Mesir Kampung Halaman KiaiKanjeng

Posted on 2003/5/6 16:20:31
Fa-amma bini'mati robbika fahaddits – adapun jika Allah menganugerahimu kenikmatan, bagikanlah kebahagiaan itu. Tulisan berikut ini tahadduts binni'mah, berbagi kenikmatan. Tidak ada kandungan riya atau takabbur atau pamer.
Rombongan KiaiKanjeng keliling Mesir, 27 orang, adalah rombongan Indonesia terbesar yang pernah datang ke Mesir. Juga terlama jangka waktu kunjungannya, 2 minggu. Terbanyak acaranya, bertemu dengan segmen-segmen masyarakat yang bermacam-macam.
Tak hanya di Cairo, tapi juga Ismailia, Alexandria, Tanta, ElFayoum – bahkan beberapa kota lain memintanya namun sudah terlambat penjadwalannya. Mudah-mudahan nanti ketika Menteri Kebudayaan Mesir mengundang secara resmi, KiaiKanjeng bisa keliling ke tempat-tempat yang lebih ragam.
Belum pernah sebelumnya wajah Indonesia ditampilkan sampai seluas itu, se-ragam dan sedimensional itu. Ustadz Jamal staf Kementerian Kebudayaan yang mengawal KK di semua acara mengemukakan: “Pekerjaan saya adalah mengawal kelompok-kelompok dari seluruh dunia, tapi belum pernah saya merasa sebahagia ini, bergaul tanpa jarak, dan menyaksikan terus menerus betapa masyarakat Mesir menangis dan menangis bertemu dengan saudara-saudaranya sesama Muslim dan sesama pecinta Rasulullah SAW. Belum pernah ada grup musik dari negara-negara lain sesukses ini tampil di negeri kami. Apalagi KiaiKanjeng membangunkan kembali kebanggaan kami, Ummi Kulsum...”.

Untuk pertama kalinya Indonesia tampil dalam acara televisi dengan durasi 2 jam. KiaiKanjeng menampilkan Indonesia, hanya dengan terbang, seruling dan biola, mempesona para pemirsa, sehingga disiarkan ulang. Juga di Ismailia dan Alexandria rekaman wawancara dan pementasan KiaiKanjeng disiarkan ulang. Tidak bisa dibayangkan Pak Is meniup seruling di teve Mesir, Blothong menggesek biola dan Kurniawati melantunkan shalawat Madura di Nile-TV yang didengarkan siarannya sampai ke Kuwait, Abu Dhabi, Bahrain dan negara-negara lain.
Amru, pengemudi bis besar yang mengantarkan KiaiKanjeng ke semua kota-kota yang dikunjunginya – membaur makan bersama tidur sekamar, bergurau berkelakar meskipun dengan keterbatasan bahasa. “Tugas saya mengantarkan rombongan-rombongan dari berbagai negara keliling Mesir. Biasanya saya hanya seorang sopir, tapi kali ini saya lupa bahwa saya sopir....”

KiaiKanjeng bukan hanya dikawal satuan militer dan kepolisian dengan vorrijder ke manapun mereka pergi, tapi KiaiKanjeng juga akrab dengan semua orang di jalanan, pasar, warung dan di mana saja. Intel-intel dipijat kakinya oleh Pakde Nuri dan sibuk minta rokok kepada Blothong dan Sp Joko.
KiaiKanjeng 100% dipertemukan oleh Allah dengan kaum mukhlisin di Mesir, dengan orang-orang yang tulus hati, ikhlas bekerja sama, penuh sangka baik, percaya diri sehingga jujur kepada KiaiKanjeng. KiaiKanjeng seperti ikan yang ditumpahkan masuk ke dalam air samudera. KiaiKanjeng bertemu dengan orang-orang yang sangat mencintai Allah dan Rasulullah dan sangat menikmati keindahan hidup dan kemanusiaan. Allahu Akbar. Shalla 'alanNabi.....
Seakan-akan Mesir adalah kampung halaman KiaiKanjeng. Karena di Jogja koran lokalpun tak mengenalnya. (BK)