Dimona Micro Nuclear
Posted on
2002/11/16 11:55:56
Dimona Micro Nuclear atau sebut saja
Nuklir Mikro Dimona nama bom yang menggemparkan
itu. Menurut sejumlah teman-teman di Legian
kepada saya, semula yang diledakkan adalah gedung
sebelah kanan depan seberang jalan dari Sari
Club. Tidak terlalu dahsyat. Tapi cukup untuk
membuat semua orang pada keluar ke jalanan Legian
itu. Dan ketika ratusan orang sudah keluar,
termasuk deretan kendaraan-kendaraan yang terkena
macet di situ terdengar semacam desis dan
sesuatu dilemparkan, entah missile entah semacam
rudal kecil.
Entah ia berasal dari atas dan ditembakkan, atau
semacam tertanam di tanah, sesaat kemudian
terjadilah ledakan sangat dahsyat. Bunyi ledakan
terdengar sampai radius 30 mil. Semua masyarakat
Denpasar yang mendadak sontak keluar rumah
menyaksikan jamur asap raksasa di atas pinggiran
kota itu.
Jamur Api Raksasa Meledakkan Peradaban
Bom itu bukan hanya meledakan Legian Denpasar,
bukan sekedar meledakkan pemerintah dan negara
Republik Indonesia, tidak hanya meledakkan
peradaban modern ummat manusia. Bom itu bukan
hanya menimbulkan jenis kerusakan fisik yang
spesifik, di mana bangunan-bangunan yang ratusan
meter letaknya dari puat ledakan pun mengalami ambrol
atau prothol. Bom itu bukan hanya
memiliki daya destruksi dalam percepatan yang
hitungan perseratus sekon, sehingga ada seseorang
yang dua jarinya masih menggenggam sebatang rokok
namun kepalanya telah hilang.
Bom itu bukan hanya menghasilkan eskalasi
kerusakan yang bertingkat-tingkat berdasarkan
skala jarak dari pusat ledakannya. Di lingkar
pertama sekitar sepuluh meter tak ada benda yang
kemudian masih bisa diidentifikasi kecuali
menjadi abu. Radius di luarnya menunjukkan jenis
yang tidak biasa dari keterbakaran daging dan
kulit. Radius lebih jauh lagi Anda menyaksikan
daging darah dan ludesan tulang yang menempel di
dinding-dinding, seolah-olah cat timbul yang
digoreskan oleh tangan seorang pelukis.
Pembomnya Sungguh Baik
Hati
.
Lebih dari itu munculan jamur api raksasa yang
menunjukkan bahwa ia nuklir tidak diikuti oleh
tanda-tanda radiasi sebagaimana lazimnya
aktivitas nuklir. Para ahli, apalagi sekedar
mahasiswa Teknik Nuklir, belum pernah menemukan
buku pelajaran tentang nuklir tanpa radiasi. Anda
mungkin nyeletuk: Lucu. Kalau memang
mau membunuh orang, kenapa repot-repot
menghilangkan radiasi. Apakah pembombnya adalah
orang yang baik hati, yang kalau mau menusuk
orang dengan pedang, dihilangkan dulu Fe2SO4 dari
permukaan pedang, agar yang bersangkutan
meninggal tapi tidak keracunan. Jadi pembomnya
sungguh baik hati
.
Padahal katanya jamur api itu bisa jadi terdiri
atas 99,78% plutonium 239 sebagaimana yang
terukur lewat Lembaga Fasilitas Nuklir di Negev
Desert. Bom yang diledakkan dengan remooth
control berdiameter lebih kecil dari 6 inchi
menghasilkan kebakaran amat dahsyat yang secara
ilmiah diukur sebesar 300.000 derajat
centigrade. Hanya dalam waktu sekitar
seperlima sekon segala benda di situ diubah
menjadi berpemandangan yang semua pihak
mengatakan belum pernah disaksikan orang yang
semacam itu sebelumnya.
