Penanganan Bencana Alam di Indonesia

Melalui MetroTV saya mengetahui kalau pada sekitar bulan September 2004 kemarin telah diadakan seminar di ITB yang membahas masalah tsunami di daerah Aceh, karena ternyata sudah 3 kali tsunami terjadi disana dengan interval yg tetap (200thn-an), dan diperkirakan tahun2 ini telah mendekati waktu saatnya tsunami terjadi lagi. Tetapi sayang sekali, hasil seminar tsb tidak tampak. Hanya sebatas wacana, mungkin.

Indonesia, seperti yg kita pelajari di sekolah dulu, terletak di pertemuan lempeng2 benua di dunia. Tidak kurang ada 3 lempeng yang bertemu di Indonesia. Pergerakan lempeng/patahan tsb dapat mengakibatkan gempa dan tsunami yg tgl 26 kemarin menelan begitu banyak korban jiwa. Indonesia juga negara yg mempunyai gunung api aktif banyak, kalau bukan terbanyak di dunia. Selain itu, dengan bentuk negara yang kepulauan seingat saya menjadikan Indonesia sebagai negara dengan coast line terpanjang di dunia. Sudah sejak lama Indonesia sering terkena bencana alam. Gempa, gunung meletus, banjir, tanah longsor bukan hal asing bagi penduduk Indonesia. Bahkan tsunami-pun tidak cuma sekali terjadi (walaupun yg kemarin memang sangat besar). Pada thn 1994 di daerah banyuwangi pernah terjadi tsunami. Bertahun2 sebelumnya juga pernah terjadi, di berbagai daerah.

Tetapi yang mengherankan saya, selama menjalani pendidikan di sekolah tidak pernah (atau bahkan tidak ada) diberikan pengarahan2/latihan untuk evakuasi atau penyelamatan diri bila terjadi bencana alam, padahal seperti dipaparkan di atas, Indonesia rentan dengan bencana alam. Bahkan latihan untuk evakuasi kebakaran saja jarang dilaksanakan. kalaupun ada itu juga di perkantoran, bukan di sekolah. Agar tdk berburuk sangka dulu, akan saya katakan mungkin ada, tetapi tidak tersosialisasi dan terlaksana dengan baik.
Keadaan ini kontras sekali dengan Jepang, yang memberikan pelajaran bagaimana menyelamatkan diri/ evakuasi bila terjadi gempa, bahkan terhadap anak TK. Bangunan2nya sendiri dirancang sbg bangunan tahan gempa yg fleksibel menghadapi getaran gempa. Saya sendiri kurang tau, apakah jepang udah sejak dahulu telah melakukan tindakan2 tsb atau hanya pasca gempa Kobe pd thn 90an yang juga menelan ribuan nyawa tsb. Tetapi seenggaknya ada tindakan2 preventif yang dilakukan. Sedangkan di Indonesia kok selama ini hanya sebatas wacana dan seminar2 saja, bahkan kota2 besar berlomba2 membangun gedung2 bertingkat yg diragukan ketahanannya terhadap gempa.

Saya harap pemerintah dapat belajar dari musibah ini, berikanlah pengajaran terhadap masyarakat, sosialisasikan dengan baik bagaimana mengenali tanda2 alam dan menyelamatkan diri saat terjadi bencana (gunung meletus, gempa, tsunami, banjir, kebakaran etc). Bangun infrastruktur untuk mengatasi keadaan darurat (tidak seperti kemarin, air, listrik, telpon, lumpuh). Juga rasanya perlu dipikirkan bagaimana sistem penanganan pasca bencana yg efektif misal tersedianya relawan terlatih yg siap dipanggil sewaktu2, paket2 bantuan standar dr pemerintah yg berisi hal2 pokok, sistem distribusi bantuan, etc. Memang kedengerannya terlalu muluk, tapi saya yakin itu bukan hal yg mustahil dilakukan pemerintah Indonesia. Mungkin bukan buat kita ditahun2 sekarang ini, tetapi untuk anak cucu kita nanti ::

