"KOSMOLOGI"
Oleh : Nurcholish Madjid
Event Artikel : 17 April 1998
Diupdated
pada: Rabu 4 April 2001
Assalamu`alaikum Wr.Wb
Setiap kali saya menulis soal Kosmologi ini itu
barangkali bingung. Tidak dalam arti tidak tahu apa yang
harus dilakukan, akan tetapi bingung dalam arti dari mana
kita harus mulai. Karena itu kadang-kadang kita ambil
sikap yang arbiterer saja. Misalnya ketika saya harus
memberikan tambahan kepada makalahnya Karlina, maka saya
mulai saja dengan Alhamdulillah Hirabbil`alamin Rabb itu
artinya sustainer, karena itu Tuan. Karena itu beda
dengan Tuhan--yang sudah berkali-kali saya katakan. Jadi
termasuk Tuan disebut Rabbun itu boleh. Nah ketika Nabi
Yusuf yang terkenal sangat tampan di goda oleh Zulaika
yang terkenal sangat cantik itu, menolaknya dengan
argumen menggunakan perkataan Tuan (Rabb). "Hay
Zulaika bagaimana saya bisa mengikuti keinginanmu suamimu
kan tuanku dan dia telah memberikan kedudukan yang baik
kepada saya jadi saya nggak mau berkhianat kepada tuan
suamimu," nah Yusuf menyebut suami Zulaika itu
dengan perkataan Tuan atau Rabb. Menurut satu argumen
adalah bahwa selain Tuhan itu sendiri bisa disebut Rabb.
Karena Rabb itu suatu istilah yang mempunyai makna
seperti dalam bahasa kita adalah pangeran.
Alhamdulillahi--segala puji bagi Allah SWT--Tuhan yang
menjadi tuan dari seluruh alam. Nah ini para ahli tafsir
itu banyak sekali yang seperti kebingungan unsurnya
disebut alamun itu apa, `alamun. Tapi karena kasusnya
detil lalu menjadi alamin itu menjadi dirangkai dengan
rabb yang dalam itu bentuk plural, ada yang mengatakan
alamun atau alamin itu ialah manusia dengan segala
jenisnya ada yang mengatakan makhluk hidup dengan segala
jenisnya, tapi ada yang mengatakan alam dengan segala
jenisnya sebab dalam bahasa arab itu semua jamak itu yang
asli itu dengan "in" seperti mu'minin, muslimin
dan sebagainya itu yang kalau perempuan mu'minat,
muslimat dan sebagainya sama dengan bahasa Ibrani itu
"im", seperti ellom menjadi elohim dan
sebagainya. Jadi "alamun" itu jamak dari alam,
alam ini banyak sekali, maka kalau Mba Karlina tadi
mengatakan bahwa suatu kosmologi tidak bisa lari daripada
situasi manusia disini, jadi seorang kosmolog akan
melihat manusia jagad raya seperti "dia menjadi
tawanan dari situasinya sendiri itu artinya dia tidak
mungkin melihat jagad raya yang lain, nah Tuhan yang
kasih tahu bahwa Jagad Raya ini banyak--Al-`alamin."
Nah kemudian jagad raya itu disebut `alam, yang itu
sendiri sudah menunjukkan permulaan yang baik sekali kita
jadikan bahan renungan, jadi memang sumbangan saya disini
akhirnya nanti menjadi sebagai fungsi
konfirmasi-konfirmasi kepada berbagai hal yang kita sudah
tahu sebetulnya. Nah `alam itu bahasa Arab yang menjadi
bahasa Indonesia menjadi alam yang itu artinya pertanda.
Sama dengan alamatun alamat--yang artinya pertanda.
Kemudian bendera juga `alamun. Jadi Merah Putih itu dalam
bahasa Arabnya `alamun. Kita mati untuk merah
putih--kalau cuma untuk secarik kain yang kebetulan
warnanya merah dan putih, ya konyol. Tapi kalau kita
sebut mati untuk merah putih, itu sebetulnya disitu ada
nilai yang sangat luhur yaitu mati untuk negara. Jadi ada
sesuatu di balik merah putih. Maka dari itu `alam ini
dalam bahasa yang lain adalah ayat sebetulnya yang
artinya juga pertanda--yang dalam bahasa lain lagi adalah
matsal yang artinya perumpamaan. Nah, kalau di Al-Qur`an
itu banyak sekali penegasan jagad raya adalah ayat, maka
maksudnya itu adalah pertanda Tuhan yang kita dianjurkan
untuk melakukan penyeberangan--across beyond, go beyond
yang artinya, jangan berhenti pada fenomena yang
lahiriah, tetapi harus menembus kesana, nah inilah yang
di istilahkan dalam bahasa Arab yang sudah di
Indonesiakan juga sebagai ibarat--yang artinya
penyeberangan. Kalau kita mengatakan sesuatu dan itu
disebutkan dengan ibarat, bahasa Arab itu untuk kalimat
itu disebut dengan ibarat. Kalau saya mengatakan saya
minum, itu bukan suatu kenyatann saya minum itu, saya
minum itu sebagai diskripsi dari suatu kenyataan yaitu
tindakan minum itu. Tapi saya mimum itu sendiri, itu
nggak ada artinya hanya kesepakatan bahwa perkataan minum
itu menunjukan suatu tindakan tertentu memasukan air ke
mulut, itu kesepakatan kita. Maka dari itu kalimat itu
ialah ibarakh, yang maknanya baru kita temui, baru kita
dapat kalau kita menyeberang dibalik itu apa yang
dimaksud, maka bahasa itu mustholakh istilahnya,
mustholakh itu artinya sesuatu yang kita sepakati, oleh
karena itu kalau jagat raya disebut alam maksudnya itu
ialah kita harus menyembarang dan itu sama dengan
nikmatal, masyal. Lalu dalam bahasa Indonesia ada tamzil
ibarat, tamzil itu perumpamaan, ibarat, yang harus
disebrangi. Nah di qur'an itu banyak sekali perintah
supaya kita itu menyebrang,"pa'ta' diru ya lil
abshar" menyebranglah kamu, lakukanlah sembrangan,
penyebrangan. Wahai orang-orang yang mempunyai
penglihatan batin. Nah persolannya disini memang ada
hirarki dari kenyataan yang paling esensial ialah
mudah-mudahan diantara kita ada yang suka mengikuti sahur
saya bersama Pak Arif itu, beberapa kali saya kemukakan
bahwa kenyataan itu terutama diri kita itu tiga yaitu:
Jasmani, Nafsani, Rohani. Sambil mengiritik dalam bahasa
Indonesia Nafsaninya gak ada, loncat dari Jasmani ke
Rohani. Yang bisa dibadankan kepada badan, Jiwa Raga,
Sukma atau fisikal, psicological dan spiritual. Nah
Jasmani, Nafsani, Rohani itu juga membentuk suatu
hirarki, seperti piramida yang hubungannya sibernetik.
