Aku
dan Dia
CLBK??
Aku
kemarin2 jatuh cinta lagi pada seorang lelaki. Padahal aku udah
menikah, dia juga udah menikah (kalo dia malahan udah punya
anak). Aku pertama ketemu dia udah bbrp tahun yang lalu, tepatnya
kapan aku lupa, yang jelas waktu itu aku baru2 kuliah (kita
semua belum merit tentunya). Semula hubungan ini cuma sebatas
aku kagum padanya. Tapiiii.... lama lama kok semakin kenal semakin
aku suka, semakin dengar suaranya semakin aku terbawa, kalo
nggak dengar suaranya, rasanya hidupku ada yg kurang.
Aku pernah nggak berhubungan lagi dng dia selama bbrp waktu,
krn waktu itu andi tau, merasa dinomer 2 kan dan cemburu. Cemburu
beraaaaaaaaat.... Waktu itu, I thought it's ridiculous. Mengada
ada. Kita kan nggak ada apa2. Tapi nggak salah juga sih, mungkin
andi merasa tersaingi. Soalnya dia good looking, walopun badannya
nggak gede. Dan suaranya... aduh, bikin hati rontok. Tapi, suara
andi juga lumayan lho kalo ngomong. Whisper yet not whispering.
(Kalo kata si Mosi temenku malah suara andi itu seksi, serak2
basah). Ya udah, aku dan dia off dulu beberapa waktu. Aku nggak
pernah liat mukanya lagi. Tetapi, seperti yg aku bilang sebelumnya,
kalo nggak denger suaranya, rasanya ada yg kurang.
Sampe akhirnya di thn 2004 ini. Takdir menentukan bahwa aku
harus ketemu dia lagi. Untung aja andi udah bisa menerima hubunganku
dengan dia (Mungkin krn sekarang kita udah menikah?) Dia agak
berubah, in a good way. Lebih ganteng, lebih dewasa, lebih seksi
rasanya. Dan dia udah nikah. Sedang suaranya... tetap bikin
aku degdeg-an. Bahkan lebih dari yg dulu dulu (kadang2 juga
bikin horny). Kayaknya ini CLBK deh (cinta lama bersemi kembali).
Tapi apa daya, kita udah sama2 menikah, jadi rasanya hubungan
ini lebih baik kembali ke keadaan semula saja. Lagian memikirkan
bhw dia udah punya anak aja rasanya sebal. Sekarang aku cuma
bisa menikmati suaranya tanpa mikir yg nggak nggak (mikir apaan
hayooo... hehehe).
Tahun ini, keluar albumnya yg baru yg mempertemukan kembali
aku dengan dia: SMILE. Aku bela2in beli dua format, CD dan Kaset.
CD buat di rip, kaset buat didenger di mobil. Juga aku sampe
nitip2 ke kakakku yg dijakarta buat nyariin album solonya: 666,
yg kemudian aku beli cd dan kasetnya juga. Waktu nulis ini,
aku sedang denger lagunya yg entah apa judulnya, soalnya tulisannya
tulisan jepang sih. Walaupun aku pernah les bahasa jepang, tapi
aku tetep nggak ngerti hurup kanjinya ::
*Buat yg belum juga ngeh siapa dia, dia adalah Hyde atao
disebut juga Haido, vokalis L'Arc~en~Ciel, sebuah band dari
Jepang. Klik disini
untuk liat fotonya (yea yea i know, it's so lame to fall in
love with someone famous... but what can I do, he's so dazzlingly
handsome, or should I say, beautiful? And in my defence, his
voice is damn good)
Ebooks
Orang biasa melawan Kapitalis
E-book,
bukanlah sesuatu yg termasuk baru di tahun 2004 ini. Sebenernya
aku sendiri udah pernah sekali mendownload ebook pada tahun
2000an gitu kalo gak salah, tetapi nggak kuat bacanya, krn waktu
itu aku harus baca didepan pc, sambil duduk di kursi yg nggak
nyaman sama sekali. Jadilah aku melupakan ebook untuk bbrp tahun.
Tetapi
belakangan ini aku pengen kembali mencoba baca ebook. Kenapa?
Awalnya sih sederhana, karena aku sedang ingin baca buku yg
waktu itu masih susah carinya di toko buku. Trus dng menimbang2
keadaan bahwa sekarang aku udah ada handheld device, rasanya
udah cukup memadai buat menikmati ebook lagi. Jadilah kemudian
perburuan ebook dimulai.
Dari
ebook forum di yahoo, aku dapet satu url yg lumayan lengkap.
www.virtual-library.tk. (anyway, site ini sekarang dlm tahap
maintenance, atau sudah dibredel ya? Krn bbrp hari ini down).