Indonesia Berduka
Bencana Tsunami di Aceh dan Sumatera Utara, 26 Desember 2004

Pertama kali mendengar, sudah agak terlambat, aku baru denger beritanya tgl 26 Desember 2004 sore hari, padahal kejadiannya pagi hari. Di tempat tukang cukur, yg kebetulan nyetel TV. Reaksi pertama, tentu saja terkejut, apalagi kejadiannya di Sumatera. Kampung halaman Andi di Pekanbaru. Segera ngirim sms, Alhamdulillah tidak terkena. Satu hal yg membuatku malu sampai sekarang, pertama2 itu aku nggak menyangka kalau bencananya sedemikian besar, sampai menewaskan puluhan ribu bahkan nanti mungkin ratusan ribu orang di Aceh. Aku pikir hanya seperti banjir biasa yg cuma menimpa sebagian kecil daerah. Ternyata.... Masya Allah. Sungguh, aku merasa sedih atas musibah yg menimpa saudara kita di Aceh dan malu terhadap diriku sendiri yg tidak tanggap.

Beberapa hari setelahnya bahkan sampai sekarang, terasa sekali solidaritas rakyat Indonesia dan Internasional. Di tv, koran, di jalan raya, banyak tampak orang2 yg menyumbangkan bantuan semampu mereka. Hati ini merasa bersyukur, karena ternyata dijaman yang nilai2 kekeluargaan, persatuan bangsa tampaknya telah lenyap, masih banyak manusia yg punya hati nurani. Bantuan berdatangan di posko2, bertumpukan. Di tv, koran terdaftar ratusan nama penyumbang. Relawan berdatangan, baik dari daerah2 Indonesia maupun dr luar. Sementara aku cuma bisa membantu menyumbang seadanya, krn aku nggak punya keahlian maupun keadaan mental dan fisik yg mumpuni utk jadi relawan disana. Melihat mereka yang bekerja keras membantu langsung ditempat musibah, amat menggugah. Teramat mulia sekali tindakan yang mereka lakukan, semoga Allah memberikan balasan yg setimpal. Sungguh, aku merasa terharu.

Kini seminggu lebih setelah bencana terjadi, mulai muncul "hal-hal duniawi". Dari keadaan yg tadinya tampak begitu rukun, amat besar semangat persaudaraannya, dinodai oleh aksi segelintir oknum tidak bertanggung jawab. Sebut saja, isu2 SARA yang mulai berkembang di komunitas2 maya, yang setelah dikonfirmasi ternyata: ada yg benar namun tidak intended utk golongan tertentu (dapat terjadi pada siapa saja), dan ada juga yg bualan sampah belaka.
Ada juga hal2 yg inevitable di saat darurat, tapi efeknya besar terhadap mata dunia, seperti lambatnya pasokan bantuan atau sikap aparat yg kurang simpatik (setau saya cuma 1, yaitu saat seorang TNI menendang para pengungsi yg berebut mendapatkan bantuan dr heli Amerika. Apesnya scene itu diputar di CNN).
Atau orang2 yg memancing di air keruh, seperti penjarahan, pemungutan "uang lewat" oleh oknum aparat, dan yg membuat aku mengelus dada adalah bbrp aksi GAM yg masih terus berlanjut di pelosok Aceh (kenapa nggak bisa rukun sejenak, bahu membahu disaat musibah ini, toh yang mereka perjuangkan juga tanah yg sama yg masyarakatnya banyak menjadi korban? bukankah melancarkan aksi disaat seperti ini semakin membuat antipati??). Apakah tidak bisa, bangsa ini bersatu? Sungguh, aku jadi merasa sedikit apatis.

Tapi apapun, melalui musibah ini Allah telah memperingatkan manusia yg belakangan ini merasa bangga dengan dosa2 yg ditimbunnya dan melupakanNya. Semoga dapat menjadi renungan yang mendalam bagi kita. Dan aku berharap, agar solidaritas yang kini ada dapat bertahan terus tanpa harus menunggu bencana lagi ::

 

Aku dan Dia
CLBK??

Aku kemarin2 jatuh cinta lagi pada seorang lelaki. Padahal aku udah menikah, dia juga udah menikah (kalo dia malahan udah punya anak). Aku pertama ketemu dia udah bbrp tahun yang lalu, tepatnya kapan aku lupa, yang jelas waktu itu aku baru2 kuliah (kita semua belum merit tentunya). Semula hubungan ini cuma sebatas aku kagum padanya. Tapiiii.... lama lama kok semakin kenal semakin aku suka, semakin dengar suaranya semakin aku terbawa, kalo nggak dengar suaranya, rasanya hidupku ada yg kurang.