Dari bawah ke atas hubungan sibernetik itu dari bawah ke
atas itu hubungan condisioning--penyediaan situasi,
penyediaan persyaratan dan dari atas ke bawah
controlling, pengawasan. Nah dari hubungan sibernatik ini
jelas yang paling bawah adalah fisik, adalah jasmani,
kemudian yang tengah adalah nafsani, psikologis dan yang
ketiga yang tertinggi adalah ruhani. Nah hubungan
sibernetik itu mempunyai hubungan dengan masalah
ketertampakan, jadi the most feasibel ada yang fisik.
Kemudian the less feasible adalah yang ada kaitannya
dengan psikologis dan yang ruhani itu tidak bisa di
lihat, dan Al-Qur`an secara kategori mengatakan bahwa Ruh
itu urusan Tuhan--"mereka bertanya kepada engkau ya
Muhammad tentang Ruh jawablah bahwa Ruh itu utusan
Tuhanku," jadi no way untuk mengetahui Ruh kecuali
melalui berita. Dalam bahasa Arab berita itu nabaun dan
orang yang mendapatkan berita itu Nabi, jadi masalahnya
hanya berita saja, seperti kehidupan setelah mati apakah
ada atau tidak, itu kan hanya berita saja dan tidak bisa
dibuktikan. Karena tidak ada cara lain selain daripada
itu, tadi itu ada kata-kata yang penting sekali dari mbak
Karlina yaitu ada perkataan loncat, padahal pada satu
waktu tertentu kita itu harus lompat. Seperti misalnya
batas, itu sebetulnya susah, misalnya batas antara
Jakarta dan Bogor, nah seolah-olah dalam konsep ini bisa
di reduksi bahwa Jakarta dan Bodor tapi kenyataannya
dimana--jadi artinya sebetulnya semua yang dilakukan oleh
pengetahuan itu seperti dikatakan oleh Mbak Karlina
Leksono ada unsur reduksi dan ada juga unsur
reconstruksi. contruksi dan recontruksusi, maka dari itu
memang kemudian sering sekali kalau orang segan melakukan
lompatan ilmu pengetahuan menjadi kering. Nah dari
phisical, kemudia psycological dan spiritual itu tadi,
tadi saya katakan, bahwa cara sibernetik itu demikian
hubungan satu sama lain dalam suatu bentuk piramidal, nah
yang paling nampak ialah fisik, nah disini ada korelasi
dengan ilmu pengetahuan, oleh karena itu dari ketiga ini,
pengetahuan yang paling berkembang itu pengetahuan
mengenai fisik. Karena variabelnya juga pendek. Oleh
karena itu kemudian juga mengahasilkan pengetahuan
exakta, ecxact sciences atau hard science. Tetapi
mengenai psikologi, dan bahkan psikologinya bisa
diperluas menjadi hal-hal yang non pisik, seperti sosial
ekonomi dan sebagainya, itu menyangkut variabel yang
begitu banyak sehingga begitu banyak, sehingga ilmu
pengetahuan yang diperoleh dan yang dihasilkan itu adalah
soft science. Ilmu pengetahuan lunak yang daya
prediksinya itu lembek sekali, saya kira dalam KKA dulu
pernah saya singgung mengenai dialog kita dengan
Wolfinson, James Wolfinson itu presiden World Bank waktu
kesini, yang ketemu dengan dari beberapa puluh dari kita,
kemudian ada yang menggugat diantar kita itu. "Pak
Wolfinson, sampean ini ikut bertanggung jawab terhadap
krisis ini, Indonesia ini, lho kok begitu, ya, sampean
memuji terus Indonesia sebagai one of the increasing
middle cost, dan sebagainya itu. Dia mengatakan, ia,
memang saya selalu memuji Indonesia selama ini, dan
menurut saya pujian saya bertanggung jawab, berdasarkan
data-data ini-ini, saya memang mengagumi, tetapi saya
minta maaf, mungkin karena kelemahan saya dan staf saya
tidak seorangpun dari kami yang bisa meramalkan adanya
krisis ini. Lalu dia tantang, apakah ada diantara
saudara-saudara yang bisa meramalkan, ngggak ada yang
benarni mengatakan." Nah jadi krisis ini, betapun
magnitudenya begitu besar meliputi kehidupan dua ratus
juta orang lebih--unpredictable meskipun setelah terjadi
explainable, jadi to explain itu adalah fungsi dari
science, bukan to create. Nah kalau ilmu exakta atau ilmu
mengenai fisik itu mempunyai daya prediksi yang begitu
tinggi, sehingga kita bisa bikin mesin, mesin itu
sebetulnya hasil dari satu prediksi, "kalau saya
lakukan begini akan jadi begini, itu ialah karena
variabelnya pendek sekali. Tetapi kalau sosial, ekonomi,
politik dan sebagainya menyangkut variabel begitu banyak,
maka kemudian daya prediksinya itu rendah sekali."
Saya menyaksikan suatu peristiwa yang dramatis sekali
pada waktu sekolah di Chicago, tahun 1979 ketika Khomaini
menang, dengan begitu hebat oleh recovery International,
mengalahkan seorang shah yang sempat menyebut dirinya
Shahin Shah Aryamehr raja diraja cahaya bangsa aria,
sombong sekali orang itu. Dan ia adalah "darling of
the west, akibat hubungannya begitu bagus dengan barat,
dimana-mana ada lembaga-lembaga studi ke Iranian, Iranian
Studies, dan banyak sekali ahli Iran. Yang saya saksikan
sendiri adalah profesor saya namanya Marvizonis dia ahli
Iran betul-betul salah satu bukunya menjadi klasik waktu
itu namanya the political elite of Iran. Pada saat
Khomaeni sampai ke Teheran dan menang dalam revolusi yang
dilancarkan itu seluruh buku ahli-ahli Iran ini
absolutly--langsung nggak bisa dipakai. Karena apa?
karena buku-buku ini ditulis berdasarkan
variabel-variabel yang kebetulan mereka ada akses
kepadanya yaitu vicible variable, variable itu yang
nampak, sementara ada variable yang tidak bisa ditangkap
dan ironisnya biasanya justru mereka malu-mlu untuk
mengakui, yaitu variable batin, variable rohani.