Coba Uji Kemampuan Bom Amrozi
Seandainya saya seorang ahli fisika, ekspert
kimia atau nuklir, tentu saya punya kemampuan
ilmiah untuk menjelaskan kepada Anda secara lebih
rinci dan ilmiah hal-hal teknis mengenai bom: apa
saja bahannya, hakekat-hakekat alami maupun
ramuan teknologis bahan-bahan itu, kenapa punya
daya ledak, bagaimana metoda memandunya menuju
ledakan, seberapa dahsyat daya ledaknya, berapa
ribu jenis bom dan apa saja namanya serta
segala sisi faktual lain mengenai apa yang
disebut bom.
Tapi tidak. Tidak. Saya bukan pakar. Saya seratus
persen awam tentang itu. Anda mungkin sedikit
banyak tahu tentang teknologi bom, tapi saya
tidak tahu.
Anda mungkin punya pengetahuan dan pengalaman
setingkat Amrozi, tapi kalau Amrozi dan Anda
diuji di suatu tempat yang aman untuk merakit bom
dan meledakkannya. Kalau Anda berdua membuktikan
sanggup menghasilan ledakan sedahsyat di Legian
dan dengan sifat hasil ledakan yang sama, maka
Anda bisa dipercaya orang sebagai pelaku pemboman
Legian. Tapi kalau upaya Anda berdua paling jauh
hanya menghasilkan seperseratus dibanding
kedahsyatan seperti yang terjadi di Legian, Bali,
bahkan mungkin lebih remeh dari itu, seluruh
dunia akan tertawa pada kekonyolan Anda berdua.
Harus 3-4 Konteiner dari Pindad
Saya berada di lokasi ledakan itu dan melakukan
shalat malam dua malam berturut-turut, melihat
seluruh sisinya, dan tidak bisa membayangkan
bahwa kehancuran fisik semacam itu bisa
dilaksanakan jika tidak terkait dengan akses ke
negara-negara ampuh seperti Israel atau Amerika
Serikat, atau paling kurang Inggris, Perancis,
Rusia atau RRC.
Ahli fisika kimia nuklir tentu mengerti bahwa
bahan yang dibikin oleh Pindad Malang atau
sejumlah material yang ditemukan di tempat
Amrozi, baru masuk akal untuk bisa menghasilkan
kedahsyatan seperti di Legian -- kalau
benda-benda itu sebanyak 3-4 konteinier
itupun hasil kerusakannya berbeda, karakter
ledakannya berbeda, gambar asapnya berbeda, peta
kehancurannya berbeda, cara ludesnya badan
manusia dan barang berbeda, jenis terbakarnya
kulit berbeda, juga tanpa juglangan
besar seperti yang ada di Legian itu.
Makrifat Amrozi
Oleh karena itu kalau Amrozi mengaku dan
dipandang oleh mata seluruh bumi dan langit
sebagai pelaku pengeboman di Bali, bagi pandangan
keawaman saya: itu adalah ilmu makrifat yang
sangat tinggi.
Mungkin Amrozi berpengalaman sebagai tentara
Mujahidin di Afganistan bersama Osamah bin Laden.
Sebelumnya bisa jadi pernah sekolah intelegen di
Amerika dan sekolah terorisme di Italia.
Diam-diam bukan tak mungkin ia pernah studi di
Harvard University dan kenal dekat sama Samuell
Huntington, sehingga tahu persis hutan rimba
perpolitikan dunia dan terorisme internasional.
Siapa tahu Amrozi juga pernah jadi anak angkatnya
Muammar Khaddafy, lama menjadi anggota Hamas,
bahkan mempelajari semua wacana Ikhwanul
Muslimun. Sungguh makrifat.
Dan jangan sekali-sekali menanyakan kepada saya
tentang makrifat, karena syariat saya saja masih
kepontal-pontal sehingga sejauh apapun
saya bisa mengemukakan tentang ini semua, tak
lebih dari common sense. Seluruh yang
tertulis di sini tidak punya kredibilitas atau
keabsahan untuk dijadikan wacana ilmiah atau
hukum. Saya rakyat biasa dan Anda juga, tetapi
justru karena kita rakyat biasa maka kita juga
memerlukan bahan-bahan atau sekurang-kurangnya
analisis-analisis untuk menenangkan hati tentang
sesuatu hal. Kalau Negara, pelaku hukum,
kepolisian, media massa, memberitakan sesuatu
yang tidak membuat rakyat yakin pada
kebenarannya, maka rakyat memiliki hak untuk
membangun kebenarannya sendiri.