Aku pernah nggak berhubungan lagi dng dia selama bbrp waktu, krn waktu itu andi tau, merasa dinomer 2 kan dan cemburu. Cemburu beraaaaaaaaat.... Waktu itu, I thought it's ridiculous. Mengada ada. Kita kan nggak ada apa2. Tapi nggak salah juga sih, mungkin andi merasa tersaingi. Soalnya dia good looking, walopun badannya nggak gede. Dan suaranya... aduh, bikin hati rontok. Tapi, suara andi juga lumayan lho kalo ngomong. Whisper yet not whispering. (Kalo kata si Mosi temenku malah suara andi itu seksi, serak2 basah). Ya udah, aku dan dia off dulu beberapa waktu. Aku nggak pernah liat mukanya lagi. Tetapi, seperti yg aku bilang sebelumnya, kalo nggak denger suaranya, rasanya ada yg kurang.

Sampe akhirnya di thn 2004 ini. Takdir menentukan bahwa aku harus ketemu dia lagi. Untung aja andi udah bisa menerima hubunganku dengan dia (Mungkin krn sekarang kita udah menikah?) Dia agak berubah, in a good way. Lebih ganteng, lebih dewasa, lebih seksi rasanya. Dan dia udah nikah. Sedang suaranya... tetap bikin aku degdeg-an. Bahkan lebih dari yg dulu dulu (kadang2 juga bikin horny). Kayaknya ini CLBK deh (cinta lama bersemi kembali). Tapi apa daya, kita udah sama2 menikah, jadi rasanya hubungan ini lebih baik kembali ke keadaan semula saja. Lagian memikirkan bhw dia udah punya anak aja rasanya sebal. Sekarang aku cuma bisa menikmati suaranya tanpa mikir yg nggak nggak (mikir apaan hayooo... hehehe).

Tahun ini, keluar albumnya yg baru yg mempertemukan kembali aku dengan dia: SMILE. Aku bela2in beli dua format, CD dan Kaset. CD buat di rip, kaset buat didenger di mobil. Juga aku sampe nitip2 ke kakakku yg dijakarta buat nyariin album solonya: 666, yg kemudian aku beli cd dan kasetnya juga. Waktu nulis ini, aku sedang denger lagunya yg entah apa judulnya, soalnya tulisannya tulisan jepang sih. Walaupun aku pernah les bahasa jepang, tapi aku tetep nggak ngerti hurup kanjinya ::


*Buat yg belum juga ngeh siapa dia, dia adalah Hyde atao disebut juga Haido, vokalis L'Arc~en~Ciel, sebuah band dari Jepang. Klik disini untuk liat fotonya (yea yea i know, it's so lame to fall in love with someone famous... but what can I do, he's so dazzlingly handsome, or should I say, beautiful? And in my defence, his voice is damn good)

Ebooks
Orang biasa melawan Kapitalis

E-book, bukanlah sesuatu yg termasuk baru di tahun 2004 ini. Sebenernya aku sendiri udah pernah sekali mendownload ebook pada tahun 2000an gitu kalo gak salah, tetapi nggak kuat bacanya, krn waktu itu aku harus baca didepan pc, sambil duduk di kursi yg nggak nyaman sama sekali. Jadilah aku melupakan ebook untuk bbrp tahun.

Tetapi belakangan ini aku pengen kembali mencoba baca ebook. Kenapa? Awalnya sih sederhana, karena aku sedang ingin baca buku yg waktu itu masih susah carinya di toko buku. Trus dng menimbang2 keadaan bahwa sekarang aku udah ada handheld device, rasanya udah cukup memadai buat menikmati ebook lagi. Jadilah kemudian perburuan ebook dimulai.

Dari ebook forum di yahoo, aku dapet satu url yg lumayan lengkap. www.virtual-library.tk. (anyway, site ini sekarang dlm tahap maintenance, atau sudah dibredel ya? Krn bbrp hari ini down). Disana ada berpuluh2 pengarang, yg sebagian besar karyanya dapat diperoleh dng gratis. Wah, kayak anak kecil masuk ke toko mainan rasanya. Pengen ini pengen itu tinggal klik. Akhir onlen, aku udah mendapatkan belasan judul buku, termasuk buku2 masa kecilku dulu karya Blyton yg sekarang udah nggak diterbitkan lagi. Senangnyaaa !!

