MENU ARTIKEL



Personal Photos

Halaman Utama

BELUM ADA DEKLARASI AMPERA
Emha Ainun Nadjib

Posted on 2003/2/4 17:46:33
Saya hadir dalam pertemuan para aktivis di Hotel Indonesia hari Jum’at 31 Januari 2003 pkl 14.00 WIB. Tetapi sepengetahuan saya tidak pernah ada kesepakatan mengenai apa yang disebut Front Penyelamat Bangsa, serta pada pertemuan itu tidak terjadi peristiwa pendeklarasian Deklarasi Ampera.
Memang Rachmawati membacakan draft deklarasi, namun itu untuk ditawarkan kepada forum. Mungkin saya khilaf, tetapi begitu yang saya tahu. Seandainya resmi ada deklarasi dan saya mungkin tertidur waktu pembacaan: saya tidak tahu siapa saja yang menandatangani teks deklarasi itu, karena sudah pasti tidak mungkin ada tanda tangan saya.
Soal Front Penyelamat Bangsa : kepada forum siang itu, juga kepada Sdr. Fuad Bawazir berulangkali saya menyatakan ketidak setujuan pada gagasan Front itu dengan pertimbangan : (1) Prematur, (2) Sok pahlawan, (3) Para pelakunya belum cukup memenuhi syarat, tidak cukup plural dan kuat untuk mampu mewujudkan gagasan penyelamatan bangsa.
Soal draft Deklarasi Ampera, saya kemukakan secara terbuka di dalam forum itu tiga points : Pertama, deklarasi harus muncul dari demokratisasi forum dan bukan dari pengundang atau penyelenggara forum, sehingga diperlukan beberapa kali pertemuan dengan membuka diri bagi semua pihak. Harus dihindarkan deklarasi lahir dari “perekayasa” kemudian seakan-akan memperoleh legitimasi dari semua orang yang hadir. Dengan cara berpikir dan sikap yang saya ambil, maka sesungguhnya Deklarasi itu belum pernah ada.
Kedua, diperlukan aliansi sebanyak mungkin pihak-pihak yang memiliki komitmen murni terhadap proses perbaikan bangsa secara total, agar deklarasi itu memiliki kekuatan sejarah. Kita membutuhkan jaringan orang-orang Indonesia yang sungguh-sungguh berpikir mendasar untuk penyembuhan keadaan bangsa. Bahkan jaringan itu terbuka bagi pribadi-pribadi dari sipil atau militer, dari pemerintahan atau rakyat. Sangat lucu kalau pekerjaan sangat besar di tengah komplikasi permasalahan yang hampir tak tertanggungkan ini solusinya adalah memberikan kepercayaan cukup kepada Rachmawati, Fuad Bawazir dll. untuk menyelenggarakan perubahan menyeluruh.
Ketiga, kalau Front dan Deklarasi itu main-goal nya adalah penjatuhan Megawati, saya berpendapat itu terlalu sederhana dan tidak elegan. Yang kita perlukan adalah kesepakatan luas untuk gerakan strategis berjangka waktu dan tidak tergesa-gesa. Kalau dalam tahapan gerakan total strategis itu nanti terdapat keharusan pergantian Megawati, itu akibat, bukan tujuan.
Dalam forum HI itu saya mengusulkan agar kita tidak tidak terjebak oleh nafsu untuk saling memusuhi atar kelompok. Kita membutuhkan, sekali lagi, berkumpulnya semua orang yang memiliki niat tulus dan daya juang untuk memperbaiki kehidupan bangsa dan Negara secara total. Kalau perlu kita akan mengambil sikap untuk terlebih dulu mengikat diri kita sendiri dalam sebuah Sumpah Nusantara (hal yang pernah saya lontarkan pada 17 Agustus 2002 di Boulevard UGM Yogya). Kita tidak boleh tergesa-gesa memusuhi siapapun kemudian menjatuhkannya dan lantas mendapatkan pemerintahan baru yang sama saja bahkan mungkin lebih buruk.
Sejauh komposisi Rachmawati Fuad Bawazir dll. atau siapapun mengorientasikan dirinya pada perbaikan total semacam itu dan tidak bermain politik praktis untuk sekedar berorientasi menggusur suatu kelompok, tentu saya dan kita semua wajib mendukungnya. Tetapi kalau tidak, kita meninggalkannya. Di awal pembicaraan saya di forum itu secara eksplisit saya kemukakan: “Hendaknya kita yang duduk di depan, dari Rachmawati sampai Habib Riziq, dari Fuad Bawazir sampai Guteres, dari Habib Husein sampai Ustadz Ja’far Umar Thalib dst, apalagi saya – bukanlah putra terbaik bangsa Indonesia”.
Sebaiknya kita berpikir dingin untuk tidak memasuki lobang demi lobang kebodohan yang sama sesudah tragedy Sukarno, Suharto, Habibi, Gus Dur dan Megawati.*****
Yogyakarta 3 :Peb 2003.