Bagaimana menerangkan Khomaeni yang seperti itu? Bisa
mengalahkan seorang Shah yang katanya canggih segala
macam itu, kecuali kalau dengan menggunakan faktor
variable rohani. Nah jadi disitu mulai nampak, bahwa
memang banyak dari dalam hal ini yang kita sampai kesana
hanya kalau lompat. Nah dulu dalam bahasa kosmologinya
Islam itu thokhrokh, istilahnya, istilah, thokhrokh yaitu
lompat, diri loncatku. Seperti gerak ini, kita
menggerakkan tangan ini, beberapa detik, ini secara
teoritis, analitis itu bisa di bagi menjadi bagian-bagian
dari gerakan, dari satu detik bisa dibagi menjadi berapa
begitu infin desimel sehingga seolah-olah terdiri dari
satuan gerak, nah dari satuan gerak ke satuan gerak yang
lain itu terjadi apa? lalu terjadi teori thokhrokh, teori
lompat, karena tidak ada kotinuitas, sama saja dengan
dari Jakara ke Bogor itu ada satu lompatan. Oleh karena
itu kemudian, agama itu lompat, agama itu melompat,
ibaratnya agama itu begini, "orang bisa sampai ke
kesimpulan yang sama kepada hal-hal yang diajarkan agama
melalui proses-proses empirik, inilah yang juga diajarkan
dari qur'an, karena itu qur'an penuh dengan perintah
supaya kita memperhatikan alam ini. Salah satu surat yang
paling banyak dikutip, dibaca oleh para imam jum'at surat
itu, sabbihis itu kan disitu `afala yandzuruna ilal
iblikaifah faliqad--tidakkah manusia itu memperhatikan
bagaimana unta itu diciptakan dan bagaimana langit
ditinggikan, dan bagaimana bumi dihamparkan," nah
itu kan dorongan yang kuat sekali untuk memperhatikan
alam, maka dari itu sebetulnya, mungkin rada hiperbolik,
sebetulnya Mbak Karlina lebih dekat kepada Al-Qur`an
daripada ahli-ahli fiqih. Mengapa, karena ayat Kosmologi
itu penuh sekali di Al-qur`an, sementara ayat-ayat hukum
itu sebetulnya sedikit sekali. Artinya kalau kita mau
membaca Al-Qur`an yang paling banyak kitab hasilkan itu
sebetulnya Kosmologi sebetulnya itu--konsep mengenai alam
ini apa? Jadi ada suatu optimisme dari al-Qur`an, yaitu
kalau orang perhatikan alam nanti akan sampai kepada
kebenaran yang lebih dini yaitu ketuhanan. Dan itu
prosesnya adalah proses ratio, akal karena itu banyak
sekali keterangan mengenai ayat selalu diakhiri dengan
gugatan dan dorongan supaya kita itu menggunakan akal,
seperti--"Allah menerangkan ayat-ayatnya bagi mereka
yang berfikir menggunakan akalnya." Jadi ada
optimisme kepada akal di dalam al-qur`an itu yang akal
itu sendiri adalah fungsinya adalah just to explain.
Artinya sesuatu ada dulu baru diterangkan oleh akal. Nah
ada suatu hal yang tadi kita dapat dari mbak Karlina
yaitu bahwa untuk bisa hidup kita perlu karbon, dan untuk
ada karbon dunia itu harus berumur 10 milyar tahun paling
tidak, artinya wujud kita yang paling sederhana itu
menyangkut seluruh Jagad Raya, jadi kita itu sebetulnya
makhluk kosmis. Karena proses-proses yang terlibat untuk
kemudian membawa kepada keterciptaan itu meliputi proses
yang melibatkan seluruh kosmos, nah disini ada suatu
eskatologi, suatu pandangan masa depan dalam al-qur`an
yang bunyinya begini yang sering sekali dikutip oleh para
mubaligh dengan latar belakang hard science adalah
"sanurrihim ayyatina fil `afaqi wa fil anfusihim,
hatta yatabayyanahum anna al-haq, awwalamyad fi
birrabbika annamalaqulisyai`n syahid, akan kami
perlihatkan kepada manusia ayat-ayat-Ku
perlambang-perlambang-Ku di seluruh cakrawala--sebutlah
dalam makro kosmos, dan dalam diri mereka sendiri,
terjemahkanlah dalam mikro kosmos, sehingga akan jelas
bagi manusia bahwa dia itu benar," nah dia atau Khu
di situ bisa kembali kepada Tuhan sendiri dan bisa juga
kembali kepada agama. Kemudian, "Awwalamyad
fiibirrabika annamalaqulisya`in syahid, apakah tidak
cukup bagi kamu bahwa Allah jadi saksi atas
segala-galanya." Ini adalah suatu optimisme lagi,
jadi kalau disebut affaq disitu seluruh cakrawala
kemudian diri sendiri atau mikro kosmos, ternyata
kekompleksan diri kita sendiri tidak kalah dengan ke
kompleksan jagad raya. Secerdas-cerdas manusia di muka
bumi ini, belum tentu paham otaknya sendiri. Nah masalah
otak ini masih menjadi sesuatu yang
membingungkan--bagaimana kerja otak itu. Jadi kita
kadang-kadang diingatkah bahwa sebetulnya ya Tuhan itu
ada dalam dirimu sendiri. Kapan suatu ungkapan yang
berbau sufistik, tapi sebetulnya, maksudnya ialah--maka
ada perkataan sufi yang berbunyi, "barang siapa tahu
dirinya akan tahu Tuhannya." Nah ini tidak saja tahu
diri dalam arti at least tahu diri, dan itu juga suatu
hal yang sangat terpuji. Tapi kalau kita bawa kepada hal
yang lebih mendekati apa yang dikatakan mbak Karlina
mengenai Kosmologi, artinya tahu diri dengan segala
kompleksnya itu yang sampai sekarang belum paham. Nah,
jadi untuk hidup ini melibatkan seluruh jagad raya, oleh
karena itulah ada satu firman yang dalam al-qur`an yang
sepertinya "remeh"--kok Tuhan itu mengatakan
"Innalaha ...Allah tidak malu membuat nyamuk sebagai
perumpamaan," bahkan lebih kecil dari nyamuk pun
tidak malu. Karena waktu itu rupanya ada orang Quresh
Mekkah yang mengatakan "lho gimana kata
Tuhan--katanya Tuhan itu Maha Besar kok tiba-tiba bicara
tentang nyamuk." Nah ditempat lain Al-Qur`an
mengatakan, "hay manusia dengarkan ini ada
perumpamaan--manusia tidak akan bisa membikin seekor
lalat meskipun kerjasama seluruhnya," sebab dalam
seekor lalat itu sesungguhnya ada suatu yang Ilmu
Pengetahuan seperti apa yang dikatakan oleh mbak Karlina,
itu malu--shy away--yaitu hidup itu sendiri. Kita bisa
menciptakan mesin yang canggih sekali, mesin itu tidak
hidup, kalau toh hidup itu mesti menggunakan satu stock
yang sudah ada, itu tidak bisa menciptakan sendiri hidup
itu. Jadi secanggih-canggihnya dengan komputer yang hebat
itu, itu kan makhluk yang paling bodoh komputer itu,
karena kalau ditempeleng pun dia nggak bisa bela diri.