Langkah berikutnya dalam kepalaku adalah, mulai membaca. Ternyata nggak semudah yg aku kira. Ada hal yg luput dr perhitungan: Format ebook. Sekarang ada bermacam format yg tersebar. Lit, pdb, txt, html, pdf, sampe rtf. Untuk PDA yg berOS Palm, yg bisa dibaca cuma format pdb. Tapi hal itu masih bisa disiasati, dng menconvert format2 tadi ke pdb pake program tertentu. Jadi misalnya, untuk mendapatkan file pdb dr sebuah file pdf, harus melalui jalan lumayan mbulet. Dari pdf di convert ke txt, dr txt diconvert ke pdb. Hasilnya pun tdk memuaskan. Kadang ada loncatan2 paragraf, hilangnya gambar, dll. Tapi krn udah ngebet banget pingin baca, ya diterima aja.

Dari pengamatan, format paling bagus buat membaca ebook adalah lit dan pdf. Untuk pdf, udah nggak ada masalah. Untuk lit, menyebalkan. Gara2 usaha untuk mengconvert .lit ini, aku baru merasakan sisi kapitalis microsoft yg bener2 menohok diriku. Ternyata lit hanya bisa dibaca dengan MS Reader, yg notabene hrs pake PC atau Pocket PC, bukan Palm. Dan sampe sekarang software utk mengconvert dr lit ke format lain belum ada. Sebenernya ada sih, ada org2 yg membuat program converter itu, tapi untuk converting itu harus memerlukan keahlian seorang yg tidak awam komputer krn hrs mengubah apanyaaaaa gitu... Kalo aku sih daripada ngerusak, mending nggak.

Jadi, sekarang aku masih membiarkan ebooks format lit ku tersimpan di folder yg berdebu di pojokan hardiskku sambil menunggu seorang jenius yg akan menciptakan converter tsb, yg aku yakin pasti akan membahagiakan ratusan ribu orang seperti aku ::

Pendidikan kita

Tadi pagi baca koran, ada 5 siswi SMU di suatu tempat yg dikeluarkan krn ketahuan hamil, padahal udah mau UAN. Kenapa harus dikeluarkan? Katanya sih krn ada aturannya yg tidak membolehkan siswi hamil mengikuti pendidikan di sekolah.

Lho kalo gitu berarti pihak sekolah merampas hak mereka buat memperoleh pendidikan dong? Ya mungkin mereka melanggar norma2 masyarakat, tapi apakah itu berarti mereka nggak patut memperoleh pendidikan? Mereka udah cukup menderita dng hukuman dari masyarakat (dikucilkan, belom lagi kemarahan dr ortu), mbok jangan ditambah lagi dng merampas hak mereka utk memperoleh pendidikan.

Ya biasanya sih murid yg hamil akan cuti sampai mereka melahirkan dan akan masuk sekolah lagi (di sekolah lain, tentunya) tapi aku masih merasa gak sreg sama aturan tadi. Rasa keadilan, kesetaraan dan haknya itu lhoooo.... kok semena2 dilecehkan ::

Belahlah Dadaku

Dulu sampe umur 20an, aku sempet minder krn dadaku ini kecil, gak sebesar org2 lain yg dadanya tumbuh berkembang sempurna. Belom lagi pikiran bhw laki2 itu suka dada yg besooaaaarrrr... makin besar makin disuka. Gak tau juga sih dari mana "kepercayaan" spt itu muncul.

Sampe akhirnya timbul kepercayaan diri bahwa kalo org akan menghargaiku, maka aku lebih suka dihargai dari kepribadian dan kemampuan, bukan dari besar kecilnya dada. Juga ada gunanya baca2 artikel bahwa tidak semua laki2 (*dangduttzzz bangeet*) suka wanita bercup C atau D, bahkan dari hasil polling mereka lebih suka wanita berdada proporsional yang kencang. Dan menurutku, aku cukup proporsional. Badanku kecil, maka tentu pasnya dng dada kecil pula.

Tapi percaya nggak, dulu alasan pertama yg diajukan para dokter bedah plastik, khususnya untuk pembesaran dada ini adalah (mereka menggunakan pendekatan psikologis) : untuk membantu meningkatkan kepercayaan diri para wanita.