Disana ada berpuluh2 pengarang, yg sebagian besar karyanya dapat
diperoleh dng gratis. Wah, kayak anak kecil masuk ke toko mainan
rasanya. Pengen ini pengen itu tinggal klik. Akhir onlen, aku
udah mendapatkan belasan judul buku, termasuk buku2 masa kecilku
dulu karya Blyton yg sekarang udah nggak diterbitkan lagi. Senangnyaaa
!!
Langkah
berikutnya dalam kepalaku adalah, mulai membaca. Ternyata nggak
semudah yg aku kira. Ada hal yg luput dr perhitungan: Format
ebook. Sekarang ada bermacam format yg tersebar. Lit,
pdb, txt, html, pdf, sampe rtf. Untuk PDA yg berOS Palm, yg
bisa dibaca cuma format pdb. Tapi hal itu masih bisa disiasati,
dng menconvert format2 tadi ke pdb pake program tertentu. Jadi
misalnya, untuk mendapatkan file pdb dr sebuah file pdf, harus
melalui jalan lumayan mbulet. Dari pdf di convert ke txt, dr
txt diconvert ke pdb. Hasilnya pun tdk memuaskan. Kadang ada
loncatan2 paragraf, hilangnya gambar, dll. Tapi krn udah ngebet
banget pingin baca, ya diterima aja.
Dari
pengamatan, format paling bagus buat membaca ebook adalah lit
dan pdf. Untuk pdf, udah nggak ada masalah. Untuk lit, menyebalkan.
Gara2 usaha untuk mengconvert .lit ini, aku baru merasakan sisi
kapitalis microsoft yg bener2 menohok diriku. Ternyata lit hanya
bisa dibaca dengan MS Reader, yg notabene hrs pake PC atau Pocket
PC, bukan Palm. Dan sampe sekarang software utk mengconvert
dr lit ke format lain belum ada. Sebenernya ada sih, ada org2
yg membuat program converter itu, tapi untuk converting itu
harus memerlukan keahlian seorang yg tidak awam komputer krn
hrs mengubah apanyaaaaa gitu... Kalo aku sih daripada ngerusak,
mending nggak.
Jadi, sekarang aku masih membiarkan ebooks format lit ku tersimpan
di folder yg berdebu di pojokan hardiskku sambil menunggu seorang
jenius yg akan menciptakan converter tsb, yg aku yakin pasti
akan membahagiakan ratusan ribu orang seperti aku ::
Pendidikan
kita
Tadi
pagi baca koran, ada 5 siswi SMU di suatu tempat yg dikeluarkan
krn ketahuan hamil, padahal udah mau UAN. Kenapa harus dikeluarkan?
Katanya sih krn ada aturannya yg tidak membolehkan siswi hamil
mengikuti pendidikan di sekolah.
Lho kalo gitu berarti pihak sekolah merampas hak mereka buat
memperoleh pendidikan dong? Ya mungkin mereka melanggar norma2
masyarakat, tapi apakah itu berarti mereka nggak patut memperoleh
pendidikan? Mereka udah cukup menderita dng hukuman dari masyarakat
(dikucilkan, belom lagi kemarahan dr ortu), mbok jangan ditambah
lagi dng merampas hak mereka utk memperoleh pendidikan.
Ya biasanya sih murid yg hamil akan cuti sampai mereka melahirkan
dan akan masuk sekolah lagi (di sekolah lain, tentunya) tapi
aku masih merasa gak sreg sama aturan tadi. Rasa keadilan, kesetaraan
dan haknya itu lhoooo.... kok semena2 dilecehkan ::
Belahlah
Dadaku
Dulu
sampe umur 20an, aku sempet minder krn dadaku ini kecil, gak
sebesar org2 lain yg dadanya tumbuh berkembang sempurna. Belom
lagi pikiran bhw laki2 itu suka dada yg besooaaaarrrr... makin
besar makin disuka. Gak tau juga sih dari mana "kepercayaan"
spt itu muncul.
Sampe akhirnya timbul kepercayaan diri bahwa kalo org akan menghargaiku,
maka aku lebih suka dihargai dari kepribadian dan kemampuan,
bukan dari besar kecilnya dada. Juga ada gunanya baca2 artikel
bahwa tidak semua laki2 (*dangduttzzz bangeet*) suka wanita
bercup C atau D, bahkan dari hasil polling mereka lebih suka
wanita berdada proporsional yang kencang. Dan menurutku, aku
cukup proporsional. Badanku kecil, maka tentu pasnya dng dada
kecil pula.
