mungkin rada hiperbolik, sebetulnya Mbak Karlina lebih dekat kepada Al-Qur`an daripada ahli-ahli fiqih. Mengapa, karena ayat Kosmologi itu penuh sekali di Al-qur`an, sementara ayat-ayat hukum itu sebetulnya sedikit sekali. Artinya kalau kita mau membaca Al-Qur`an yang paling banyak kitab hasilkan itu sebetulnya Kosmologi sebetulnya itu--konsep mengenai alam ini apa? Jadi ada suatu optimisme dari al-Qur`an, yaitu kalau orang perhatikan alam nanti akan sampai kepada kebenaran yang lebih dini yaitu ketuhanan. Dan itu prosesnya adalah proses ratio, akal karena itu banyak sekali keterangan mengenai ayat selalu diakhiri dengan gugatan dan dorongan supaya kita itu menggunakan akal, seperti--"Allah menerangkan ayat-ayatnya bagi mereka yang berfikir menggunakan akalnya." Jadi ada optimisme kepada akal di dalam al-qur`an itu yang akal itu sendiri adalah fungsinya adalah just to explain. Artinya sesuatu ada dulu baru diterangkan oleh akal. Nah ada suatu hal yang tadi kita dapat dari mbak Karlina yaitu bahwa untuk bisa hidup kita perlu karbon, dan untuk ada karbon dunia itu harus berumur 10 milyar tahun paling tidak, artinya wujud kita yang paling sederhana itu menyangkut seluruh Jagad Raya, jadi kita itu sebetulnya makhluk kosmis. Karena proses-proses yang terlibat untuk kemudian membawa kepada keterciptaan itu meliputi proses yang melibatkan seluruh kosmos, nah disini ada suatu eskatologi, suatu pandangan masa depan dalam al-qur`an yang bunyinya begini yang sering sekali dikutip oleh para mubaligh dengan latar belakang hard science adalah "sanurrihim ayyatina fil `afaqi wa fil anfusihim, hatta yatabayyanahum anna al-haq, awwalamyad fi birrabbika annamalaqulisyai`n syahid, akan kami perlihatkan kepada manusia ayat-ayat-Ku perlambang-perlambang-Ku di seluruh cakrawala--sebutlah dalam makro kosmos, dan dalam diri mereka sendiri, terjemahkanlah dalam mikro kosmos, sehingga akan jelas bagi manusia bahwa dia itu benar," nah dia atau Khu di situ bisa kembali kepada Tuhan sendiri dan bisa juga kembali kepada agama. Kemudian, "Awwalamyad fiibirrabika annamalaqulisya`in syahid, apakah tidak cukup bagi kamu bahwa Allah jadi saksi atas segala-galanya." Ini adalah suatu optimisme lagi, jadi kalau disebut affaq disitu seluruh cakrawala kemudian diri sendiri atau mikro kosmos, ternyata kekompleksan diri kita sendiri tidak kalah dengan ke kompleksan jagad raya. Secerdas-cerdas manusia di muka bumi ini, belum tentu paham otaknya sendiri. Nah masalah otak ini masih menjadi sesuatu yang membingungkan--bagaimana kerja otak itu. Jadi kita kadang-kadang diingatkah bahwa sebetulnya ya Tuhan itu ada dalam dirimu sendiri. Kapan suatu ungkapan yang berbau sufistik, tapi sebetulnya, maksudnya ialah--maka ada perkataan sufi yang berbunyi, "barang siapa tahu dirinya akan tahu Tuhannya." Nah ini tidak saja tahu diri dalam arti at least tahu diri, dan itu juga suatu hal yang sangat terpuji. Tapi kalau kita bawa kepada hal yang lebih mendekati apa yang dikatakan mbak Karlina mengenai Kosmologi, artinya tahu diri dengan segala kompleksnya itu yang sampai sekarang belum paham. Nah, jadi untuk hidup ini melibatkan seluruh jagad raya, oleh karena itulah ada satu firman yang dalam al-qur`an yang sepertinya "remeh"--kok Tuhan itu mengatakan "Innalaha ...Allah tidak malu membuat nyamuk sebagai perumpamaan," bahkan lebih kecil dari nyamuk pun tidak malu. Karena waktu itu rupanya ada orang Quresh Mekkah yang mengatakan "lho gimana kata Tuhan--katanya Tuhan itu Maha Besar