SIKIM
Posted
on 2002/8/1 18:13:03
Sidang Tahunan MPR sudah bergulir. Media sibuk
meliput, wawancara dan mengekspos. Para Pakar
habis-habisan memeras akal untuk membaca,
nguping, menyelami, menganalisa dan
mengungkapkan. Anda sibuk apa? Konsentrasi
perhatian dan pikiran Anda berapa persen yang
Anda peruntukkan bagi ST MPR ini?
Demi Allah, sesungguhnya apa yang sedang
diributkan di Senayan masih belum sungguh -
sungguh ada hubungannya dengan tema-tema yang
secara mendasar dibutuhkan oleh kebanyakan
rakyat. Rakyat yang merupakan pemilik tanah air
ini belum dijadwalkan sebagai agenda utama
persidangan. Urusan mayoritas penduduk negeri ini
bukan sesuatu yang dicemaskan dan diperdebatkan
oleh wakil-wakil mereka.
Sidang orang-orang berdasi di menara gading
Republik Indonesia itu tidak relevan terhadap
peningkatan kemudahan hidupmu, dengan keamanan
beras dan sekolah anak-anakmu. Yang sedang
dipergunjingkan dengan biaya mahal di ruang-ruang
mewah itu adalah perebutan senjata politik
ekonomi untuk menjadi pusaka masa kini dan masa
depan bagi golongan yang memenangkannya, atau
bagi beberapa golongan yang untuk beberapa saat
perlu bersatu untuk tujuan kepentingan yang sama.
Anda petani di darat atau di laut, teruskan
mencangkul dan menjala sebisa-bisa, sebab apapun
hasil sidang tahunan ini tidak menjanjikan
perubahan nasib apapun ke arah yang lebih
menggembirakan. Rakyat adalah barang tunggangan.
Semua orang besar memasuki habitat raja-raja
dengan perkutut-perkututnya: dan kalian semua
adalah perkutut-perkutut di dalam sangkar
kekuasaan dan penipuan juragan-juraganmu.
Jangankan nasib rakyat di hadapan pemerintahnya
sendiri. Sedangkan nasibmu dan nasib negeri ini
di hadapan tangan kuat jaringan adikuasa dunia,
sama sekali tidak pernah diagendakan.
Megawati menjadi orang besar dan akhirnya duduk
di kursi nomer satu berkat nasibnya yang dilalimi
selama Orba. Ia dibela dan diberi simpati
nasional karena ketertindasan, dan kini ia
bekerja sama dengan mantan-mantan penindas di
depan hidung jutaan pembela-pembelanya.
Amin Rais menjadi terkenal dan penting karena
beberapa tahun yang lalu sepulang dari Irian Jaya
ia mengecam habis Freeport. Dalam suatu forum
Permadi SH menantangnya apakah ia siap menjadi
presiden dan ia menyatakan siap - maka citra
setiap orang kepadanya adalah calon Presiden.
Bahkan BBC setiap mewawancarainya selalu
menyebutnya Mr.President. Kemudian
sesudah ia menggenggam kekuasaan di atas
presiden: tak satu katapun pernah lagi ia ucapkan
mengenai Freeport.
Kalau pemimpinmu mengucapkan sesuatu tentang
tembok rumahmu yang kebobolan maling, jangan
lantas menyimpulkan bahwa ia sedang berprihatin
atas keadaanmu yang tercuri. Sebab mungkin tembok
kebobolan rumahmu itu ia sebut agar seluruh
penduduk desa mendengarnya kemudian mengangkatnya
menjadi pahlawan, dan besok pagi ia lupa tentang
tembok rumahmu yang kebobolan.
Satu pemimpinmu begitu, sepuluh pemimpinmu
begitu, seratus pemimpinmu begitu - dan engkau
tidak tahu sampai kapan akan terus begitu.
Kebetulan kalian rakyat Indonesia juga tidak
mengejar kebenaran, melainkan menjebakkan diri
dalam kebodohan, khayalan, kesalahapahaman dan
prasangka-prasangka. Yang baik disangka buruk,
yang buruk disangka baik. Yang seharusnya dibuang
malah ditelan, yang seharusnya dimakan malah
dicampakkan. Itu berlangsung tak hanya dibidang
politik, tapi juga terutama di bidang kebudayaan.
Kalian rakyat Indonesia merelakan dirimu tidak
menjadi rakyat Indonesia, melainkan menjadi
rakyat PDIP, rakyat Golkar, rakyat PKB dan PPP.
Kemudian menangis karena kaget yang
disembah-sembah ternyata membuatnya berduka.
Rakyat Indonesia adalah janda yang sepanjang
sejarah menunggu untuk digilir diperkosa. Rakyat
Indonesia adalah rombongan berduyun-duyun
berjalan menuju cakrawala sejarah tanpa
benar-benar tahu ke mana akan pergi. Di hadapan
arah perjalananmu sejumlah kelompok perampok
menunggumu untuk melucuti pakaianmu, mengambil
hartamu dan memperkosamu.
Terlalu gampang kau berikan keperawananmu, baik
keperawanan akal pikiran, nurani maupun
keperawanan aspirasi politikmu. Kau terlalu
gampang dijebak, ditipu, diiming - imingi, sampai
akhirnya satu-satunya yang bisa engkau nikmati
adalah situasi diperkosa. Kau kawin dengan Orla
dan dikhianati. Ganti suami Orba dikempongi lagi
dalam waktu yang panjang. Kemudian berbunga-bunga
wajahmu karena suami barumu bernama Reformasi -
tapi ternyata ia lebih brutal, lebih tidak
bermoral, lebih rakus dan lebih terang-terangan
untuk tidak bertanggung jawab. Yang memperkosamu
bahkan juga anak-anak kecil : presidenmu anak
kecil, menterimu anak kecil, nanti gubernurmu
juga anak kecil yang kemarin kau kasih tambahan
celana pendek.
Tapi makhluk sejarah semacam itu akan ada
ujungnya. Setiap yang selain Allah memiliki awal
dan akhir. Cacing, matahari, pemerintahan,
keculasan, semua akan ada akhirnya. Kalian rakyat
Indonesia tidak punya infrastruktur dan modal
yang memadai untuk melakukan revolusi, tetapi
kalian jagoan dalam mengamuk, bikin kerusuhan -
dan saatnya akan datang lagi karena berlakunya
hukum alam. Tentu tidak satu dua bulan ini, juga
tidak di bawah dua tahun ke depan ini.
Kalau pakai istilah para preman, jeger, gali atau
korak: rakyat kecil menunggu situasi Sikim - di
mana Anda sudah tidak punya apa-apa lagi kecuali
menggenggam pisau, pedang, korek api, granat atau
apa saja yang Anda punya. Tidak bisa terus
menerus dibodohi seperti ini. Kita bukanlah
rakyat yang pernah dididik untuk menjadi orang
baik, orang arif. Pendidikan yang kita alami
hanya kebohongan, kekonyolan dan kehinaan yang
dicari-cari pembenarannya.*****
|