Tapi Pengu, semacam binatang yang kecil itu, ada ancaman
dia lari. Karena itu Tuhan menantang. OK silahkan bikin
nyamuk dan kerjasama seluruhnya, nggak bisa, jadi memang
selalu ada squent, maka dari itu yang patut kita
perhatikan ialah digunakannya perkataannya Alam, ayat,
lalu matsal yang artinya perumpamaan, semuanya digunakan
yang tadi disebut juga oleh mbak Karlina yaitu dalam
artian metafor, metafor itu digunakan untuk menerangkan
sesuatu yang tidak bisa diterangkan, termasuk Tuhan,
sebab Tuhan itu tidak bisa diterangkan, sebab
"wlamyakulahu kufuwan ahad," yaitu dalam surat
Al-Ikhlas, bahwa faham ketuhanan yang murni yaitu Kufuwan
Ahad itu. Katakan Muhammad Dia Allah adalah Maha Esa,
Allah yang tidak bisa diterangkan--transendental--kan
banyak sekali terjemahan Allahusomad itu. Padahal kita
berfikir itu kan karena ada asossiasi, dan asossiasi itu
berarti ada yang sama yang ada dalam diri kita itu, jadi
kalau kita menemukan sesuatu yang baru, kita tahu sesuatu
yang baru itu dan mengerti karena kita asossiasikan
dengan sesuatu yang sudah ada. Karena Tuhan itu tidak ada
perbandingannya, maka tidak mungkin diketahui. Oleh
karena itu agama Islam dan agama-agama yang lain tidak
mengajarkan tahu Tuhan--sama sekali tidak. Tapi yang
diajari oleh agama itu adalah mendekati Tuhan atau
taqarrub Ilallah. Memperoleh ridhonya, terkenannya. Maka
gnotisisme di dalam filsafat Yunani itu menjadi problem
dalam sejarah pemikiran Islam, karena mereka mengklaim
bisa mengetahui Tuhan. Nah jadi maka seluruh keterangan
dalam Qur'an mengenai Tuhan, itu harus dipandang sebagai
Matsal, sebagai ayat, sebagai perumpamaan, ketika Tuhan
disebutkan Maha Mendengar, itu kan ada unsur
antropomarfisma, ada unsur penyamaan Tuhan seperti
manusia. Ketika Tuhan disebutkan Maha Melihat--Tuhan itu
disebutkan punya tangan, Tuhan itu yadlullahi fauqa
aidihim--tangan Tuhan itu diatas tangan mereka. Kemudian
ada lagi "antara dua tangan Tuhan" bahkan
"bi aidin--Tuhan itu menciptakan Jagad Raya itu
dengan banyak Tangan," Jadi kalau kita berhenti pada
masalah bahasa saja dan memahaminya pada place value-nya,
maka kita akan terjerambab kepada satu anthropomorfisme
betul, karena kemudian akan mempunyai gambaran bahwa
Tuhan yang banyak tangannya kayak betara guru itu. Tapi
itu metafor, bahwa Tuhan bertahta diatas singgasana,
sehingga ada ayat kursi yang artinya ayat tentang
singgasana Tuhan. Yang disitu disebutkan bahwa singgasana
Tuhan itu meliputi Jagad raya--wasyiha qursiyuhussama
wati wal ard. Nah mengapa ada persoalan kursi dalam
penggambaran mengenai Tuhan. Karena orang Arab yang tidak
mempunyai kerajaan pada waktu itu sangat kagum dan
takut--hebat sekali melihat Kisrat dan Kaisar. Melihat
raja Persi dan raja Rumawi dan mereka duduk di atas
singgasana, dan Tuhan pasti juga seperti itu. Maka
kemudian ada kursi, ada ars, maka sebetulnya mengapa
semua yang disebut dalam Al-qur`an sebagai ayat, itu
sebetulnya semuanya dibalik itu ada sesuatu yang harus
kita pahami, nah itulah matsal. Termasuk surga, setiap
hari kita dengar gambaran mengenai surga, dan memang
Al-Qur`an penuh dengan masalah itu. Nah surga itu kan
perumpamaan, misalnya bahwa nanti orang-orang yang
baik-baik itu akan masuk surga dapat bidadari. Ya memang
pada waktu itu masyarakat ini sebagian besar adalah male
dominated oleh karena itu metafor-metafornya banyak
sekali menguntungkan orang laki-laki, tapi sebetulnya
ketika Nabi diprotes oleh para istrinya dan perempuan
Madinah, kenapa kok begitu bahasanya, maka kemudian turun
ayat yang sharing yaitu mukminin mukminat yang ditegaskan
bahwa itu semuanya sama. Nah gambaran-gambaran seperti
itu sebetulnya adalah matsal. Sekarang ada dua tempat
dimana Al-Qur`an dengan jelas--"perumpamaan surga
yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa ialah
mengalir sungai-sungai dibawahnya," sekarang mengapa
menggunakan "mengalir sungai-sungai
dibawahnya?" Karena orang Arab itu tahunya cuma
Oase. Oase itu adalah suatu gejala yang ada di padang
pasir dimana air itu mengalir di bawahnya kemudian
menyembul dan menimbulkan suatu komplek penghijauan itu.