kok tiba-tiba bicara tentang nyamuk." Nah ditempat lain Al-Qur`an mengatakan, "hay manusia dengarkan ini ada perumpamaan--manusia tidak akan bisa membikin seekor lalat meskipun kerjasama seluruhnya," sebab dalam seekor lalat itu sesungguhnya ada suatu yang Ilmu Pengetahuan seperti apa yang dikatakan oleh mbak Karlina, itu malu--shy away--yaitu hidup itu sendiri. Kita bisa menciptakan mesin yang canggih sekali, mesin itu tidak hidup, kalau toh hidup itu mesti menggunakan satu stock yang sudah ada, itu tidak bisa menciptakan sendiri hidup itu. Jadi secanggih-canggihnya dengan komputer yang hebat itu, itu kan makhluk yang paling bodoh komputer itu, karena kalau ditempeleng pun dia nggak bisa bela diri. Tapi Pengu, semacam binatang yang kecil itu, ada ancaman dia lari. Karena itu Tuhan menantang. OK silahkan bikin nyamuk dan kerjasama seluruhnya, nggak bisa, jadi memang selalu ada squent, maka dari itu yang patut kita perhatikan ialah digunakannya perkataannya Alam, ayat, lalu matsal yang artinya perumpamaan, semuanya digunakan yang tadi disebut juga oleh mbak Karlina yaitu dalam artian metafor, metafor itu digunakan untuk menerangkan sesuatu yang tidak bisa diterangkan, termasuk Tuhan, sebab Tuhan itu tidak bisa diterangkan, sebab "wlamyakulahu kufuwan ahad," yaitu dalam surat Al-Ikhlas, bahwa faham ketuhanan yang murni yaitu Kufuwan Ahad itu. Katakan Muhammad Dia Allah adalah Maha Esa, Allah yang tidak bisa diterangkan--transendental--kan banyak sekali terjemahan Allahusomad itu. Padahal kita berfikir itu kan karena ada asossiasi, dan asossiasi itu berarti ada yang sama yang ada dalam diri kita itu, jadi kalau kita menemukan sesuatu yang baru, kita tahu sesuatu yang baru itu dan mengerti karena kita asossiasikan dengan sesuatu yang sudah ada. Karena Tuhan itu tidak ada perbandingannya, maka tidak mungkin diketahui. Oleh karena itu agama Islam dan agama-agama yang lain tidak mengajarkan tahu Tuhan--sama sekali tidak. Tapi yang diajari oleh agama itu adalah mendekati Tuhan atau taqarrub Ilallah. Memperoleh ridhonya, terkenannya. Maka gnotisisme di dalam filsafat Yunani itu menjadi problem dalam sejarah pemikiran Islam, karena mereka mengklaim bisa mengetahui Tuhan. Nah jadi maka seluruh keterangan dalam Qur'an mengenai Tuhan, itu harus dipandang sebagai Matsal, sebagai ayat, sebagai perumpamaan, ketika Tuhan disebutkan Maha Mendengar, itu kan ada unsur antropomarfisma, ada unsur penyamaan Tuhan seperti manusia. Ketika Tuhan disebutkan Maha Melihat--Tuhan itu disebutkan punya tangan, Tuhan itu yadlullahi fauqa aidihim--tangan Tuhan itu diatas tangan mereka. Kemudian ada lagi "antara dua tangan Tuhan" bahkan "bi aidin--Tuhan itu menciptakan Jagad Raya itu dengan banyak Tangan," Jadi kalau kita berhenti pada masalah bahasa saja dan memahaminya pada place value-nya, maka kita akan terjerambab kepada satu anthropomorfisme betul, karena kemudian akan mempunyai gambaran bahwa Tuhan yang banyak tangannya kayak betara guru itu. Tapi itu metafor, bahwa Tuhan bertahta diatas singgasana, sehingga ada ayat kursi yang artinya ayat tentang singgasana Tuhan. Yang disitu disebutkan bahwa singgasana Tuhan itu meliputi Jagad raya--wasyiha qursiyuhussama wati wal ard. Nah mengapa ada persoalan kursi dalam penggambaran mengenai Tuhan. Karena orang Arab yang tidak mempunyai kerajaan pada waktu itu sangat kagum dan takut--hebat sekali melihat Kisrat dan Kaisar. Melihat raja Persi dan raja Rumawi dan mereka duduk di atas singgasana, dan Tuhan