MENU ARTIKEL



Personal Photos

Halaman Utama

8 Calon Presiden

Saya mendengarkan pembicaraan beberapa orang mengenai delapan calon presiden pengganti Megawati Sukarnoputri. Terserah apakah Agustus nanti sudah akan ada tanda-tanda keadaan nasional yang terkait dengan 8 jago yang sedang dielus-elus ini, ataukah bangsa Indonesia akan menunggu situasi yang wajar saja sampai akhir formal jabatan presiden yang sekarang.
Dunia semakin menjadi satu negara dengan satu otoritas pemerintahan yang nyata berkuasa meskipun secara konstitusional tidak demikian tampaknya.
Dalam kisah Mahabharata ada kesatuan negara-negara yang bernama "Samrat Pandawa", di mana Prabu Kresna yang tak menduduki jabatan formal apapun tapi nyata berkuasa atas Raja-Raja dan Negara-Negara. Samrat itu semacam persekutuan atau koalisi persemakmuran - misalnya seperti semua negara bekas jajahan Inggris berkumpul dalam lingkaran perjanjian persemakmuran semacam itu.

Salah satu negara, yang dalam KTT-Samrat diwakili oleh Patih alias Wapres Supala, mencoba mengemukakan kepada Prabu Kresna aspira sinya untuk hidup mandiri sebagai sebuah negara sesuai dengan falsafah dasar nilai demokrasi. Koalisi pimpinan Kresna merasa terganggu oleh kemerdekaan salah satu tetangganya, dan yang lebih parah adalah Patih Supala menentang Kresna terang-terangan di depan orang banyak.
Ini mempermalukan figure yang kekuasaannya berada di atas kekuasaan para Raja dan presiden. Ini pelecehan, penghinaan, subversi dan suatu jenis terorisme. Maka Prabu Kresna tidak banyak cakap. Ia berdiri dan menantang duel si Supala. Semua keluar gedung KTT, menyaksikan duel antara raksasa Kresna dengan teri Supala. Tentu saja tak sampai satu ronde ultimate fight ini berakhir dengan kematian Wapres Supala.
Supala tidak hanya kalah politik dan militer, tapi juga kalah wacana, kalah citra, kalah persaingan public-opinion. Supala boleh berargumentasi tentang kemerdekaan adalah hak segala bangsa, tentang demokrasi dan hak asasi. Tapi Kresna bisa memenangkan perang wacana dengan menyebut Tata Dunia Baru, Kerjasama Perdagangan Mondial, Globalisasi dan persatuan seluruh umat manusia. Sehingga Negara Supala jadi tampak egoistic, a-sosial, tak mau berdialog dan tidak mau menerima aspirasi internasional tentang pilihan demokrasi.

Supala yang lain yang misalnya bernama Ja'far Umar Thaliban boleh berargumentasi bahwa yang dilakukan pasukannya di Maluku tidak ada hubungannya dengan konflik agama Islam-Kristen, melainkan menerapkan nasionalisme dan ideologi negara kesatuan Republik Indonesia, dengan memerangi separatisme kelompok Republik Maluku Selatan. Tapi Kresnalah yang berkuasa. Apa yang diumumkan oleh staf-staf Kresna melalui media-medialah yang dipercaya oleh khalayak ramai.
Apalagi sesekali Supala-Supala sering omong tentang Khilafah Syariat Dunia. Meskipun Kresna sendiri sedang menerapkan khilafahnya atas seluruh dunia, tapi satu-satunya kebenaran yang boleh berlaku adalah Khilafah Kresna.
Bahkan demi demokrasi dan HAM Kresna, Pendeta Durna boleh secara licik dan manipulatif membunuh Bambang Ekalaya yang sebelumnya berhasil membunuh Arjuna. Karena Arjunalah yang akan dijadikan 'presiden' maka ia dihidupkan kembali, sementara Ekalaya yang membunuhnya justru yang harus gantian mati. Tidak perduli bahwa dalam peperangan antara Arjuna dan Ekalaya itu sebabnya adalah karena Arjuna nggangguin istri Ekalaya.