Tapi
percaya nggak, dulu alasan pertama yg diajukan para dokter bedah
plastik, khususnya untuk pembesaran dada ini adalah (mereka
menggunakan pendekatan psikologis) : untuk membantu meningkatkan
kepercayaan diri para wanita.
Seharusnya di jaman sekarang ini, tahun 2000an ini, alasan seperti
itu udah nggak laku lagi. Udah banyak topik2, buku2, acara tv
dan lain sebagainya yg membahas bgmn cara meningkatkan kepercayaan
diri wanita, bagaimana wanita seharusnya bersikap, atau yg memberikan
"pengetahuan" bahwa wanita itu bukan obyek dst dst.....
Tapi ternyata masih banyak juga peminat implan silikon ini.
Mungkin karena media, yg secara terus menerus memberikan gambaran
bahwa wanita yg disukai laki2 adalah wanita berdada montog.
Sesuatu hal yg tidak benar, kalo diberikan secara terus menerus,
mungkin akan terasa benar pada akhirnya ::
Sendawa
membawa Petaka
Beberapa
waktu yg lalu aku denger di sebuah radio "entertainment
& lifestyle" di Surabaya, si penyiar bilang kalo dia
pernah di pdkt sama cowo, dan krn cowoknya oke dia mau diajak
ngedate gitu. Tetapi, setelah date, si penyiar ilfil berat sama
tu cowo. Kenapa? katanya karena tu cowo keren bersendawa (glegekan)
setelah makan.
Waduh....
kok ajaib banget ya kedengerannya. Memang, kesopanan perlu dijaga,
tapi menurutku ilfil hanya karena sendawa, it sounds ridiculous.
Apakah mereka nggak pernah bayangin kalo Brad Pitt sekalipun
juga pernah sendawa atau kentut waktu ngedate? Namanya juga
manusia... dan manusia tidak ada yg sempurna.
Anyway,
walaupun potongan cerita diatas mungkin cuma fragmen, tetapi
kita para cewe harus fair terhadap cowo2. Walaupun mungkin agak2
kurang sopan, siapa tahu masih banyak kualitas2 baik yang dimiliki
cowo tadi, yang nggak dimiliki oleh cowo yang bertable manner
sempurna. Atau sebaliknya, cowo bertable manner sempurna, sifatnya
belum tentu sebaik table mannernya ::
Chicklit
Aku
agak tergelitik melihat definisi chicklit di dalam novel2 chicklit
terbitan Gramedia. Disitu disebutkan Chicklit atau Chick
Literature berarti "bacaan cewek". Hey, kenapa
kok diskriminatif sekali? Apa karena kita cewek, jadi gak mampu
baca semisal karya2 Milan Kundera atau (tarohlah yg paling umum)
karya Crichton, Grisham? Atau, apa karena ini chicklit, jadi
kurang berbobot buat dibaca cowok? Aku yakin pasti ada cowok
yg baca chicklit ini.
Ceritanya juga tentang kisah2 wanita kosmopolitan yang ditipikalkan
banget: single, punya karir. Motonya juga gak pas: Being
Single and Happy. Padahal isinya sebagian besar tentang
kisah2 cewe2 single yang sepertinya menderita dengan statusnya
sebagai single. Akhir ceritanya juga tipikal dongeng2 anak2:
they lived happily ever after... Kenapa bisa begitu? kita kan
sudah cukup dewasa untuk membaca sesuatu yang berakhir kurang
seperti yang diharapkan.
Anyhow, aku sih gak muna, aku kadang2 beli novel ini, tapi faktor
pertama adalah karena gambar covernya bagus2 :D (gak logis sih,
tapi kenyataannya emang gitu, aku doyan ama gaya2 popart gitu),
dan faktor kedua pengen baca sesuatu yg menghibur. Walopun memang
aku akui untuk tingkat kepuasan setelah membacanya masih fluktuatif.
Mungkin aku juga gak usah terlalu serius mikirin hal2 yg udah
aku tulis tadi diatas, toh rasanya chicklit ini oleh pengarangnya
dibuat cuma ditujukan untuk menghibur tanpa tendensi apa2, hanya
saja krn penerbitnya masang label Chicklit trus aku
jadi kesel sendiri... ::
The
real world ?
Kalo
kamu punya atasan yg "sulit" (dalam artian tukang
ngomel, gak ada kerjaan kita yg seems right dimatanya, doyan
marah2, pokoknya sulit deh buat kerja bersama dia), tapi kamu
tetep aja bertahan kerja sama dia karena alasan keuangan, what
would you consider yourself? Tough or Pathetic?