pasti juga seperti itu. Maka kemudian ada kursi, ada ars, maka sebetulnya mengapa semua yang disebut dalam Al-qur`an sebagai ayat, itu sebetulnya semuanya dibalik itu ada sesuatu yang harus kita pahami, nah itulah matsal. Termasuk surga, setiap hari kita dengar gambaran mengenai surga, dan memang Al-Qur`an penuh dengan masalah itu. Nah surga itu kan perumpamaan, misalnya bahwa nanti orang-orang yang baik-baik itu akan masuk surga dapat bidadari. Ya memang pada waktu itu masyarakat ini sebagian besar adalah male dominated oleh karena itu metafor-metafornya banyak sekali menguntungkan orang laki-laki, tapi sebetulnya ketika Nabi diprotes oleh para istrinya dan perempuan Madinah, kenapa kok begitu bahasanya, maka kemudian turun ayat yang sharing yaitu mukminin mukminat yang ditegaskan bahwa itu semuanya sama. Nah gambaran-gambaran seperti itu sebetulnya adalah matsal. Sekarang ada dua tempat dimana Al-Qur`an dengan jelas--"perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa ialah mengalir sungai-sungai dibawahnya," sekarang mengapa menggunakan "mengalir sungai-sungai dibawahnya?" Karena orang Arab itu tahunya cuma Oase. Oase itu adalah suatu gejala yang ada di padang pasir dimana air itu mengalir di bawahnya kemudian menyembul dan menimbulkan suatu komplek penghijauan itu. Karena itu perkataan yang digunakan Jannah, nah Jannah itu Oase--itu yang kitab terjemahkan dengan surga--pepohonan yang selamanya berbuah juga selamanya rindang, nah itulah tempat kesudahan bagi orang yang bertakwa, sedangkan tempat bagi orang yang tidak bertakwa adalah neraka yang kita terjemahkan dari Naar, neraka dalam bahasa sansekerta itu artinya api juga. Kemudian perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa itu ialah di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak akan rusak, sungai-sungai dari susu yang tidak akan berubah rasanya, kemudian sungai-sungai dari khamar yang lezat bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang murni. Dan mereka disana mendapatkan segala macam buah-buahan serta ampunan dari Tuhan, tapi jangan lupa bahwa ini semuanya matsal. Jadi kalau sempat muncul lagu ada surga yang ada air susunya dan sebagainya itu its OK, tapi harus disebut sebagai matsal sedangkan hakekat surga yang sebenarnya ialah "maka tidak seorang pun tahu bentuk ganjaran dirasakan untuk mereka dan dirahasiakan untuk mereka--berupa sesuatu yang sangat menyenangkan mata dan membahagiakan," ini adalah suatu terjemahan dalam istilah bahasa Arab "qurrata`ayyun"--yang artinya sesuatu yang membikin kita itu terpukau dan senang sekali merasa bahagia, seperti anak kecil biasanya lovely boy dan lovely girl--itu karena menimbulkan perasaan cinta. Nah berdasarkan itu lalu ada hadist yang sangat banyak dikutip yaitu bahwa Allah berfirman dalam hadist qudsi--yaitu firman Allah tapi kalimatnya dari Nabi, "aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik pada kalbu manusia," jadi tinggi sekali dan in neverble jadi surga yang sebenarnya itu ya itu tadi, maka seluruh gambaran dalam al-Qur`an mengenai surga itu harus disebut sebagai ayat, matsal atau pun metafor. Karena memang surga itu adalah suatu tempat dimana kehidupan itu ruhani dan bahwa ruh itu sendiri adalah utusan Tuhan, bukan urusan Ilmu Pengetahuan. Oleh karena itu mengahiri ini, saya ingin menegaskan hal yang sudah diimplikasikan oleh mbak Karlina yaitu bahwa melalui satu analogi bahwa hidup kita ini sendiri yang memerlukan karbon dan ternyata melibatkan seluruh jagad