Seharusnya di jaman sekarang ini, tahun 2000an ini, alasan seperti itu udah nggak laku lagi. Udah banyak topik2, buku2, acara tv dan lain sebagainya yg membahas bgmn cara meningkatkan kepercayaan diri wanita, bagaimana wanita seharusnya bersikap, atau yg memberikan "pengetahuan" bahwa wanita itu bukan obyek dst dst.....
Tapi ternyata masih banyak juga peminat implan silikon ini. Mungkin karena media, yg secara terus menerus memberikan gambaran bahwa wanita yg disukai laki2 adalah wanita berdada montog.
Sesuatu hal yg tidak benar, kalo diberikan secara terus menerus, mungkin akan terasa benar pada akhirnya ::

Sendawa membawa Petaka

Beberapa waktu yg lalu aku denger di sebuah radio "entertainment & lifestyle" di Surabaya, si penyiar bilang kalo dia pernah di pdkt sama cowo, dan krn cowoknya oke dia mau diajak ngedate gitu. Tetapi, setelah date, si penyiar ilfil berat sama tu cowo. Kenapa? katanya karena tu cowo keren bersendawa (glegekan) setelah makan.

Waduh.... kok ajaib banget ya kedengerannya. Memang, kesopanan perlu dijaga, tapi menurutku ilfil hanya karena sendawa, it sounds ridiculous. Apakah mereka nggak pernah bayangin kalo Brad Pitt sekalipun juga pernah sendawa atau kentut waktu ngedate? Namanya juga manusia... dan manusia tidak ada yg sempurna.

Anyway, walaupun potongan cerita diatas mungkin cuma fragmen, tetapi kita para cewe harus fair terhadap cowo2. Walaupun mungkin agak2 kurang sopan, siapa tahu masih banyak kualitas2 baik yang dimiliki cowo tadi, yang nggak dimiliki oleh cowo yang bertable manner sempurna. Atau sebaliknya, cowo bertable manner sempurna, sifatnya belum tentu sebaik table mannernya ::

Chicklit

Aku agak tergelitik melihat definisi chicklit di dalam novel2 chicklit terbitan Gramedia. Disitu disebutkan Chicklit atau Chick Literature berarti "bacaan cewek". Hey, kenapa kok diskriminatif sekali? Apa karena kita cewek, jadi gak mampu baca semisal karya2 Milan Kundera atau (tarohlah yg paling umum) karya Crichton, Grisham? Atau, apa karena ini chicklit, jadi kurang berbobot buat dibaca cowok? Aku yakin pasti ada cowok yg baca chicklit ini.
Ceritanya juga tentang kisah2 wanita kosmopolitan yang ditipikalkan banget: single, punya karir. Motonya juga gak pas: Being Single and Happy. Padahal isinya sebagian besar tentang kisah2 cewe2 single yang sepertinya menderita dengan statusnya sebagai single. Akhir ceritanya juga tipikal dongeng2 anak2: they lived happily ever after... Kenapa bisa begitu? kita kan sudah cukup dewasa untuk membaca sesuatu yang berakhir kurang seperti yang diharapkan.
Anyhow, aku sih gak muna, aku kadang2 beli novel ini, tapi faktor pertama adalah karena gambar covernya bagus2 :D (gak logis sih, tapi kenyataannya emang gitu, aku doyan ama gaya2 popart gitu), dan faktor kedua pengen baca sesuatu yg menghibur. Walopun memang aku akui untuk tingkat kepuasan setelah membacanya masih fluktuatif.
Mungkin aku juga gak usah terlalu serius mikirin hal2 yg udah aku tulis tadi diatas, toh rasanya chicklit ini oleh pengarangnya dibuat cuma ditujukan untuk menghibur tanpa tendensi apa2, hanya saja krn penerbitnya masang label Chicklit trus aku jadi kesel sendiri... ::

The real world ?

Kalo kamu punya atasan yg "sulit" (dalam artian tukang ngomel, gak ada kerjaan kita yg seems right dimatanya, doyan marah2, pokoknya sulit deh buat kerja bersama dia), tapi kamu tetep aja bertahan kerja sama dia karena alasan keuangan, what would you consider yourself? Tough or Pathetic? ::

Senada Seirama

Pernah merhatiin gak, kalo lagi liat majalah, nonton sinetron, atau cuma sekedar jalan di mal, bahwa jaman sekarang semua cewe itu dandanannya SAMA (disini saya ngambil contoh cewe, krn untuk cowo terus terang saya kurang paham). Kalo anak smp-sma, rambutnya lurus digerai atau dikuncir, belah samping dng poni disibak ke samping, baju sedikit kedodoran, kaus kaki kalo nggak panjang, ya dipelorotin seperti leg warmer. Untuk anak kuliah, dandanan sama itu lebih luas lagi, nggak cuma pengaturan rambut saja, tapi udah melebar ke wajah/dandanan dan pakaian. Untuk yg lebih dewasa lagi, tetep aja bisa diambil benang merah kesamaannya.