Karena itu perkataan yang digunakan Jannah, nah Jannah
itu Oase--itu yang kitab terjemahkan dengan
surga--pepohonan yang selamanya berbuah juga selamanya
rindang, nah itulah tempat kesudahan bagi orang yang
bertakwa, sedangkan tempat bagi orang yang tidak bertakwa
adalah neraka yang kita terjemahkan dari Naar, neraka
dalam bahasa sansekerta itu artinya api juga. Kemudian
perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang
bertakwa itu ialah di dalamnya ada sungai-sungai dari air
yang tidak akan rusak, sungai-sungai dari susu yang tidak
akan berubah rasanya, kemudian sungai-sungai dari khamar
yang lezat bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu
yang murni. Dan mereka disana mendapatkan segala macam
buah-buahan serta ampunan dari Tuhan, tapi jangan lupa
bahwa ini semuanya matsal. Jadi kalau sempat muncul lagu
ada surga yang ada air susunya dan sebagainya itu its OK,
tapi harus disebut sebagai matsal sedangkan hakekat surga
yang sebenarnya ialah "maka tidak seorang pun tahu
bentuk ganjaran dirasakan untuk mereka dan dirahasiakan
untuk mereka--berupa sesuatu yang sangat menyenangkan
mata dan membahagiakan," ini adalah suatu terjemahan
dalam istilah bahasa Arab "qurrata`ayyun"--yang
artinya sesuatu yang membikin kita itu terpukau dan
senang sekali merasa bahagia, seperti anak kecil biasanya
lovely boy dan lovely girl--itu karena menimbulkan
perasaan cinta. Nah berdasarkan itu lalu ada hadist yang
sangat banyak dikutip yaitu bahwa Allah berfirman dalam
hadist qudsi--yaitu firman Allah tapi kalimatnya dari
Nabi, "aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh
sesuatu yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak
pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik
pada kalbu manusia," jadi tinggi sekali dan in
neverble jadi surga yang sebenarnya itu ya itu tadi, maka
seluruh gambaran dalam al-Qur`an mengenai surga itu harus
disebut sebagai ayat, matsal atau pun metafor. Karena
memang surga itu adalah suatu tempat dimana kehidupan itu
ruhani dan bahwa ruh itu sendiri adalah utusan Tuhan,
bukan urusan Ilmu Pengetahuan. Oleh karena itu mengahiri
ini, saya ingin menegaskan hal yang sudah diimplikasikan
oleh mbak Karlina yaitu bahwa melalui satu analogi bahwa
hidup kita ini sendiri yang memerlukan karbon dan
ternyata melibatkan seluruh jagad raya kalau hal yang
fisikal dan biologikal ini kita ganti dengan suatu yang
moral dan ethikal, akan terjadi seperti ini bahwa
ukuran-ukuran dalam hidup kita sehari-hari pun ada
hubungannya dengan kosmos. Sebetulnya itu yang ingin
ditujukan dan diraih oleh dorongan-dorongan Al-Qur`an
supaya belajar terhadap alam. Kemudian ada time plate
yang sama atau ada skema yang sama, maksudnya dibuktikan
dengan secara tekstual suci, dalam surat Ar-Rahmaan,
"Allah menciptakan langit (dan langit disitu dalam
bahasa Al-Qur`an bisa diganti dengan jagad raya) dan oleh
Allah ditetapkan hukum keseimbangan alam, (maka sebutlah
keseimbangan itu seperti yang diutarakan oleh mbak
Karlina adalah gravitasi yang membuat bahwa bumi itu
tetap pada porosnya), oleh karena itu wahai manusia kamu
jangan melanggar prinsip keseimbangan," nah setelah
itu masih turun lagi kepada level yang lebih praktis,
"maka tegakkanlah timbangan itu dengan jujur, dan
kamu jangan curang dalam timbangan, " jadi maksudnya
timbagan komersial itu. Jadi ada gradasi satu gerak turun
dari kosmologi ke pesan moral kepada hal yang sangat
praktis. Apa memang ada korelasinya, jelas pasti ada.
Timbangan yang kita pakai untuk menimbang gula
misalnya--itu kan bergerak karena hukum gravitasi.
Sehingga kalau kita curang dalam timbangan sebetulnya
secara moral melawan hukum kosmos. Jadi dosa kita itu
adalah dosa kosmis. Karena itu di dalam Al-Qur`an itu
secara tidak langsung ada dukungan kepada ide opposisi,
maksudnya begini--opposisi itu kan sebetulnya
penyeimbang. Opposisi yang dibangun secara formal
struktural itu kan hasil ijtihad politik modern. Padahal
dari dulu sudah ada, dimana-mana sudah ada kekuatan
penyeimbang. Selain yang saya katakan tadi itu, yaitu
penuturan kosmologi dari pesan moral kepada ajaran
praktis, juga misalnya 13 tahun Nabi di Mekkah di suruh
Tuhan tidak boleh perang, karena memang posisinya tidak
memungkinkan, akan tetapi begitu sampai di Mekkah Nabi
mendambakan izin perang dari Tuhan, maka diizinkan
perang, maka turunlah ayat di surat Al-hajj,
"diizinkan perang bagi mereka yang diperangi, karena
mereka diperlakukan secara zalim" jadi perang itu
diizinkan untuk mereka yang dizalimi, jadi tidak boleh
agresi--yaitu mereka yang dikeluarkan dari
kampung-kampung mereka--refrensinya disini adalah kepada
pengalaman Nabi dan para sahabat yang dikeluarkan dari
Mekkah untuk hijrah itu tanpa alasan yang benar, hanya
karena mengatakan Tuan kami adalah Tuhan itu. Kesimpulan
dengan mudah sekali adalah keyakinan agama tidak boleh
menjadi alasan penyiksaan, dan tidak boleh ada larangan
kepada agama, karena Nabi Muhammad dulu sudah menderita
itu, kemudian, "dan sesungguhnya Allah pasti mampu
membuat mereka itu menang (Jaya)," nah dalam
rangkaian ayat itu yang menurut hemat saya hilang dari
perspektif-perspektif kebanyakan Umat Islam, itu
dikatakan, "kalau seandainya Allah tidak mengimbangi
manusia satu dengan manusia yang lain, tidak menghalangi
sebagian manusia dengan manusia yang lain maka
biara-biara, gereja-gereja, sinagog-sinagog dan
masjid-masjid itu hancur oleh manusia, padahal di
tempat-tempat banyak disebutkan nama Tuhan." Artinya
tempat-tempat untuk melestarikan nilai-nilai ketuhanan.