raya kalau hal yang fisikal dan biologikal ini kita ganti dengan suatu yang moral dan ethikal, akan terjadi seperti ini bahwa ukuran-ukuran dalam hidup kita sehari-hari pun ada hubungannya dengan kosmos. Sebetulnya itu yang ingin ditujukan dan diraih oleh dorongan-dorongan Al-Qur`an supaya belajar terhadap alam. Kemudian ada time plate yang sama atau ada skema yang sama, maksudnya dibuktikan dengan secara tekstual suci, dalam surat Ar-Rahmaan, "Allah menciptakan langit (dan langit disitu dalam bahasa Al-Qur`an bisa diganti dengan jagad raya) dan oleh Allah ditetapkan hukum keseimbangan alam, (maka sebutlah keseimbangan itu seperti yang diutarakan oleh mbak Karlina adalah gravitasi yang membuat bahwa bumi itu tetap pada porosnya), oleh karena itu wahai manusia kamu jangan melanggar prinsip keseimbangan," nah setelah itu masih turun lagi kepada level yang lebih praktis, "maka tegakkanlah timbangan itu dengan jujur, dan kamu jangan curang dalam timbangan, " jadi maksudnya timbagan komersial itu. Jadi ada gradasi satu gerak turun dari kosmologi ke pesan moral kepada hal yang sangat praktis. Apa memang ada korelasinya, jelas pasti ada. Timbangan yang kita pakai untuk menimbang gula misalnya--itu kan bergerak karena hukum gravitasi. Sehingga kalau kita curang dalam timbangan sebetulnya secara moral melawan hukum kosmos. Jadi dosa kita itu adalah dosa kosmis. Karena itu di dalam Al-Qur`an itu secara tidak langsung ada dukungan kepada ide opposisi, maksudnya begini--opposisi itu kan sebetulnya penyeimbang. Opposisi yang dibangun secara formal struktural itu kan hasil ijtihad politik modern. Padahal dari dulu sudah ada, dimana-mana sudah ada kekuatan penyeimbang. Selain yang saya katakan tadi itu, yaitu penuturan kosmologi dari pesan moral kepada ajaran praktis, juga misalnya 13 tahun Nabi di Mekkah di suruh Tuhan tidak boleh perang, karena memang posisinya tidak memungkinkan, akan tetapi begitu sampai di Mekkah Nabi mendambakan izin perang dari Tuhan, maka diizinkan perang, maka turunlah ayat di surat Al-hajj, "diizinkan perang bagi mereka yang diperangi, karena mereka diperlakukan secara zalim" jadi perang itu diizinkan untuk mereka yang dizalimi, jadi tidak boleh agresi--yaitu mereka yang dikeluarkan dari kampung-kampung mereka--refrensinya disini adalah kepada pengalaman Nabi dan para sahabat yang dikeluarkan dari Mekkah untuk hijrah itu tanpa alasan yang benar, hanya karena mengatakan Tuan kami adalah Tuhan itu. Kesimpulan dengan mudah sekali adalah keyakinan agama tidak boleh menjadi alasan penyiksaan, dan tidak boleh ada larangan kepada agama, karena Nabi Muhammad dulu sudah menderita itu, kemudian, "dan sesungguhnya Allah pasti mampu membuat mereka itu menang (Jaya)," nah dalam rangkaian ayat itu yang menurut hemat saya hilang dari perspektif-perspektif kebanyakan Umat Islam, itu dikatakan, "kalau seandainya Allah tidak mengimbangi manusia satu dengan manusia yang lain, tidak menghalangi sebagian manusia dengan manusia yang lain maka biara-biara, gereja-gereja, sinagog-sinagog dan masjid-masjid itu hancur oleh manusia, padahal di tempat-tempat banyak disebutkan nama Tuhan." Artinya tempat-tempat untuk melestarikan nilai-nilai ketuhanan. Karena itu satu napas sebetulnya secara fiqih mudah sekali diambil satu kesimpulan bahwa perang dalam Islam itu untuk melindungi semua agama. Dan perang itu adalah suatu bentuk beroperasinya balance of power. Ini pun terbukti misalnya firman Allah SWT terutama mengenai penuturan kemenangan