Sinso, Bensin campur Rinso
Apalagi saya bukanlah orang yang bertempat
tinggal secara formal di wilayah-wilayah politik,
sedangkan belum pernah ada bom diledakkan tidak
karena dan oleh tangan politik. Mungkin Anda
pernah mangkel sama orang lantas melemparkan
Molotov atau Sinso (bensin campur rinso) ke atap
rumahnya tetapi orang menyebut itu mercon.
Kemangkelan Anda itupun sesungguhnya adalah
sebuah peristiwa politik dalam skala antara Anda
dengan orang itu.
Tentu saja sebagai warga suatu negara otomatis
kita berada dalam bingkai politik, dan kita
sendiri adalah pelaku politik. Tentu juga setiap
bidang, dari ekonomi sampai olahraga -- ada
habitat politiknya dan juga bisa terkait dengan
bidang politik. Yang saya maksud bukan itu,
melainkan bahwa saya bukan aktivis dunia politik
praktis, dan juga bukan pengamat politik atau
analis atau pakar politik.
Artinya saya tidak termasuk orang politik. Yang
kalau ada nyamuk berdengung ia bisa menakar bunyi
dengungan itu secara politik. Bisa memperkirakan
nyamuk jenis apa yang berdengung, bisa
menganalisa kenapa yang berdengung nyamuk yang
itu dan bukan yang ini. Mampu menghitung apa
sebabnya dengung itu dibunyikan pada malam hari
dan tidak sore tadi. Sanggup menteorikan sampai
berapa lama dengung itu terdengar. Sanggup juga
mengukur yang berdengung itu nyamuk dari golongan
apa, aksesnya ke mana saja, punya omset dana
politik berapa, siapa operator di balik dengung
itu, untuk kepentingan apa dengung itu
diperdengarkan, dan seterusnya dan seterusnya.
Satu Dunia dalam Kasih
Politisi dan analis politik bisa mencari dan
menemukan keterkaitan bom Bali dengan berbagai
macam konteks politik. Bisa dihubungkan misalnya
dengan konsep One World in Peace, satu
dunia dalam kasih. Dengan the Choosen
Community, ummat terpilih, yang diberi hak
oleh Tuhan untuk memimpin alias menguasai dunia,
sehingga diperlukan penetrasi, kolonialisasi,
imperialisasi dan hegemoni kalau bisa ke seluruh
negara-negara di muka bumi tentu saja
tidak lagi secara kasar dan eksplisit seperti di
abad-abad silam demi kepemimpinan dunia
yang diperintahkan oleh Tuhan menurut yang
bersangkutan.
Itu juga berarti perekonomian seluruh dunia harus
berada di kendali tangan sang pemimpin.
Tambang-tambang emas harus didatangi dan dirampok
secara halus dan penuh siasat sambil memaksakan
ukuran-ukuran managemen dan administrasinya.
Kilang-kilang minyak dicaplok dengan berbagai
macam cara, misalnya dengan lagak seakan-akan
ingin melindungi negara minyak, atau bikin
perkara besar-besaran agar psikopolitik
internasional mengizinkan penyerbuan sang
pemimpin ke negara yang diincar sejak semula.
Semua pos kekayaan di muka bumi dipetakan,
dirapatkan dan dilakukan secara bertahap
penaklukan-penaklukan yang canggih, melalui
pembentukan opini di media-media, sampai
dialektika politik di balik wajah setiap
pemerintahan, kalau perlu sampai langkah-langkah
militer yang seluruh otak di dunia dipaksa
membenarkan alasan-alasan yang dikemukakan oleh
sang pemimpin.