Dalam rekayasa kekuasaan Tata Dunia Baru Kresna, yang menjadi pemimpin bukan yang memenuhi kualifikasi nilai-nilai yang dibutuhkan oleh rakyat suatu negeri. Yang dijadikan presiden adalah yang dikehendaki oleh Kresna.
Maka di antara delapan calon presi den kita yang akan dating akan dilihat-lihat siapa yang kira-kira paling persuasive dan marketable bagi kepentingan Kresna. Sekarang semua jago dielus-elus, ditimbali satu persatu dan difasilitasi untuk sowan dan berunding di kratonnya Prabu Kresna.
Lha kita semua sebagai penggemar wayang, tinggal menunggu adegan demi adegan. Syukur-syukur Anda ditiup angin dan terjerembab ke dalam kotak wayang, sehingga sedikit-sedikit bisa mendengar sesuatu di dalamnya.

Calon kedelapan baik dan kalem, pernyataan dan sikapnya sangat hati-hati, sehingga kelak tidak kentara apakah beliau ini pahlawan atau pengkhianat. Gagah dan ganteng orangnya. Kalau difoto jejer Clinton dan Albright tidak memalukan.
Calon ketujuh juga kalem dan lumayan berpengalaman di medan perang politik meskipun sesungguhnya ia tidak pernah secara formal menjadi politisi atau mengurusi politik. Bahkan kumpulan yang dipimpinnya tegas-tegas ia nyatakan tidak berpolitik dan memfokuskan diri sebagai gerakan kebudayaan dan moral.
Calon keenam sudah cukup dikenal malang melintang di sejumlah pemerintahan, duduk di kursi yang selalu tinggi. Beliau ini memiliki kelompok yang awalnya bermaksud melakukan semacam reinkarnasi dari kekuatan politik masa silam. Tapi karena pekerjaan semacam itu tidak gampang, maka kumpulannya pecah, sementara beliau sendiri harus mengutamakan karier pribadinya yang jangan sampai dirusak oleh pertengkaran-pertengkaran internal dengan rekan-rekannya.

Calon kelima pernah sangat diharapkan sejumlah kalangan masyarakat untuk banyak berperan, meskipun itu bukan karena kapasitas atau kebesaran pribadinya, melainkan karena symbol dan mitos-mitos yang menyertainya.
Calon keempat banyak mendapat simpati dari berbagai kalangan karena selalu tampil elegan, hati-hati dan cukup pintar. Kontrol diriny sangat kuat karena terdidik secara matang untuk itu. Sangat menjaga wajahnya, emosi dan kata-katanya. Tapi tidak gampang bagi beliau untuk naik ke kursi paling atas, kecuali kebesaran eksistensinya bisa menutupi asal usul institusionalnya.
Calon ketiga sangat meriah dan lincah sehingga oleh sahabat karibnya sendiri digelari selebritis politik atau bintang film. Pintar memberi senggaan-senggaan setiap terdengar nada atau lagu tertentu. Dari perhitungan astrologi, beliau ini yang paling moncer bintangnya 3 -4 tahun ke depan sejak sekarang.
Calon kedua sangat-sangat mumpuni ilmunya, tapi lemah élan kepemimpinannya, tidak bisa dekat dengan orang, hampir tidak pernah mengenal lapangan bawah, pergaulannya tertentu saja - sehingga tidak banyak pula dosanya.
Calon pertama amat sangat menarik, pelupa, mereaksi apa saja selalu dengan emosi, dan sangat menyukai berita negatif.
Ah... Anda milih siapa dan saya milih yang mana? Urut-urutan kedelapan calon itu boleh dibolak-balik. Saya setuju siapa saja di antara mereka yang akan menjadi pemimpin saya di negeri ini. Sebab kewajiban saya hanya satu: berjuang untuk menjadi warganegara dan rakyat yang baik.***