APAKAH TASAWUF ITU ? (1)
Diupdated
pada: Jumat 21 September 2001
Kutipan dari
"Pengalaman Tasauf (1)"
TASAWUF adalah salah satu cabang ilmu Islam yang
menekankan dimensi atau aspek spiritual. Dan
spiritualitas ini dapat mengambil bentuk yang beraneka di
dalamnya. Dalam kaitannya dengan manusia maka tasawuf
lebih menekankan aspek ruhaninya ketimbang aspek
jasmaninya; dalam kaitannya dengan kehidupan, ia lebih
menekankan kehidupan akhirat yang lebih baik
dan kekal ketimbang kehidupan dunia yang
fana, sedangkan dalam kaitannya dengan pemahaman
keagamaan ia lebih menekankan aspek esoteris ketimbang
aspek eksoteris. Lebih menekankan penafsiran batini
katimbang penafsiran lahiriah.
Mengapa tasawuf lebih menekankan spiritualitas dalam
berbagai aspeknya? Ini karena para ahli tasawuf --yang
kita sebut sufi-mempercayai keutamaan spirit
dibanding dengan jasad, mempercayai dunia
spiritual ketimbang dunia jasmani. Secara ontologis
mereka percaya bahwa dunia spiritual itu lebih hakiki,
lebih riil dibanding dengan dunia jasmani. Bahkan sebab
terakhir dari segala yang ada ini, yang kita sebut Tuhan,
juga bersifat spirit. Karenanya Realitas Sejati bersifat
spiritual, bukan seperti yang disangkakan kaum
materialisme yang menganggap bahwa yang riil bersifat
material. Begitu nyata status ontologis Tuhan
yang spiritual tersebut, sehingga para sufi menganggap
atau berkenyakinan bahwa Dia-lah satu-satunya realitas
sejati; Dialah asal dan sekaligus
tempat kembali, alpha dan omega.
Kepada-Nyalah para sufi mengorientasikan jiwa mereka,
Dia-lah buah kerinduannya, dan kepada-Nyalah mereka akan
berpulang untuk selamanya.
Manusia memiliki dua rumah; satu rumah jasadnya, yaitu
dunia yang rendah ini, kedua rumah ruhnya, yaitu alam
yang tinggi Tetapi karena hakikat manusia terletak pada
ruhnya, maka manusia merasa terasing di dunia ini, karena
alam ruhanilah tempat ruh atau jiwa manusia yang
sebenarnya. Perasaan terasing inilah yang kemudian
memulai sebuah pencaharian mistik (mystical quest) dari
seorang manusia, dan dengan itu pula manusia memulai
perjalanan spiritual menuju Tuhannya,--inilah yang kita
sebut thariqah. Namun karena Tuhan sebagai
tujuan terakhir perjalanan spiritual manusia
bersifat ruhani, maka manusia harus berjuang menembus
rintangan-rintangan materi agar ruhnya menjadi suci.
Itulah sebabnya tasawuf dikatakan sebagai
berasal dari kata shafa yang artinya
kesucian, yakni kesucian jiwa sang sufi setelah
mengadakan pensucian jiwa dari
kotoran-kotoran atau pengaruh-pengaruh jasmani. Pensucian
atau pembersihan (katarsis) ini penting dalam rangka
mendekatkan diri kepada Yang Maha Suci, yaitu Allah
s.w.t., karena Yang Maha Suci hanya bisa didekati oleh
yang suci juga.
Dari kenyakinan ini muncullah cara hidup spiritual yang
pada prinsipnya bertujuan pada kedekatan
dengan sumber dan tujuan hidupnya yaitu
Tuhan. Cara hidup spiritual ini bisa mengambil bentuk
menyebut-nyebut nama tuhan atau yang dikenal dengan
istilah dzikir, dengan mana seorang sufi
memenuhi jiwanya dengan nama-nama Tuhan sehingga dapat
merasakan kehadiran dan kedekatannya; atau dalam bentuk
merenungkan dan berulang-ulang membaca
firman-Nya dengan penuh kecintaan agar dengan
begitu seorang sufi dapat memahami kehendak
Tuhan dan menghayati hikmah serta
pelajaran yang terkandung di dalamnya; atau
dalam bentuk bersendirian dengan Tuhan di
tengah malam ketika yang lain sedang terlelap tidur atau
apa yang dikenal sebagai qiyam al-lail,
sehingga dengan demikian tercapai hubungan intim dan
personal dengan-Nya; muncullah dari sini buah hubungan
ini dalam bentuk munajat-munajat atau
lamahat yakni lintasan-lintasan cahaya Ilahi.
Untuk mengintensifkan spiritualitasnya, maka sang sufi
berusaha untuk mengatasi berbagai rintangan yang akan
menghambat lajunya pertemuan dengan Tuhan. Inilah yang
disebut pensucian diri atau tazhiyat al-nafs
, yang bisa berbentuk menahan diri dari hawa nafsu,
termasuk amarah, membersihkan diri dari sifat-sifat
tercela, atau melakukan latihan-latihan jiwa dalam
berbagai disiplin termasuk berpuasa, uzlah dan
lain-lainnya.
|