Politik dan Garong
Salah satu cara menguasai suatu negara adalah
dengan menciptakan isyu bahwa di negara itu
banyak garong. Penduduk senegara itu habis
waktunya untuk berdebat ada garong atau tidak.
Istilah garong ini sangat relatif sehingga tidak
mungkin ada suatu masyarakat yang berani merasa
bahwa di dalam lingkungannya tidak ada garong.
Kemudian kalau negara yang bersangkutan tetap
saja tidak mau mengakui bahwa di negaranya ada
garong, maka Pak Jogoboyo bisa dibayar untuk
menciptakan keributan sehingga dunia akan
menyimpulkan bahwa di negara itu memang ada
garong.
Kalau masih ngeyel tidak mau mengakui juga, maka
sang pemimpin dengan gampang akan mengirim garong
ke negara itu. Garong yang benar-benar garang,
sehingga mau tak mau negara itu akan mengakui
bahwa di dalam dirinya ada garong. Itupun garong
yang didatangkan tidak harus orang dari negara
sang pemimpin. Bahkan bisa juga sang pemimpin
sendiri tak usah berinisiatif untuk mengirim
garong. Sebab banyak anak-anak buah sang
pemimpin, termasuk yang berada dalam negara yang
dituduh ada garong yang dengan rela hati
menciptakan garong itu, demi persembahan kepada
sang pemimpin.
Apalagi di negara yang dituduh ada garong itu
terdapat banyak kelompok-kelompok yang beradu
kepentingan. Yang untuk mewujudkan kepentingannya
itu sangat diperlukan dukungan dari sang
pemimpin. Jadi untuk muncul garong-garong, sangat
banyak jalannya.
Andai Pelakunya Amerika
Seandainya saya seorang wartawan, tentu saya akan
berusaha untuk tidak gampang terseret oleh
nyanyian-nyanyian garong. Fungsi wartawan yang
primer bukanlah penjual berita, melainkan patriot
kebenaran, pahlawan obyektivitas, prajurit
kejujuran, pendekar kecerdasan sehingga
tidak setiap yang masuk telinga langsung
dikeluarkan lewat mulut. Harus lewat otak yang
jernih dulu serta melalui hati yang tulus.
Kalau narasumber sangat mengarahkan opini bahwa
yang melakukan pemboman di Bali adalah Amerika
Serikat sendiri, otak saya akan bertanya: Apakah
pada hari-hari berikut sesudah pemboman AS
melakukan tekanan-tekanan kepada pemerintah
Indonesia sepadan kadar tekanan itu dengan
dahsyatnya bom yang diledakkan? Bukankah
seharusnya dengan bom nuklir mikro yang tan
kinoyo ngopo itu Amerika punya peluang
menyeluruh untuk bikin Indonesia
merangkak-rangkak di depan kakinya?
Sudah saatnya Indonesia di-kremus?
Atau apakah memang sudah tiba babak skenarionya
untuk meludeskan Indonesia Raya? Apa tidak
menunggu usainya Irak, Iran atau Lybia? Memang
sejak tahun 1986 drama itu sudah dimulai, tetapi
apakah pemerintah Republik ini sedemikian kokoh
dan berkarakternya sehingga diperlukan bom
sedahsyat itu untuk memaksanya menuruti kehendak
Amerika? Apakah pemimpin-pemimpin Indonesia ini
sedemikian patriotisnya? Sedemikian kukuh
memegang prinsip nasionalismenya?
Apakah tim politik Amerika Serikat cukup bodoh
untuk tidak tahu bahwa pemimpin Indonesia
tidaklah memimpin Indonesia dan melindungi
rakyatnya? Bahwa nasionalisme sudah hampir kikis
sama sekali digantikan oleh kepentingan golongan,
egoisme kekuasaan, kerakusan ekonomi dan
kekerdilan jiwa?