::
Senada
Seirama
Pernah
merhatiin gak, kalo lagi liat majalah, nonton sinetron, atau
cuma sekedar jalan di mal, bahwa jaman sekarang semua cewe itu
dandanannya SAMA (disini saya ngambil contoh
cewe, krn untuk cowo terus terang saya kurang paham).
Kalo anak smp-sma, rambutnya lurus digerai atau dikuncir, belah
samping dng poni disibak ke samping, baju sedikit kedodoran,
kaus kaki kalo nggak panjang, ya dipelorotin seperti leg warmer.
Untuk anak kuliah, dandanan sama itu lebih luas lagi, nggak
cuma pengaturan rambut saja, tapi udah melebar ke wajah/dandanan
dan pakaian. Untuk yg lebih dewasa lagi, tetep aja bisa diambil
benang merah kesamaannya.
Mungkin
dengan sesuatu yg sama kita jadi lebih mudah untuk "connected",
merasa senasib, sehingga dapat tercipta kerjasama yang lebih
baik. Kesamaan bisa juga membantu pembauran (bukankah untuk
membaur diperlukan kesamaan?), mungkin hal ini menjadi alasan
mengapa begitu banyak orang yg setuju menyamakan dirinya dengan
org lain.
Dalam
ruang lingkup yang lebih luas, banyak juga hal2 yg sama (atau
mungkin lebih tepat dikatakan standardized), tidak hanya antar
kota tapi juga antar negara. Ujung2nya, seluruh dunia ini semuanya
sama, mengikuti satu panduan yg homogenik. Ya itulah mungkin
efek dari kemajuan teknologi, globalisasi dsb. Seluruh dunia
ini terasa bagaikan sebuah kampung yang kecil saja. Dan yang
dapat mengambil keuntungan adalah pihak pihak yang mampu menghasilkan
"panduan" tersebut.
Tapi
lalu dimana excitementnya, bagaimana nanti kita akan belajar
sesuatu yang berbeda kalo semuanya sama? ::
---> diberi pencerahan
sama Hilman : Gejala sosial ini namanya Trend
Patung
Polisi
Kemaren
waktu lagi jalan2, kita (aku, Andi, zZet, Bemby) melihat ada
sepeda motor polisi diletakkan di tengah jalan, untuk membatasi
jalur putar balik di sebuah jalan yg selalu padat di Surabaya.
Sementara polisinya sendiri tak terlihat, mengawasi dari sebuah
warung tak jauh dari situ.
Ajaibnya, pengguna jalan itu kok ya menurut saja sama sepeda
motor polisi tsb, bahkan mungkin "segan". Buktinya
gak ada yang sengaja nabrak..hehehe. Mereka jadi tertib antri
untuk memutar, nggak sodok sana sodok sini. Ternyata
sebegitu besar kekuatan rasa "kehadiran" dari polisi,
yg diwakili oleh diletakkannya sepeda motor polisi di tengah
jalan yg padat.
Kalo
gitu, kenapa patung pak polisi nggak diganti aja dengan patung
sepeda motor polisi? Patung polisi kan keliatan banget bo'ongannya
(kecuali kalo yg bikin udah sekelas para modeller di LOTR).
Sementara kalo bikin patung motor, lebih masuk akal krn nggak
berbentuk organik. Atau kalo mau lebih mantab, dikasi juga patung
polisi yg mengawasi, diletakkan di warung terdekat. Atau lebih
keren lagi, bikin warung bo'ongannya juga sekalian, jadi satu
paket terdiri dari patung sepeda motor, pak polisi dan warungnya...
::
For
what its worth
Aku
sudah memilih jalan hidup yang kumau, tetapi kenapa rasanya
berat sekali? Kenapa aku masih merasa iri melihat jalan
hidup yang seharusnya bisa saja aku jalani? Tapi aku tau ini
konsekuensinya, aku tau ini worthed untuk dilakukan.
Maybe I just have to have more faith ::
Tua
Tua Keladi
hihihi....
judulnya idih ! Kenapa, laki2 kalo udah umur 40an lebih gitu
makin bersinar makin keren makin seksi, sementara kalo wanita
kok cenderung redup ya? Keriput, menggelambir dimana2...padahal
ngga kurang2 lho usaha yg dilakuin wanita biar awet muda. Tapi
tetep aja sinar dr innerselfnya meredup. Bukannya ngga memihak
sesama gender sendiri, tapi gitulah kenyataannya. Just a thought...
::
Crossings
Pernahkah
terlintas di jalan hidupmu, saat-saat kita harus memilih sesuatu
yang akan mempengaruhi jalan hidup kita seterusnya?
Dan sungguh menakjubkan sekali, melihat betapa bergesernya jalur
kehidupanku dari jalur semula ::