Dawud terhadap Jaluth lalu berhasil merebut Yerusalem yang di dalam Al-Qur`an dituturkan sebagai kemenangan kebenaran terhadap kebathilan. Penuturan itu diakhiri dengan satu statement di dalam Al-Qur`an "kalau seandainya Allah tidak mengimbangi manusia dengan manusia yang lain, dunia ini hancur, tetapi Allah mempunyai kasih yang tak terbatas kepada Umat manusia." Jadi salah satu bentuk kasih Tuhan itu kepada kita adalah balance of power, yang soal ini pernah diangkat oleh Henry Morgenthau dalam bukunya Politic Among Nation: Balance of Power Politic. Itu hubungannya dengan kosmologi, dengan hukum yang menguasai kosmos yang disebut Mizan itu. Sekarang misalnya, mengapa hingga saat ini kita selamat dari perang Nuklir, padahal stok Nuklir begitu banyak, sehingga kalau diledakkan semuanya satu dunia nggak cukup, harus ada tujuh dunia untuk bisa rusak itu--itu semua karena ada keseimbangan, jadi kita harus berterima kasih kepada Rosenberg Suami istri, yang ketika itu Amerika mulai bisa membuat bom atom rahasianya di kirimkan ke Russia oleh suami istri ini yang dituliskan ke dalam kertas yang tipis sekali kemudian dimasukan kedalam batang pensil yang sudah dilubangi, dan dikirimkan ke Russia sebagai sovenir. Maka Russia pun bisa membuat bom atom, maka terjadilah eskalasi--perimbangan sampai kepada titik (yang dalam jargon internasional) Nuclear still Mate, artinya masing-masing sudah nggak berani menggunakan, maka manusia selamat, kalau seandainya Bom Nuklir itu dikuasai oleh Amerika Serikat saja, hancur dunia. Pada waktu pesawat Enolaygay membom Hiroshima dan Nagasaki itu sebetulnya ada persoalan moral--sebetulnya para strateg Amerika mengatakan, ini sudah ada Bom Atom, berkat Manhattan Project di Chicago itu yang dipimpin oleh Enrico Fermi (gurunya Ahmad Baiquni)--itu sebetulnya para strateg Amerika itu--berpendirian bahwa Jepang itu untuk mengakhiri pengorbanan yang kelewatan Jepang itu hanya mau ditakut-takuti saja ..... ..... begitu pula Atol, bom itu. Ternyata nanti ada jenderal-jenderal the Hawkies, jenderal-jenderal berjiwa Elang, yang tidak puas dengan itu, lalu dijatuhkan di Hiroshima, sebuah kota industri yang padat sekali penduduknya, dan tidak cukup sekali, malahan dua kali dengan dijatuhkannya kembali di Nagasaki, jadi dimana pertimbangan moral itu, itu kan sampai sekarang disesali di Chicago itu. Kalau kita pergi ke Universitas Chicago, sustained reaction itu pertama kali ada disana, itu setiap tanggal jatuhnya Bom Atom itu, itu ada upacara penyesalan di sekitar patung Jamur Nuklir di tempat dulu bisa dibuktikan chains reaction itu. Jadi artinya kalau seandainya Amerika menguasai Bom Atom dunia ini sudah lama hancur, mungkin orang Amerika mempunyai ilusi bahwa mereka bisa survive, tidak, mereka sendiri akan hancur, nah kita sekarang selamat karena perimbangan ini. Nah, dalam Al-Qur`an itu bagian dari Kosmologi, itu seluruh hukum keseimbangan, maka negara pun kalau nggak ada balances of politic akan hancur. Nah Indonesia itu kayak begini ini karena tidak ada opposisi. Karena tidak ada opposisi, maka korupsi tidak ada yang pernah bilang--tidak ada yang berani mengatakan eh anda kan korup! Nggak bisa, lalu merajalela tanpa terkendali, itu sebetulnya begitu, tapi karena hukum Tuhan itu objectif imutible, tetap akan beroperasi, kalau tidak seperti halnya air mengalir kalau tidak disalurkan dengan baik, dan dibendung, akan jebol juga. Nah itu yang menimbulkan krisis yang akan membawa korban yang jauh lebih besar.