Menyakiti Sahabat Setia
Juga, jika Amerika Serikat yang menginisiatifi
pemboman di Bali, apakah lambat atau cepat akan
tidak terjadi pergolakan di kalangan rakyat
Australia? Pemerintah Negara benua selatan ini
demikian cinta dan setia kepada Amerika Serikat, gondelan
bajunya terus dan bersedia mewakilinya untuk
merebut Timor Timur dari Indonesia. Sedemikian
tegakah hati Amerika Serikat untuk melenyapkan
nyawa ratusan warga negara yang begitu loyal
kepadanya? Juga apakah itu bukan pengkhianatan
yang kelak akan membikin rakyat Aussie marah?
Ataukah rakyat Australia dikempongi, dibikin
tidak mengerti apa yang sesungguhnya terjadi?
Ada yang mengatakan bahwa beberapa hari sebelum
pemboman Bali sudah ada pemberitahuan rahasia
dari Deplu AS kepada pemerintah sejumlah negara,
dan ini membuat seorang menteri Taiwan dipecat
karena membuka rahasia. Kalau ini benar, kenapa
logika opininya tidak berkembang? Saya
sebagai (seandainya) wartawan tidak punya bahan
apapun untuk mengambil kesimpulan kemudian
menonjolkan kecenderungan opini ini dalam politik
pemberitaan.
Jauhkan Dunia dari Islam
Benarkah Agenda Norrenberg sedang digulirkan di
tanah air? Benarkan Perang Salib benar sudah
dijalankan? Orang bilang masyarakat elite
pemimpin dunia sangat percaya dan meyakini
kehebatan nilai-nilai Islam. Hal itu membuat
mereka gelisah, sebab kalau Islam berlaku maka
tak akan ada super-power, tak ada hegemoni atas
tetangga-tetangga, dunia jadi adil dan samarata,
penuh tasammuh dan prinsip multi-kultural. Tidak
enak yang begini ini bagi orang-orang kuat. Orang
kuat butuh orang lemah. Sementara Islam
menganjurkan sama kuat atau sama lemah.
Maka harus dilakukan dua hal. Pertama,
menghindarkan masyarakat dunia dari kemungkinan
untuk mengetahui nilai-nilai Islam secara benar.
Ini diselenggarakan melalui jurnal-jurnal ilmu,
politik buku-buku, ketimpangan pemberitaan di
media massa, serta segala perangkat apapun yang
mungkin dipakai. Pokoknya Islam harus digambar
buruk, kejam, bodoh, terbelakang,
kampungan
..meskipun tiba-tiba dianggap
canggih dituduh mampu menghancurkan WTC dengan
pesawat yang pilotnya lebih canggih dari pilot
F-16! Alhasil apa pentingnya saja. Kadang
disebut bodoh, untuk kepentingan lain disebut
pandai. Sekali disebut terbelakang, untuk
kepentingan berikutnya Islam disebut sangat
canggih kemampuan teknologisnya.
Jauhkan Kaum Muslimin dari Islam
Kedua, menjauhkan Ummat Islam dari nilai-nilai
Islam. Apapun saja caranya, ditempuh, yang
penting makin banyak orang Islam menjadi luntur
kepercayaannya kepada Islam. Bisa lewat pemikiran
Islam baru yang corong dan lembaganya dibiayai
besar-besaran. Bisa lewat guyuran produksi
kebudayaan yang membuat orang Islam tak sempat
akrab dengan Tuhannya. Bisa dengan pura-pura
masuk Islam agar menjadi Mujtahid dan melontarkan
gagasan-gagasan keislaman yang membuat orang
Islam ragu-ragu terhadap Islam. Atau dengan cara
pakai jilbab tapi melakukan perbuatan-perbuatan
yang menghina Islam, dst.
Benarkan ini? Apakah sebagai (seandainya)
wartawan saya selalu yakin tahu dan mengerti
benar tentang apa yang saya dengar dari
narasumber dan yang kemudian tanpa rasa salah
langsung saya beritakan di koran saya? Ada seribu
versi info dari intelejen dan ada berjuta-juta
versi berita dari warung-warung kopi.