Karena itu satu napas sebetulnya secara fiqih mudah
sekali diambil satu kesimpulan bahwa perang dalam Islam
itu untuk melindungi semua agama. Dan perang itu adalah
suatu bentuk beroperasinya balance of power. Ini pun
terbukti misalnya firman Allah SWT terutama mengenai
penuturan kemenangan Dawud terhadap Jaluth lalu berhasil
merebut Yerusalem yang di dalam Al-Qur`an dituturkan
sebagai kemenangan kebenaran terhadap kebathilan.
Penuturan itu diakhiri dengan satu statement di dalam
Al-Qur`an "kalau seandainya Allah tidak mengimbangi
manusia dengan manusia yang lain, dunia ini hancur,
tetapi Allah mempunyai kasih yang tak terbatas kepada
Umat manusia." Jadi salah satu bentuk kasih Tuhan
itu kepada kita adalah balance of power, yang soal ini
pernah diangkat oleh Henry Morgenthau dalam bukunya
Politic Among Nation: Balance of Power Politic. Itu
hubungannya dengan kosmologi, dengan hukum yang menguasai
kosmos yang disebut Mizan itu. Sekarang misalnya, mengapa
hingga saat ini kita selamat dari perang Nuklir, padahal
stok Nuklir begitu banyak, sehingga kalau diledakkan
semuanya satu dunia nggak cukup, harus ada tujuh dunia
untuk bisa rusak itu--itu semua karena ada keseimbangan,
jadi kita harus berterima kasih kepada Rosenberg Suami
istri, yang ketika itu Amerika mulai bisa membuat bom
atom rahasianya di kirimkan ke Russia oleh suami istri
ini yang dituliskan ke dalam kertas yang tipis sekali
kemudian dimasukan kedalam batang pensil yang sudah
dilubangi, dan dikirimkan ke Russia sebagai sovenir. Maka
Russia pun bisa membuat bom atom, maka terjadilah
eskalasi--perimbangan sampai kepada titik (yang dalam
jargon internasional) Nuclear still Mate, artinya
masing-masing sudah nggak berani menggunakan, maka
manusia selamat, kalau seandainya Bom Nuklir itu dikuasai
oleh Amerika Serikat saja, hancur dunia. Pada waktu
pesawat Enolaygay membom Hiroshima dan Nagasaki itu
sebetulnya ada persoalan moral--sebetulnya para strateg
Amerika mengatakan, ini sudah ada Bom Atom, berkat
Manhattan Project di Chicago itu yang dipimpin oleh
Enrico Fermi (gurunya Ahmad Baiquni)--itu sebetulnya para
strateg Amerika itu--berpendirian bahwa Jepang itu untuk
mengakhiri pengorbanan yang kelewatan Jepang itu hanya
mau ditakut-takuti saja ..... ..... begitu pula Atol, bom
itu. Ternyata nanti ada jenderal-jenderal the Hawkies,
jenderal-jenderal berjiwa Elang, yang tidak puas dengan
itu, lalu dijatuhkan di Hiroshima, sebuah kota industri
yang padat sekali penduduknya, dan tidak cukup sekali,
malahan dua kali dengan dijatuhkannya kembali di
Nagasaki, jadi dimana pertimbangan moral itu, itu kan
sampai sekarang disesali di Chicago itu. Kalau kita pergi
ke Universitas Chicago, sustained reaction itu pertama
kali ada disana, itu setiap tanggal jatuhnya Bom Atom
itu, itu ada upacara penyesalan di sekitar patung Jamur
Nuklir di tempat dulu bisa dibuktikan chains reaction
itu. Jadi artinya kalau seandainya Amerika menguasai Bom
Atom dunia ini sudah lama hancur, mungkin orang Amerika
mempunyai ilusi bahwa mereka bisa survive, tidak, mereka
sendiri akan hancur, nah kita sekarang selamat karena
perimbangan ini. Nah, dalam Al-Qur`an itu bagian dari
Kosmologi, itu seluruh hukum keseimbangan, maka negara
pun kalau nggak ada balances of politic akan hancur. Nah
Indonesia itu kayak begini ini karena tidak ada opposisi.
Karena tidak ada opposisi, maka korupsi tidak ada yang
pernah bilang--tidak ada yang berani mengatakan eh anda
kan korup! Nggak bisa, lalu merajalela tanpa terkendali,
itu sebetulnya begitu, tapi karena hukum Tuhan itu
objectif imutible, tetap akan beroperasi, kalau tidak
seperti halnya air mengalir kalau tidak disalurkan dengan
baik, dan dibendung, akan jebol juga. Nah itu yang
menimbulkan krisis yang akan membawa korban yang jauh
lebih besar.
Tanya Jawab
Ada dua penanya yang menunjukkan pertanyaan sekitar
lompatan atau takhrakh adalah satu ide yang sebetulnya
dikembangkan dalam pemikiran Islam klasik oleh kaum
Mutazilah, oleh karena itu sudah disebut oleh satu
kelompok maka dengan sendirinya melibatkan pro dan kontra
karena memang merupakan suatu teori yang rumit, jadi
sebetulnya ada sangkut pautnya dengan atomisme, sesuatu
itu bisa dipecah-pecah sampai kepada bagian yang sangat
kecil yang tidak terhingga termasuk peristiwa--misalkan
gerak tangan, itu bisa didekati secara atomistik, sebab
gerak tangan dalam beberapa detik itu pun bisa
dibagi-bagi sedemikian rupa sehingga terjadi secara
imajiner, adanya deretan dari unit gerak yang tidak
terpecahkan lagi. Nah, hubungan dari satu atom ke atom
itu terjadi satu lompatan, jadi ada semacam lompatan
seperti misalnya gedung ini memang suatu kesatuan, akan
tetapi kalau kita lihat dari bata-bata merah yang
seolah-olah atomnya itu, maka hubungan satu bata dengan
bata yang lain itu, ada notnya itu adalah lompatan.