Tanya Jawab

Ada dua penanya yang menunjukkan pertanyaan sekitar lompatan atau takhrakh adalah satu ide yang sebetulnya dikembangkan dalam pemikiran Islam klasik oleh kaum Mutazilah, oleh karena itu sudah disebut oleh satu kelompok maka dengan sendirinya melibatkan pro dan kontra karena memang merupakan suatu teori yang rumit, jadi sebetulnya ada sangkut pautnya dengan atomisme, sesuatu itu bisa dipecah-pecah sampai kepada bagian yang sangat kecil yang tidak terhingga termasuk peristiwa--misalkan gerak tangan, itu bisa didekati secara atomistik, sebab gerak tangan dalam beberapa detik itu pun bisa dibagi-bagi sedemikian rupa sehingga terjadi secara imajiner, adanya deretan dari unit gerak yang tidak terpecahkan lagi. Nah, hubungan dari satu atom ke atom itu terjadi satu lompatan, jadi ada semacam lompatan seperti misalnya gedung ini memang suatu kesatuan, akan tetapi kalau kita lihat dari bata-bata merah yang seolah-olah atomnya itu, maka hubungan satu bata dengan bata yang lain itu, ada notnya itu adalah lompatan. Memang satu teori yang sulit sekali sehingga diledek oleh Ibnu Taymiyyah--misalnya itu adalah salah satu dari tiga keajaiban ilmu kalam, yaitu takhrakh yaitu teori lompatan, kemudian teori Kasb Ashari, kemudian teori bahwa Tuhan itu sebelum dan sesudah mencipta itu kutub sama. Menurut Ibnu Taimiyyah nggak masuk akal, menurut Ibnu Taymiyyah kalau alam itu ada permulaan itu berarti ada satu masa ketika Tuhan itu belum mencipta, dan setelah itu baru diciptakan--jadi Tuhan berubah dari tidak menciptakan menjadi mencipta, tapi ada satu teori juga bahwa Tuhan tetap sama saja sebelum dan sesudah mencipta sehingga bagi Ibnu Taimiyyah itu membingungkan, nah ini melibatkan polemik-polemik klasik yang sebetulnya itu muncul lagi dalam pemikiran modern--seperti misalnya dalam sebuah buku "Kalam: Cosmological Arguement dari William Craigh," jadi argumen kosmologis menurut Ilmu Kalam yang sayangnya didalam buku itu banyak sekali rumusan matematis yang saya kurang mengerti, akan tetapi dari konklusinya disitu menarik sekali bahwa buku itu mendukung teori-teori Al-Ghazali. Nah, kalau tadi seperti disebut-sebut beda Al-Ghazali dengan Ibnu Rushd, dia lebih cenderung mendukung Al-Ghazali. Nah lompatan dalam arti moral spiritual itu adalah sesuatu yang terjadi pada diri kita yang tidak bisa diterangkan yang tiba-tiba kita terhantar begitu saja kepada satu kebenaran yang sebetulnya di balik itulah istilah Lailatul Qadar itu yang kita peringati setiap tahun--adalah suatu momen yang dilukiskan sebagai lebih baik daripada 1000 bulan dan itu kurang lebih seumur hidup manusia hidup. Jadi itu satu momen yang mempengaruhi seluruh hidup kita. Nah, contoh lompatan itu misalnya, ini lagi-lagi hubungannya dengan musik ibu Marusya Nainggolan, saya jadi ingat Einstein, lagi-lagi Einstein juga nama yang banyak disebut dalam diskusi kita disini. Agaknya Einstein itu walaupun orang Yahudi pernah mengalami satu masa dia itu sangat skeptis mengenai Tuhan, dan dia sebetulnya itu tidak mengatakan bahwa dia itu beragama secara formal, akan tetapi suatu saat dia menyaksikan musik di Broadway waktu itu soloisnya adalah Yehudi Menuhin--waktu itu masik kecil sekali dan permainannya begitu luar biasa, sehingga kemudian Einstein itu teriak, "sekarang saya percaya bahwa Tuhan itu ada," jadi hanya karena medengarkan musik itu, sebab dia itu bisa membayangkan bagaimana anak sekecil itu bisa memainkan biola seperti itu--nah itu yang saya maksudkan lompatan, dan sebenarnya banyak sekali dalam hidup kita itu melakukan lompatan-lompatan seperti itu, nah itu sebetulnya yang disebut dengan Lailatul Qadr. Kan dalam dunia keseharian, ketika tiba-tiba menemukan suatu ide tanpa melalui proses kalkulasi rasional, itu adalah lompatan instink atau intuisi itu lompatan, nah kalau itu dilakukan secara sadar, maka buntutnya itu iman. Tadi saya katakan bahwa kalau disusun tiga komponen, Jasmani, nafsani dan ruhani, yang paling nampak ialah jasmani karena itu