Sesungguhnya tidaklah saya benar-benar yakin pada
apa yang seakan-akan saya ketahui. Jadi,
sebaiknya karier utama hidup saya adalah
baik-baik sama Tuhan dan baik-baik sama manusia,
dari skala yang paling kecil, terserah sampai
sebesar apa. Seandainya benar Amerika Serikat
seperti yang diomong-omongkan itu, saya harus
berdoa: Ya Allah sayangilah saudaraku
Amerika, kasihanilah tetanggaku Amerika. Berilah
ia kesejahteraan ekonomi agar tidak lagi melirik
beras tetangga. Anugerahilah ia ketulusan hati
agar rela untuk berdiri bersama dan duduk bersama
seluruh penduduk dunia.
Kalau Gitu Jangan Berani-berani sama Orang
Islam
Kalau yang ngebom Legian adalah orang Islam,
kelemahannya ada lima.
Pertama, kelompok Islam mana yang justru
punya akses ke lembaga nuklir AS dan Israel. Kedua,
kalau memang sanggup melakukan pengeboman
sedahsyat itu kenapa memilih Bali, kenapa tidak
minimal Singapura, atau Inggris atau Peransis,
atau sekalian Amerika Serikat lagi. Ketiga,
kalau sasaran Bali atas pertimbangan akhlaq
dengan memandang Bali sebagai tempat makshiat,
kenapa bukan Las Vegas atau Hongkong atau Macao? Keempat,
kelompok Islam itu tidak akan mau menyusahkan
Kaum Muslimin di Indonesia dengan mengebom Bali. Kelima,
dunia Barat sendiri yang mengatakan selama ini
bahwa Ummat Islam adalah masyarakat yang
terbelakang, bodoh, miskin dan kampungan:
bagaimana mungkin ia mampu menghancurkan WTC dan
Legian dengan senjata kelas super-power.
Dan kemudian kita dikasih tahu oleh Polri dan
media massa bahwa Amrozi punya kecanggihan
setingkat petugas Mossad, FBI atau CIA. Lamongan
memiliki kapasitas intelegen dan militer
setingkat Pentagon. Toko bahan kimia kios kecil
yang kelihatannya remeh ternyata tidak kalah
kapasitasnya dengan markas KGB. Itu baru
Lamongan, belum Bojonegoro, belum Blitar, Kediri,
Jombang, Jember, Pasuruan, Probolinggo. Itu baru
Jawa Timur, belum Jateng, Jabar, Sulsel dan
wilayah-wilayah lain Indonesia. Itu baru Amrozi,
belum Amghozi, Amgoni dan Amsori.
Kalau begitu wahai dunia, wahai Amerika Inggris
Israel Australia dan siapa saja: jangan
berani-berani sama Islam! Cukup satu dua orang
dari Lamongan saja ampuhnya kayak gitu. Bagaimana
kalau Anda harus menghadapi pasukan-pasukan dari
Ponorogo, Madiun dan Ngawi yang warok-warok?
At-Taubah dan WTC
Bukankah peristiwa Legian tepat setahun sebulan
sehari sesudah kejadian WTC? Kalau saya ingin
menjelekkan nama orang Islam maka saya merampok
dan meninggalkan peci dan serban di lokasi
rampokan, sehingga orang berkesimpulan yang
merampok adalah orang Islam. Pemboman Bali
dilakukan indikatif ke WTC untuk menjebak
penyidik atas kesamaan pelakunya. Kalau yang
ngebom WTC orang Islam, maka kalau ia juga ngebom
Bali, tentu akan menghindarkan indikisi apapun
antara keduanya.
Bahkan seandainya yang menghancurkan WTC adalah
orang Islam, tentu bukan karena mereka baca surat
At Taubah dulu. Juz ke 11, surah ke 9, jumlah
kata-katanya 2001. Pada ayat ke 109 (banyaknya
tingkat WTC) Allah memberi pilihan tentang mana
yang baik: apakah gedung yang didirikan di atas
jalan taqwa, ataukah gedung yang didirikan di
sisi jurang yang memperosokkan, yang akan
dihancurkan oleh Allah dan masuk neraka bersama
penghuninya? Jurufin Harin, Juruf Har
jalan
di salah satu sisi gedung WTC adalah Jerf
Harr
Atau mungkin orang Amerika waktu akan membangun
gedung itu membaca dulu surat At Taubah.