Memang satu teori yang sulit sekali sehingga diledek oleh
Ibnu Taymiyyah--misalnya itu adalah salah satu dari tiga
keajaiban ilmu kalam, yaitu takhrakh yaitu teori
lompatan, kemudian teori Kasb Ashari, kemudian teori
bahwa Tuhan itu sebelum dan sesudah mencipta itu kutub
sama. Menurut Ibnu Taimiyyah nggak masuk akal, menurut
Ibnu Taymiyyah kalau alam itu ada permulaan itu berarti
ada satu masa ketika Tuhan itu belum mencipta, dan
setelah itu baru diciptakan--jadi Tuhan berubah dari
tidak menciptakan menjadi mencipta, tapi ada satu teori
juga bahwa Tuhan tetap sama saja sebelum dan sesudah
mencipta sehingga bagi Ibnu Taimiyyah itu membingungkan,
nah ini melibatkan polemik-polemik klasik yang sebetulnya
itu muncul lagi dalam pemikiran modern--seperti misalnya
dalam sebuah buku "Kalam: Cosmological Arguement
dari William Craigh," jadi argumen kosmologis
menurut Ilmu Kalam yang sayangnya didalam buku itu banyak
sekali rumusan matematis yang saya kurang mengerti, akan
tetapi dari konklusinya disitu menarik sekali bahwa buku
itu mendukung teori-teori Al-Ghazali. Nah, kalau tadi
seperti disebut-sebut beda Al-Ghazali dengan Ibnu Rushd,
dia lebih cenderung mendukung Al-Ghazali. Nah lompatan
dalam arti moral spiritual itu adalah sesuatu yang
terjadi pada diri kita yang tidak bisa diterangkan yang
tiba-tiba kita terhantar begitu saja kepada satu
kebenaran yang sebetulnya di balik itulah istilah
Lailatul Qadar itu yang kita peringati setiap
tahun--adalah suatu momen yang dilukiskan sebagai lebih
baik daripada 1000 bulan dan itu kurang lebih seumur
hidup manusia hidup. Jadi itu satu momen yang
mempengaruhi seluruh hidup kita. Nah, contoh lompatan itu
misalnya, ini lagi-lagi hubungannya dengan musik ibu
Marusya Nainggolan, saya jadi ingat Einstein, lagi-lagi
Einstein juga nama yang banyak disebut dalam diskusi kita
disini. Agaknya Einstein itu walaupun orang Yahudi pernah
mengalami satu masa dia itu sangat skeptis mengenai
Tuhan, dan dia sebetulnya itu tidak mengatakan bahwa dia
itu beragama secara formal, akan tetapi suatu saat dia
menyaksikan musik di Broadway waktu itu soloisnya adalah
Yehudi Menuhin--waktu itu masik kecil sekali dan
permainannya begitu luar biasa, sehingga kemudian
Einstein itu teriak, "sekarang saya percaya bahwa
Tuhan itu ada," jadi hanya karena medengarkan musik
itu, sebab dia itu bisa membayangkan bagaimana anak
sekecil itu bisa memainkan biola seperti itu--nah itu
yang saya maksudkan lompatan, dan sebenarnya banyak
sekali dalam hidup kita itu melakukan lompatan-lompatan
seperti itu, nah itu sebetulnya yang disebut dengan
Lailatul Qadr. Kan dalam dunia keseharian, ketika
tiba-tiba menemukan suatu ide tanpa melalui proses
kalkulasi rasional, itu adalah lompatan instink atau
intuisi itu lompatan, nah kalau itu dilakukan secara
sadar, maka buntutnya itu iman. Tadi saya katakan bahwa
kalau disusun tiga komponen, Jasmani, nafsani dan ruhani,
yang paling nampak ialah jasmani karena itu bisa di
obsevasi, maka seluruh ilmu pengetahuan itu disini begitu
kita naik ke tingkat nafsani atau psikologis atau
jiwa,--nah ketika berpindah dari jasmani ke nafsani saja
itu ada lompatan, misalnya begini: berfikir itu apakah
gejala fisikal ataukah gejala psikologikal? Kenyataan itu
bahwa kegiatan berpikir itu melibatkan otak dengan
konsumsi oksigen dan sebagainya, maka bisa disebut
sebagai gejala fisikal, tetapi kenyataan bahwa tidak
semua orang yang mempunyai otak itu berfikir, bahkan
banyak sekali orang yang otaknya sangat segar karena
jarang digunakan, maka itu gejala psikologis, jadi ada
borderline yang tidak jelas sesungguhnya. Nah ketika kita
mengambil kesimpulan bahwa ini adalah "ini"
maka disitu telah terjadi lompatan juga. Jadi maksud saya
itu bahwa hal ini membawa kepada satu apresiasi tentang
kepada lompatan, jadi tidak seluruhnya dalam satu garis
yang kontinuum yang konsisten itu terjadi satu lompatan,
nah beragama itu sebetulnya adalah lompatan. Jadi begini
sebetulnya manusia itu sudah dibekali--seperti yang tadi
dikatakan oleh Mbak Karlina mengenai adanya asumsi
metafisik nah ini ada kaitannya dengan yang sering kita
diskusikan menganai perjanjian primordial. Kita itu
terikat dalam suatu perjanjian primordial dengan Allah
SWT, dalam satu firman Tuhan yang menggambarkan sebelum
kita lahir dipanggil oleh Tuhan untuk diminta kesaksian.
Bahwa Allah SWT yang akan kita sembah--lalu kita bilang
yah, dan itu semua terjadi dalam alam Ruhani sehingga
ketika kita lahir bakat kita yang paling mendasar itu
adalah berbakti, bakat menyembah--yang kalau tidak
disalurkan dengan benar itu akan menimbulkan sumbermala
petaka karena kita akan menyembah apa saja--yang dalam
difinisi sosiologi agama oleh Rudolf Otto disebut sebagai
Misterium, Tremendum dan Facsinan. Karena itu lalu
syrik--ada Tuhan Anthropologi, sehingga Tuhan
anthropologi ini menyesatkan maka harus dibunuh semua,
cara membunuhnya bagaimana, ya dinyatakan saja La
ilahailallah, tuhan itu tidak ada kecuali Allah yang
suci. Maka dari itu agama mengajarkan bahwa kepercayaan
itu dimulai dari yang negatif dulu. Karena persoalan
manusia adalah bukanlah persoalan tidak percaya kepada
Tuhan, tapi persoalan manusia itu persoalan percaya
kepada Tuhan tapi kemudian keliru dan kelewat banyak.