bisa di obsevasi, maka seluruh ilmu pengetahuan itu disini begitu kita naik ke tingkat nafsani atau psikologis atau jiwa,--nah ketika berpindah dari jasmani ke nafsani saja itu ada lompatan, misalnya begini: berfikir itu apakah gejala fisikal ataukah gejala psikologikal? Kenyataan itu bahwa kegiatan berpikir itu melibatkan otak dengan konsumsi oksigen dan sebagainya, maka bisa disebut sebagai gejala fisikal, tetapi kenyataan bahwa tidak semua orang yang mempunyai otak itu berfikir, bahkan banyak sekali orang yang otaknya sangat segar karena jarang digunakan, maka itu gejala psikologis, jadi ada borderline yang tidak jelas sesungguhnya. Nah ketika kita mengambil kesimpulan bahwa ini adalah "ini" maka disitu telah terjadi lompatan juga. Jadi maksud saya itu bahwa hal ini membawa kepada satu apresiasi tentang kepada lompatan, jadi tidak seluruhnya dalam satu garis yang kontinuum yang konsisten itu terjadi satu lompatan, nah beragama itu sebetulnya adalah lompatan. Jadi begini sebetulnya manusia itu sudah dibekali--seperti yang tadi dikatakan oleh Mbak Karlina mengenai adanya asumsi metafisik nah ini ada kaitannya dengan yang sering kita diskusikan menganai perjanjian primordial. Kita itu terikat dalam suatu perjanjian primordial dengan Allah SWT, dalam satu firman Tuhan yang menggambarkan sebelum kita lahir dipanggil oleh Tuhan untuk diminta kesaksian. Bahwa Allah SWT yang akan kita sembah--lalu kita bilang yah, dan itu semua terjadi dalam alam Ruhani sehingga ketika kita lahir bakat kita yang paling mendasar itu adalah berbakti, bakat menyembah--yang kalau tidak disalurkan dengan benar itu akan menimbulkan sumbermala petaka karena kita akan menyembah apa saja--yang dalam difinisi sosiologi agama oleh Rudolf Otto disebut sebagai Misterium, Tremendum dan Facsinan. Karena itu lalu syrik--ada Tuhan Anthropologi, sehingga Tuhan anthropologi ini menyesatkan maka harus dibunuh semua, cara membunuhnya bagaimana, ya dinyatakan saja La ilahailallah, tuhan itu tidak ada kecuali Allah yang suci. Maka dari itu agama mengajarkan bahwa kepercayaan itu dimulai dari yang negatif dulu. Karena persoalan manusia adalah bukanlah persoalan tidak percaya kepada Tuhan, tapi persoalan manusia itu persoalan percaya kepada Tuhan tapi kemudian keliru dan kelewat banyak. Oleh karena itu di bunuh semua, jadi Nitzsche dalam pernyataannya God Is Dead itu benar, kalau konsep mengenai Tuhan itu salah--jadi Tuhan dalam konteks Nitzsche itu benar harus mati. Di dunia ini banyak sekali bangkai Tuhan, nah itu karena proses Lailahailallah yang salah. Jadi ada assumsi metafisik, maka sebetulnya manusia itu--bisa diteruskan dengan menumpang melalui istilahnya mbak Karlina tadi, bahwa assumsi metafisik dapat membawa kepada perjanjian primordial, sudah beragama tetapi--dan assumsinya kalau dia memahami hidupnya sendiri secara empirik terus menerus begitu dia akan sampai kesana. Akan tetapi kalau itu yang harus dilakukan manusia, itu akan memakan waktu yang lama sekali oleh karena itu akan terjadi lompatan dengan diturunkan saja agama atau ajaran dari atas. Maka dalam teori Islam ajaran agama itu adalah fitrah yang diturunkan dari langit, jadi ada fitrah yang diciptakan oleh diri sendiri, dan ada reveal fitrah. Maka dari itu semua agama itu adalah perjanjian. Jadi reenforcement dari satu perjanjian primordial tadi itu. Nah tapi itu tadi, kalau orang itu dibiarkan hanya mencari sendiri, yang notebene memang bakatnya sudah ada di dalam dirinya, itu akan lama dan bisa tersesat oleh karena itu kemudian diajari saja oleh Tuhan, maka terjadi lompatan--sama saja dengan kita beli mobil--untuk mengerti mobil kita itu ya kita lihat tiap hari dan kita pelajari, kan ada cara yang lebih gampang, baca saja manualnya. Jadi manual yang diberikan kepada kita oleh pabrik itu, kan sama dengan agama, agama melalui kita suci itu adalah manual untuk hidup kita. Meskipun kalau kita hanya berpegang pada manual, mungkin kita tidak bisa memperbaiki mobil, jadi harus ada