Tingginya 109 sesuai dengan ayat 109 yang bicara
tentang gedung. Juga dicari tempat yang nama
jalannya mirip Jurufin Harin. Kemudian berdoa
semoga gedung itu diruntuhkan pada tgl 11
September 2001
.
Wama adrokama alQaeda?
Bagaimana kita membuktikan bahwa yang
menghancurkan WTC dan bukanlah AlQaeda? Dan yang
membom Legian bukanlah kelompok Islam?
AlQaeda. Ma adroka malQaeda
? Saya
tidak punya data tentang organisasi itu,
markasnya di mana, ketuanya siapa, anggota
jaringannya siapa saja, omset kekayaannya berapa,
kegiatannya apa dan di mana saja. Yang saya
pernah dengar AlQaeda itu julukan dari Amerika
Serikat kepada tentara Mujahidin Afganistan
termasuk Osamah yang dilatih oleh pasukan khusus
AS melawan Uni Sovyet, tapi usai perang mereka
tidak mau bergabung dalam rancangan-rancangan AS.
Ketika Spanyol menjajah pulau-pulau Luzon dll
yang sekarang disebut Filipina, ada masyarakat
daerah selatan di kepulauan Mindanao yang tidak
mau taat kepada Spanyol. Oleh Spanyol mereka
dikutuk: Moro!. Artinya:
Bajingan!. Maka sekarang orang
Mindanao malah menyebut dirinya Bangsa Moro, dan
merasa sejak dulu memang Filipina itu tidak ada.
Demikian jugalah AlQaeda.
Maka Anda perlu menolong kita semua untuk memberi
data-data tentang AlQaeda secara rinci.
Kalau begitu siapa yang nge-bom Bali?
Ketiga, saya bukan petugas hukum, bukan polisi,
bukan pengacara dan bukan pengamat
masalah-masalah hukum. Jadi tidak ada yang bisa
diharapkan dari saya.
Mungkin drug-war, perang obat bius. Mungkin
mangkel pada Australia yang sok pahlawan di Timor
Timur sehingga kenikmatan proyek Timtim terhenti.
Mungkin persembahan kepada AS. Mungkin warning
kepada pemerintah Indonesia sekarang dan yang
akan datang, sekaligus menata kekuasaan tahap
berikutnya. Mungkin mesin bisnisnya di Bali
dirusak lawan mainnya. Mungkin karena reformasi
ini sok pintar padahal lebih korup dibanding
Orba. Mungkin karena Bali selama ini disebut
milik internasional sehingga tidak akan tersentuh
bahaya. Mungkin persaingan antar institusi
keamanan negara. Mungkin Polri cukup tahu siapa
sebenarnya pelakunya, tapi mereka tidak berkutik
selain menuruti scenario yang dipandu mulai KTP
yang sengaja dicecerkan.
Mungkin
mungkin
mungkin. Apa yang pasti
di Indonesia?
Silahkan Anda menelusuri sendiri, atau mungkin
seumur hidup kita rakyat kecil tidak pernah
sungguh-sungguh tahu apa yang dilakukan oleh
elite pemerintahan negara. Tidak pernah
benar-benar tahu siapa yang melakukan apa. Juga
sebaiknya Anda konsentrasi pada akhlaqul
karimah di skala kehidupan Anda
masing-masing. Anda jangan gampang dirayu, jangan
gamoh dibakar semangat jihad Anda oleh
orang yang sebenarnya hendak menjerumuskan Anda.
Didatangi rumah Anda, dipuji-puji semangat Islam
Anda. Anda diajak berjihad, dikasih macam-macam
hal sapai Anda berhutang budi, senang dikasih
biaya, dan bangga disuruh menyimpan sejumlah
mesiu, senjata dan alat-alat ledak ala kadarnya.
Anda merasa Anda orang hebat, kemudian tiba-tiba
ada ledakan dan Anda yang kemudian menjadi
lakonnya.
Salamun ala Nuhin filalamin
Cak Nun
|