ALAM MAKNA / RUHANI
Diupdated
pada: Jumat 28 September 2001
Kutipan dari
"Pengalaman Tasauf (1)"
REALITAS-REALITAS potensial merupakan terjemahan dari
istilah al ayan al tsabitah yang arti harfiahnya
adalah entitas-entitas yang tetap dalam arti
tidak berubah-ubah. Dan istilah ini merujuk pada
entitas-entitas atau realitas-realitas yang
masih tersembunyi dalam pengetahuan Tuhan, dan mereka
dikontraskan dengan realitas-realitas yang telah terlahir
dalam bentuk-bentuk yang konkrit yang kita sebut
benda-benda.
Realitas-realitas ini disebut potensial, karena ini belum
mewujud dalam bentuk kenyataan atau belum mengaktual
dalam benda-benda yang ada (mawjudat). Menurut para Sufi
realitas-realitas yang potensial dan realitas yang aktual
pada hakikatnya sama, dan itulah sebabnya kedua modus
realitas itu di dalam bahasa Arab dirujuk oleh kata yang
sama yaitu ayn jamaknya ayan,
yang bisa diartikan entitas, realitas (haqaiq) atau
sesuatu (syay) atau esensi-esensi. Perbedaannya
hanya pada kenyataan bahwa yang pertama masih berada
dalam pengetahuan Tuhan,dan karena itu disebut
tsabitah artinya tetap/tidak berubah. Karena
pengetahuan Tuhan tidak mungkin berubah-ubah, sedangkan
yang kedua sudah dikaruniai wujud, sehingga
disebut mawjud, yakni nampak pada kita sebagai benda
konkrit.
Karena sifatnya yang belum mawjud yaitu masih bersifat
potensial, realitas-realitas ini disebut adam
(tiada/non existent), sedangkan realitas-realitas yang
telah mengaktual disebut mawjudat artinya ada atau
existent. Realitas-realitas potensial bisa juga disebut
sebagai esensi, yang tidak mengalami perubahan, sedangkan
realitas-realitas aktual adalah pengejawantahannya, dan
karena itu terpengaruh oleh perubahan.
Meskipun begitu realitas-realitas potensial ini tidak
bisa kita samakan, misalnya dengan ide-ide Plato, sebab
ide-ide Platonian adalah prototipe-prototipe atau
arketipe-arketipe ontologis dalam kaitannya dengan
benda-benda konkrit yang kita jumpai didunia ini (baca:
mawjudat), dengan kata lain mereka adalah prinsip-prinsip
ontologis bagi yang ada di dunia ini. Jadi sementara
realitas-realitas potensial tidak berbeda dengan
realitas-realitas aktual yang kita sebut mawjudat kecuali
bahwa yang pertama masih dalam tahap persembunyiannya,
sementara yang kedua telah menerima wujud dan karena itu
telah keluar dari persembunyiannya. Realitas-realitas
ontologis merupakan arketipe-arketipe bagi seluruh benda
yang ada didunia. Mereka adalah gambaran ideal yang
kemudian mengejawantah dalam benda-benda yang konkrit.
Berbeda dengan realitas-realitas potensial yang mereka
sebut al-ayan al- tsabitah,
realitas-realitas ontologis mereka sebut asma
dan sifat, yang dalam kaitannya dengan benda-benda
yang ada adalah arketipe atau citra
ideal. Dalam arti inilah para Sufi memahami
asma (yaitu nama-nama) dan sifat-sifat Allah. Jadi
bagi mereka asma al husna tidak lain daripada
realitas-realitas arketipikal, yag mengejawantah
(ber-tajalli) dalam bentuk-bentuk benda-benda konkrit.
Jadi apapun yang ada didunia ini, semuanya merupakan
manifestasi atau penjelmaaan dari sifat-sifat
Allah dan karena banyaknya jenis benda-benda yang
kita jumpai di dunia ini, maka mereka membuktikan bahwa
sifat-sifat Tuhanpun amatlah banyaknya bahkan tidak
terbatas. 99 nama Tuhan yang indah itu merupakan
nama-nama utama yang masih punya turunan yang
tak terhigga jumlahnya, tetapi yang 99 itupun sebenarnya
masih berinduk pada nama-nama terbesar yaitu kehidupan,
pengetahuan, kehendak dan kekuasaan. Dikatakan menginduk,
karena keempat nama utama tersebut kemudian terbagi
kedalam 99 atau 1001 nama-nama Tuhan. Pada gilirannya
nama-nama Tuhan ini terbagi ke dalam bagian-bagian yang
tak terbatas jumlahnya. Bagian-bagian yang tak terbatas
ini tidak lagi disebut nama-nama, tetapi entitas
arketipikal yang bertindak sebagai prinsip-prinsip atau
sumber-sumber dari semua wujud individual yang ada dalam
dunia manifestasi. Sifat-sifat dan nama-nama inilah yang
dimaksud dengan Harta yang terpendam (Kanz
makhfiy) dalam hadits Qudsi yang telah kita kutip dan
telah saya jelaskan maksud-maksudnya yang tersembunyi.
|