eksperimen dulu, oleh karena itu harus ada observasi kepada alam. Nah disinilah Al-Qur`an itu terimalah agama, perhatikan alam. Nah orang Islam sampai saat ini lebih menerima agama tapi tidak memperhatikan alam, karena itu kemudian menjadi ada gap, gapnya itu jauh sekali. Tapi dulu itu tidak demikian, nah itu yang dimaksud dengan lompatan. Nah mengenai manusia tujuannya itu, saya akan menumpang melalui mbak Karlina--lagi-lagi lompatan, kalau menurut Al-Qur`an secara lompat bahwa manusia itu tidak sendiri--banyak sekali makhluk di alam raya ini, salah satu kutipan saya, "kepunyaan-Nyalah siapa saja yang ada langit--siapa saja itu adalah terjemahan dari "man."" dan itu adalah rujukan kepada suatu makhluk hidup--bahkan berakal kalau "man" itu kemudian lanjutannya "semuanya tunduk dan patuh kepada-Nya--semuanya itu adalah Islam," Islam itu kan artinya tunduk secara generik--sebelum menjadi nama sebuah agama seperti yang kita anut yang artinya tunduk kepada Tuhan. Maka ketika Al-Qur`an itu menggugat manusia, "mau cari agama apa?--Apakah mereka mau mencari suatu sistem yang tunduk selain tunduk kepada Tuhan. Padahal kepada Tuhan itu sudah tunduk semua penghuni langit dan bumi," manusia itu is not than unique, oleh karena itu ketika ada indikasi kecil sekali--yang notabene masih perlu dibuktikan lebih lanjut--bahwa di Mars ada kehidupan karena ada sebuah fosil yang tersimpan di dalam sebuah meteor, itu kan heboh seluruh dunia itu, maka majalah-majalah internasional itu semuanya menjadikan laporan headline sebagai laporan utama dan salah satunya itu "we are not alone in the Universe" beeing not alone saja sudah mengejutkan, padahal menurut Al-Qur`an itu kita memang tidak sendirian kok di alam raya. Tetapi kalau disebut kita sendirian lalu kita bayangkan ada sebuah planet lain yang seperti bumi di tempat lain atau ada makhluk lain yang disebut Al-Qur`an sebagai "man" sebagai makhluk hidup yang berakal itu--yang menurut Carl Sagan kita tidak usah membayangkan makhluk itu seperti kita--kita ini kan anak bumi, artinya keadaan fisik dan psikisnya itu karena requirement dari kondisi bumi. Mungkin ada suatu planet yang kondisinya sedemikina rupa sehingga requirementnya hidup itu lain sekali dengan disini. Jadi semuanya bisa dibayangkan. Sedangkan ikan saja, antara yang di air tawar dan di air asin karena itu dalam bukunya Martin Lings dia mengarang buku yang bagus sekali yang berjudul "Simbols and The Architype" jadi simbol dan arti makna yang sebetulnya, misalnya Al-Qur`an, Al-Qur`an itu sebetulnya adalah simbolisasi dari satu architype yang disebut di dalam al-qur`an sendiri sebagai kitab yang tidak bisa disentuh kecuali oleh orang suci kecuali di laukh ma`fudh--itu namanya architype. Kemudian ada simbolnya, nah demikian juga agama itu merupakan suatu sistem simbol, maka dia memerlukan suatu pemikiran yang begitu rupa sehingga kemudian Al-Qur`an itu banyak menganjurkan supaya kita berfikir, nah jadi disitu ada kontinuitas sebetulnya. Ketika kita berfikir saja, belum tentu sampai kepada agama dan harus dilakukan dengan sedikit melompat. OK Kemudian mengenai nasuth, malakuth, jabaruth dan lahuth itu--"nasuth dan lahuth itu seperti yang biasa diterangkan orang adalah alam kemanusiaan dan alam ketuhanan, alam Insani dan alam Ilahi." Kemudian malakuth dan jabaruth itu kurang lebih "somewhere ini beetwen." Nah malakuth terang ada hubungannya dengan malaikat, dan ada juga hubungannya dengan mulk yaitu kerajaan. Nah disini simbol-simbol tentang kerajaan Ilahi, kerajaan Tuhan dan sebagainya itu, dan disitu ada tersimpan juga pengertian tentang kemahakuasaan Tuhan. Jadi malakuth menyangkut dengan apa yang disebut teori tentang malaikat, perbincangan mengenai malaikat yang di dalam al-qur`an puitis sekali, "kamu lihat malaikat itu berkeliling-keliling sekitar singgasana Tuhan sambil bertasbih memuji Tuhan dan mereka selalu diselesaikannya persoalannya dengan adil dan semuanya mengucapkan Alhamdulillahirabbil `alamin."

Wassalam.