Mungkin dengan sesuatu yg sama kita jadi lebih mudah untuk "connected", merasa senasib, sehingga dapat tercipta kerjasama yang lebih baik. Kesamaan bisa juga membantu pembauran (bukankah untuk membaur diperlukan kesamaan?), mungkin hal ini menjadi alasan mengapa begitu banyak orang yg setuju menyamakan dirinya dengan org lain.

Dalam ruang lingkup yang lebih luas, banyak juga hal2 yg sama (atau mungkin lebih tepat dikatakan standardized), tidak hanya antar kota tapi juga antar negara. Ujung2nya, seluruh dunia ini semuanya sama, mengikuti satu panduan yg homogenik. Ya itulah mungkin efek dari kemajuan teknologi, globalisasi dsb. Seluruh dunia ini terasa bagaikan sebuah kampung yang kecil saja. Dan yang dapat mengambil keuntungan adalah pihak pihak yang mampu menghasilkan "panduan" tersebut.

Tapi lalu dimana excitementnya, bagaimana nanti kita akan belajar sesuatu yang berbeda kalo semuanya sama? ::
---> diberi pencerahan sama Hilman : Gejala sosial ini namanya Trend

Patung Polisi

Kemaren waktu lagi jalan2, kita (aku, Andi, zZet, Bemby) melihat ada sepeda motor polisi diletakkan di tengah jalan, untuk membatasi jalur putar balik di sebuah jalan yg selalu padat di Surabaya. Sementara polisinya sendiri tak terlihat, mengawasi dari sebuah warung tak jauh dari situ.
Ajaibnya, pengguna jalan itu kok ya menurut saja sama sepeda motor polisi tsb, bahkan mungkin "segan". Buktinya gak ada yang sengaja nabrak..hehehe. Mereka jadi tertib antri untuk memutar, nggak sodok sana sodok sini. Ternyata sebegitu besar kekuatan rasa "kehadiran" dari polisi, yg diwakili oleh diletakkannya sepeda motor polisi di tengah jalan yg padat.

Kalo gitu, kenapa patung pak polisi nggak diganti aja dengan patung sepeda motor polisi? Patung polisi kan keliatan banget bo'ongannya (kecuali kalo yg bikin udah sekelas para modeller di LOTR). Sementara kalo bikin patung motor, lebih masuk akal krn nggak berbentuk organik. Atau kalo mau lebih mantab, dikasi juga patung polisi yg mengawasi, diletakkan di warung terdekat. Atau lebih keren lagi, bikin warung bo'ongannya juga sekalian, jadi satu paket terdiri dari patung sepeda motor, pak polisi dan warungnya... ::

For what its worth

Aku sudah memilih jalan hidup yang kumau, tetapi kenapa rasanya berat sekali? Kenapa aku masih merasa iri melihat jalan hidup yang seharusnya bisa saja aku jalani? Tapi aku tau ini konsekuensinya, aku tau ini worthed untuk dilakukan.
Maybe I just have to have more faith
::

Tua Tua Keladi

hihihi.... judulnya idih ! Kenapa, laki2 kalo udah umur 40an lebih gitu makin bersinar makin keren makin seksi, sementara kalo wanita kok cenderung redup ya? Keriput, menggelambir dimana2...padahal ngga kurang2 lho usaha yg dilakuin wanita biar awet muda. Tapi tetep aja sinar dr innerselfnya meredup. Bukannya ngga memihak sesama gender sendiri, tapi gitulah kenyataannya. Just a thought... ::

Crossings

Pernahkah terlintas di jalan hidupmu, saat-saat kita harus memilih sesuatu yang akan mempengaruhi jalan hidup kita seterusnya?
Dan sungguh menakjubkan sekali, melihat betapa bergesernya jalur kehidupanku dari jalur semula ::