ALAM MISAL / IMAJINAL
Diupdated
pada: Jumat 28 September 2001
Kutipan dari
"Pengalaman Tasauf (1)"
ALAM MISAL atau alam malakut adalah alam yang berada
antara alam makna/spiritual atau alam jabarut dan alam
dunia atau alam muluk/jasmani. Karakter utama dari alam
misal ini adalah bahwa di alam ini yang murni spiritual
dimaterikan, sedangkan yang materi dispiritualkan. Maka
misalnya Kalam Allah yang awalnya murni spiritual di alam
ini sudah bisa dilihat sebagai lambang-lambang - antara
lain berupa huruf-huruf atau suara-suara yang bagi
penerimanya (dalam hal ini para nabi) dapat dipahami
dengan jelas dan terang sehingga tidak ada keraguan suatu
apapun. Demikian juga malaikat Jibril As, misalnya
sebagai makhluk ruhani juga bisa dilihat oleh nabi dalam
rupa manusia atau apapun, tanpa harus memiliki
materialitas kira-kira seperti rupa dari obyek-obyek yang
muncul dalam mimpi kita; atau dalam pengalaman
sehari-hari seperti bayangan diri kita dalam cermin.
Contoh lain, adalah pernyataan yang mengatakan bahwa
hasil perbuatan kita di dunia, yang baik maupun yang
buruk akan menampakkan dirinya di alam barzah dalam rupa
seorang yang berparas menyenangkan atau menakutkan
tergantung dari kualitas perbuatan kita.
Alam Misal adalah alam perantara antara alam ruhani dan
alam jasmani, tanpa mana mahkluk jasmani seperti manusia
ini tidak mungkin berkomunikasi dengan mahkluk spiritual
seperti malaikat atau jin, dan barangkali juga Tuhan. Di
alam misal jiwa-jiwa manusia yang sucilah yang diijinkan
untuk bisa masuk, sedangkan jiwa yang masih kotor dengan
dunia atau terbelenggu oleh ikatan-ikatan dunia tidak
akan diijinkan masuk. Dan ini bisa dicapai ketika manusia
berhasil melakukan pembersihan diri (tazkiyat al-nafs),
yang pada intinya adalah penspiritualan manusia, karena
alam misal adalah untuk jiwa yang telah dispiritualkan
atau dibersihkan dari debu dunia, dan bukan untuk jiwa
yang kotor, lebih-lebih bukan untuk jasad manusia. Tidak
bisa entitas jasmani masuk ke dalam alam misal.
Dikisahkan oleh Ibn Arabi bahwa orang-orang yang
telah berhasil memasuki alam misal, mereka akan disambut
di sebuah gerbang oleh mahkluk yang telah ditugaskan oleh
Allah untuk melayaninya. Mereka mempersembahkan dan
menganugerahi mereka dengan jubah kebesaran sesuai dengan
tingkat kesucian mereka. Lalu ia mengajak mereka untuk
berjalan-jalan dan berkeliling di sana. Yang menakjubkan
adalah bahwa ternyata mereka bisa melakukan dialog bukan
hanya dengan jenis manusia tetapi dengan batu-batuan,
kayu, hewan, dan sebagainya. Demikian juga mereka bisa
berkomunikasi dengan sesama manusia yang berbeda-beda
bahasanya. Demikianlah cerita bagaimana keadaan di alam
misal ini.
Dengan apakah mereka melakukan dialog seperti itu ?
Dialog seperti itu tentu tidak dilakukan dengan lisan
lahiriah tetapi dengan lisan batiniah. Kita
juga tidak melihat mahkluk-mahkluk itu dengan mata
lahiriah kita tetapi dengan mata batin kita. Sesungguhnya
sebagian besar kita juga telah mengalami, dalam
tingkatnya yang rendah, berdialog atau melakukan
persepsi/pengindraan batin ini. Dalam mimpi ketika mata
lahiriah kita tertutup rapat, kita toh bisa melihat
obyek-obyek yang muncul dalam mimipi kita. Dengan mata
manakah kita bisa melihat obyek-obyek tersebut ketika
mata kepala kita tertutup rapat ? Tentu dengan mata
batiniah. Bahkan dalam mimpi selain bisa melihat
orang-orang yang masih hidup kita bisa melihat
orang-orang yang sudah meninggal. Dengan mereka bukan
saja kita bisa saling pandang tetapi juga bisa mengadakan
dialog. Bagaimana kita bisa melakukan dialog dengan
mereka ketika mulut kita terkatup ? Tentu bukan dengan
lisan yang sehari-hari kita gunakan. Bukankah Allah juga
menunjukkan dalam salah satu ayatnya bahwa pada hari
kebangkitan bukan lisan kita yang berbicara, tetapi
tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuh kita yang
lainnya. Ini adalah isyarat bahwa ada selain lisan yang
bisa kita gunakan untuk berkomunikasi pada tataran dunia
yang lebih tinggi. Ada salah seorang mahasiswi saya yang
bercerita bahwa ia bisa melihat dan
berkomunikasi/berdialog dengan jin. Ketika saya tanya
apakah ketika dia berdialog dengan jin, jin tersebut
membuka mulutnya dan mengeluarkan suara sehingga bisa
didengar ? Dia menjawab bahwa dia tidak mendengar
seperti biasa karena jin tersebut tidak
berbicara. Meskipun begitu, dia bisa mengerti apa yang
diutarakan oleh jin tersebut dan sebaliknya. Dari apa
yang telah dijabarkan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa di alam misal/barzah kita berdialog bukan dengan
indra lahir tetapi indra batin, karena memang kita,
menurut para pemikir Muslim, memiliki bukan hanya panca
indera lahir tetapi juga panca indra batin, yang
masing-masing bisa mempunyai pengalaman yang unik.
Alam misal ini, menurut para ahli, masih bisa dibagi-bagi
menjadi dua. Bagian atas lebih mencerminkan dunia
spiritual yang disimbolkan dengan istilah jabal
qa sedangkan bagian bawah lebih mencerminkan dunia
material/jasmani yang disimbolkan dengan istilah
jabal sha. Bagian atas alam misal ini
merupakan tempat bagi mahkluk-mahkluk spiritual, seperti
malaikat, untuk memanifestasikan dirinya kepada
orang-orang yang berkenan masuk ke alam ini, sedangkan
bagian bawahnya tempat bermanifestasinya mahkluk-mahkluk
lainnya, seperti jin, barangkali tuyul, dedemit,
gondoruwo dan sebagainya, dengan mana orang-orang
tertentu bisa mengadakan komunikasi atau dialog.
|