Oleh karena itu di bunuh semua, jadi Nitzsche dalam
pernyataannya God Is Dead itu benar, kalau konsep
mengenai Tuhan itu salah--jadi Tuhan dalam konteks
Nitzsche itu benar harus mati. Di dunia ini banyak sekali
bangkai Tuhan, nah itu karena proses Lailahailallah yang
salah. Jadi ada assumsi metafisik, maka sebetulnya
manusia itu--bisa diteruskan dengan menumpang melalui
istilahnya mbak Karlina tadi, bahwa assumsi metafisik
dapat membawa kepada perjanjian primordial, sudah
beragama tetapi--dan assumsinya kalau dia memahami
hidupnya sendiri secara empirik terus menerus begitu dia
akan sampai kesana. Akan tetapi kalau itu yang harus
dilakukan manusia, itu akan memakan waktu yang lama
sekali oleh karena itu akan terjadi lompatan dengan
diturunkan saja agama atau ajaran dari atas. Maka dalam
teori Islam ajaran agama itu adalah fitrah yang
diturunkan dari langit, jadi ada fitrah yang diciptakan
oleh diri sendiri, dan ada reveal fitrah. Maka dari itu
semua agama itu adalah perjanjian. Jadi reenforcement
dari satu perjanjian primordial tadi itu. Nah tapi itu
tadi, kalau orang itu dibiarkan hanya mencari sendiri,
yang notebene memang bakatnya sudah ada di dalam dirinya,
itu akan lama dan bisa tersesat oleh karena itu kemudian
diajari saja oleh Tuhan, maka terjadi lompatan--sama saja
dengan kita beli mobil--untuk mengerti mobil kita itu ya
kita lihat tiap hari dan kita pelajari, kan ada cara yang
lebih gampang, baca saja manualnya. Jadi manual yang
diberikan kepada kita oleh pabrik itu, kan sama dengan
agama, agama melalui kita suci itu adalah manual untuk
hidup kita. Meskipun kalau kita hanya berpegang pada
manual, mungkin kita tidak bisa memperbaiki mobil, jadi
harus ada eksperimen dulu, oleh karena itu harus ada
observasi kepada alam. Nah disinilah Al-Qur`an itu
terimalah agama, perhatikan alam. Nah orang Islam sampai
saat ini lebih menerima agama tapi tidak memperhatikan
alam, karena itu kemudian menjadi ada gap, gapnya itu
jauh sekali. Tapi dulu itu tidak demikian, nah itu yang
dimaksud dengan lompatan. Nah mengenai manusia tujuannya
itu, saya akan menumpang melalui mbak Karlina--lagi-lagi
lompatan, kalau menurut Al-Qur`an secara lompat bahwa
manusia itu tidak sendiri--banyak sekali makhluk di alam
raya ini, salah satu kutipan saya, "kepunyaan-Nyalah
siapa saja yang ada langit--siapa saja itu adalah
terjemahan dari "man."" dan itu adalah
rujukan kepada suatu makhluk hidup--bahkan berakal kalau
"man" itu kemudian lanjutannya "semuanya
tunduk dan patuh kepada-Nya--semuanya itu adalah
Islam," Islam itu kan artinya tunduk secara
generik--sebelum menjadi nama sebuah agama seperti yang
kita anut yang artinya tunduk kepada Tuhan. Maka ketika
Al-Qur`an itu menggugat manusia, "mau cari agama
apa?--Apakah mereka mau mencari suatu sistem yang tunduk
selain tunduk kepada Tuhan. Padahal kepada Tuhan itu
sudah tunduk semua penghuni langit dan bumi,"
manusia itu is not than unique, oleh karena itu ketika
ada indikasi kecil sekali--yang notabene masih perlu
dibuktikan lebih lanjut--bahwa di Mars ada kehidupan
karena ada sebuah fosil yang tersimpan di dalam sebuah
meteor, itu kan heboh seluruh dunia itu, maka
majalah-majalah internasional itu semuanya menjadikan
laporan headline sebagai laporan utama dan salah satunya
itu "we are not alone in the Universe" beeing
not alone saja sudah mengejutkan, padahal menurut
Al-Qur`an itu kita memang tidak sendirian kok di alam
raya. Tetapi kalau disebut kita sendirian lalu kita
bayangkan ada sebuah planet lain yang seperti bumi di
tempat lain atau ada makhluk lain yang disebut Al-Qur`an
sebagai "man" sebagai makhluk hidup yang
berakal itu--yang menurut Carl Sagan kita tidak usah
membayangkan makhluk itu seperti kita--kita ini kan anak
bumi, artinya keadaan fisik dan psikisnya itu karena
requirement dari kondisi bumi. Mungkin ada suatu planet
yang kondisinya sedemikina rupa sehingga requirementnya
hidup itu lain sekali dengan disini. Jadi semuanya bisa
dibayangkan. Sedangkan ikan saja, antara yang di air
tawar dan di air asin karena itu dalam bukunya Martin
Lings dia mengarang buku yang bagus sekali yang berjudul
"Simbols and The Architype" jadi simbol dan
arti makna yang sebetulnya, misalnya Al-Qur`an, Al-Qur`an
itu sebetulnya adalah simbolisasi dari satu architype
yang disebut di dalam al-qur`an sendiri sebagai kitab
yang tidak bisa disentuh kecuali oleh orang suci kecuali
di laukh ma`fudh--itu namanya architype. Kemudian ada
simbolnya, nah demikian juga agama itu merupakan suatu
sistem simbol, maka dia memerlukan suatu pemikiran yang
begitu rupa sehingga kemudian Al-Qur`an itu banyak
menganjurkan supaya kita berfikir, nah jadi disitu ada
kontinuitas sebetulnya. Ketika kita berfikir saja, belum
tentu sampai kepada agama dan harus dilakukan dengan
sedikit melompat. OK Kemudian mengenai nasuth, malakuth,
jabaruth dan lahuth itu--"nasuth dan lahuth itu
seperti yang biasa diterangkan orang adalah alam
kemanusiaan dan alam ketuhanan, alam Insani dan alam
Ilahi." Kemudian malakuth dan jabaruth itu kurang
lebih "somewhere ini beetwen." Nah malakuth
terang ada hubungannya dengan malaikat, dan ada juga
hubungannya dengan mulk yaitu kerajaan. Nah disini
simbol-simbol tentang kerajaan Ilahi, kerajaan Tuhan dan
sebagainya itu, dan disitu ada tersimpan juga pengertian
tentang kemahakuasaan Tuhan. Jadi malakuth menyangkut
dengan apa yang disebut teori tentang malaikat,
perbincangan mengenai malaikat yang di dalam al-qur`an
puitis sekali, "kamu lihat malaikat itu
berkeliling-keliling sekitar singgasana Tuhan sambil
bertasbih memuji Tuhan dan mereka selalu diselesaikannya
persoalannya dengan adil dan semuanya mengucapkan
Alhamdulillahirabbil `alamin."
Wassalam.
|