AS ('Alaihis-Salam)
Begitu 4 pesawat
itu menghancurkan gedung kembar WTC, restorasi
bangunan Pentagon, meskipun yang di Pensylvania
meleset - yang pertama-tama di-recover oleh
William Bush, presiden AS, bukan kerugian fisik
dan banyaknya korban jiwa - melainkan citra bahwa
Amerika Serikat adalah identik dengan demokrasi.
Bush langsung berpidato dan sibuk berfilsafat
bahwa 'kamikaze' sedahsyat apapun bisa
menghancurkan gedung-gedung, namun tidak akan
bisa menyentuh fundamen negara Amerika Serikat,
yakni makna demokrasi.
Alhasil, AS adalah demokrasi, maka serangan
kepada AS adalah serangan kepada demokrasi.
Demokrasi adalah 'agama' satu-satunya yang sah di
abad 20-21 ini, maka siapa menyerang 'agama' itu
pasti iblis, 'evil' - demikian Bush menyebutnya.
Pokoknya siapa saja yang memusuhi AS, pasti
salah, pasti orang jahat, pasti anak turunnya
setan.
Bahkan seandainya di abas 20-21 ini Tuhan masih
memperkenankan ada Nabi, tak pelak lagi pasti
orang Amerika Serikat. Bisa jadi setiap presiden
AS adalah Nabi yang bergantian, karena setiap
sabdanya pasti menjadi kiblat 'ibadah' dan
perilaku semua orang di muka bumi. Coba, kalau
orang Islam menyebut Nabi, misalnya Sulaiman atau
Musa, pasti pakai "alaihissalam",
disingkat AS.
Seandainya Bush mengerti cara berpikir sufisme,
dia bisa lebih nggaya lagi dengan menyatakan rasa
syukur kepada Tuhan yang telah memberi kesempatan
kepada AS untuk lebih meningkat kemuliaannya di
muka bumi; juga berterima kasih kepada
setan-setan pembajak, bahwa gara-gara pengorbanan
setan-setan itu maka makin tampak bahwa Amerika
Serikat adalah 'Nabi' dunia ultramodern. Kalau
tidak ada kegelapan, cahaya tidak menonjol
perannya. Kalau tidak ada iblis setan, malaikat
dan manusia tidak tampak kemuliaannya. Kalau
tidak pembajak penghancur WTC, tidak terasa
sucinya Amerika Serikat.
Seluruh pers di muka bumi sekarang harus memuat
sebuah cara berpikir, yang meskipun
berputar-putar entah sampai mana, tapi
kesimpulannya begini: "Tuhan telah
mentakdirkan diciptakannya manusia-manusia baik
dan mulia, contohnya pemerintah Amerika Serikat
dengan segala jaringannya. Dan agar kehidupan di
bumi ini bisa hangat oleh dialektika antara yang
baik dengan yang buruk, maka Tuhan juga telah
mentakdirkan diciptakannya makhluk-makhluk yang
jahat, buruk dan dungu alias goblog, yang suka
iseng dan tanpa sebab apa-apa menghabiskan
waktunya untuk mempelajari segala yang diketahui
oleh pilot-pilot, kemudian membunuh dirinya
dengan mengambil-alih kendali pesawat dan
menabrakkannya di gedung-gedung."
Satu-satunya kepandaian para setan teroris itu
adalah ketepatannya menghitung segala yang
bersangkutan dengan lalulintas udara di Amerika
Serikat. Serta keberaniannya melakukan serangan
ketiga sasaran pokok. Gedung Putih sebagai
sasaran politik. Pentagon sasaran militer. Dan
WTC sasaran ekonomi. Tentu karena iblis juga
punya wawasan intelektualisme bahwa ada
supra-kekuasaan yang telah dan sedang memperbudak
seluruh penduduk bumi, yang mencuci otak ummat
manusia dengan konsep yang mereka sebut
globalisasi, yang membohongi mereka secara
ideologis, memperbudak secara ekonomi dan menekan
secara sangat halus secara politik. Kalau Anda
menjadi presiden Indonesia, Anda pasti tahu itu,
tapi daripada melakukan perlawanan jangka panjang
yang memerlukan partisipasi komprehensif dari
semua pihak tak hanya secara nasional tapi juga
internasional - mending waktu 5 tahun
kepresidenan Anda pakai untuk berdagang dan
menjaga nama baik dalam atmosfir globalisasi itu.
Masalahnya sekarang adalah siapa gerangan yang
berani menyerang Amerika Serikat? Jawabannya:
harus orang Islam. Gampang nanti dicarikan dari
sisi jaring negara-negara teroris yang sebelah
mana: bisa ekstremis Palestina, bisa anak buahnya
Saddam Husein, atau siapa tahu Gaddafi dan Iran
diam-diam masih punya dendam. Dan yang paling
masuk akal tentulah Osamah ibn Laden. Masuk akal
dari sudut finansial, jaringan, militansi dan
kecenggihan modernnya.
Perarl Harbour seri-II ini adalah peluang besar
bagi AS untuk semakin meluluh-lantakkan citra
Islam di dalam sejarah. Sekarang perusakan citra
Islam tidak hanya bisa dilakukan melalui wacana
keilmuan dan produk budaya, tapi ada bahan yang
lebih cespleng. Seandainyapun peristiwa 11
September 2001 itu adalah soal intern AS, tetap
harus dicarikan keterkaitannya dengan
ketidakbenaran Islam dalam kehidupan.
Semua korban peristiwa dahsyat beberapa hari yll.
itu tentulah "tidak punya kewajiban"
untuk ditimpa bencana seperti itu. Kita doakan
mereka masuk sorga tanpa dihisab oleh Allah.
Mudah-mudahan pengorban mereka itu berbuah bagi
perbaikan kesadaran dunia baru di masa yang akan
datang.
Dan tentu saja, jangankan menabrakkan pesawat ke
gedung yang dihuni puluhan ribu manusia.
Sedangkan tidak mau tersenyum kepada tetangga
saja suatu dosa. Orang memukul orang pasti dosa,
tapi ndilalahnya di dunia ini hampir tidak ada
orang yang tiba-tiba saja memukul orang tanpa
sebab apa-apa. Para pembajak yang menabrakkan
pesawat ke gedung tinggi itu terlalu hebat untuk
disebut orang iseng, terlalu perfect langkahnya
untuk disebut orang jahat bawaan lahir, dan
terlalu canggih technological fight-nya untuk
disebut orang gila.
Tentu ada sebab yang panjang yang mendalam yang
melatarbelakanginya. Betapa arif pimpinan Hamas
Syekh Ahmad Yasin yang berkata: 'Sekarang saatnya
Amerika Serikat menilai kembali posisinya di
hadapan makhluk seluruh dunia' .***
|