MEMBANGUN KOMUNITAS SAINS

DARI/DI MASJID-MASJID SEKOLAH

Oleh : Reza Ervani

Dulu ketika wacana Olimpiade Fisika Muslim menjadi perdebatan di mailing list Fisika Indonesia, ada sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada penulis. Pertanyaan itu bernada kurang lebih seperti berikut :

 “Apa alasan anda menganggap bahwa masjid adalah tempat yang paling cocok untuk menumbuhkan minat fisika di kalangan siswa …”

Tulisan berikut bukanlah jawaban dari pertanyaan tersebut, tetapi sekedar sebuah upaya untuk memberikan sebentuk pola sederhana dari ide-ide tentang keterikatan Sains dan Masjid.

*********

Alhamdulillah, Allah swt menakdirkan penulis dapat berkecimpung di dunia Da’wah Sekolah semenjak akhir tahun 2000. Banyak hal yang penulis temui disana, dan ketika masa-masa orientasi siswa seperti saat ini, kenangan dan semangat itu seakan selalu menjadi baru.

Disaat-saat seperti ini, penulis melihat bahwa siswa-siswa baru yang tadinya berseragam putih biru memasuki gerbang sekolah barunya dengan semangat. Sangat semangat bahkan … sehingga bentakan senior terkadang terdengar indah.

Berbondong-bondong mereka mencari sesuatu yang baru dari sekolahnya yang baru, mendaftar ke satu atau bahkan semua kegiatan ekstrakurikuler hanya untuk memenuhi rasa ingin tahunya.

Masa yang dalam beberapa tahun terakhir penulis lihat langsung di belasan sekolah ini – setidaknya bagi penulis pribadi – adalah masa yang begitu luar biasa ….

**********

Sayangnya selang beberapa bulan kemudian, penulis juga melihat bahwa betapa banyak sekali diantara mereka yang tidak menemukan apa yang menjadi impian mereka.

Sekolah baru yang tadinya ingin dijadikan sebagai tempat penebus dosa bagi kelalaiannya hingga tidak tembus sekolah unggulan hanya membuat dirinya semakin hilang potensi. Hilang terbang sudah semangat yang tadi ada berganti dengan putus asa dan skeptis memandang masa depan ….

Sungguh sayang sekali ….

***********

Tapi diantara keputusasaan itu, penulis kemudian menemukan sekelompok komunitas yang mereka sadari atau tidak, tetap menempatkan potensi itu dalam kondisi tidur, tidak hilang, tapi juga tidak bangun bergerak. Komunitas itu adalah komunitas masjid-masjid sekolah yang sering dikenal dengan sebutan ROHIS.

Inilah yang menurut penulis mengapa mereka begitu rentan terhadap serangan berbagai aliran sesat, pemikiran kontroversial dan segala macam yang akhirnya menimbulkan trauma tersendiri bagi sekolah. Karena potensi itu masih sangat mudah disulut dan terbakar … Tergantung sekarang siapa yang membakar dan disulut dengan bahan bakar apa ….

Inilah mengapa masjid sekolah menurut penulis adalah tempat yang paling tepat untuk mulai membangun komunitas Ilmuwan-ilmuwan muslim itu :

1.       Rigid

Pembentukan Bimbel Fisika FOSILRAM di salah satu SMU Negeri di pinggiran kota Bandung membuktikan bahwa potensi itu bisa diarahkan menjadi luar biasa, terbukti dua orang diantara lima orang peserta Bimbel Gratis itu menjadi juara kelas. Susahnya mencari waktu bimbingan, membuat akhirnya disepakati untuk mulai belajar ketika sekolah belum mulai. Dari pukul 6 pagi sampai bel masuk berbunyi (inilah alas an mengapa kemudian bimbel itu dinamakan Zero O’Clock [Zi O] Community), walau ada yang tinggalnya sangat jauh  Rigid, tangguh, itulah ciri khas yang penulis tangkap dari komunitas ini.

Seorang siswa Bimbel bahkan ada yang bersedia untuk tidak pulang kampung ke Cililin (Gunung Halu, 3 jam perjalanan) hanya untuk bisa datang tepat waktu di Senin paginya.

2.       Eksekutor Potensial yang Kreatif dan Inovatif

Potensi itu kembali terbukti, ketika ide tentang Studium General digulirkan di sebuah acara mabit di salah satu SMP di Cimahi yang kebetulan penulis diundang sebagai pematerinya. Ta’lim yang seharusnya berjalan satu jam untuk anak SMP itu berubah menjadi diskusi tiga jam untuk alumni yang akhirnya menelorkan kesepakatan bahwa harus ada format baru dalam pengajian-pengajian masjid sekolah, bukan semata mengundang ustadz dengan kemampuan syariah, tapi juga Profesor pakar sains dan teknologi

Dan kini, ide itu mulai dikerjakan untuk direalisasikan. Dan penulis melihat, satu-satunya komunitas yang mampu menggarap ide seperti ini adalah komunitas masjid sekolah. (Mungkin ini pula alas an mengapa di banyak sekolah di Bandung dan Cimahi, anggota Kelompok Ilmiah Remaja adalah juga anggota ROHIS)

3.       Kalangan Menengah Ke Bawah

Dibandingkan komunitas lain yang juga marak di sekolah (khususnya Bandung dan Cimahi) seperti Band, Cheerleaders dan Basket, sebagian besar penghuni komunitas masjid sekolah adalah mereka yang berlatar belakang keluarga ekonomi menengah ke bawah. Dampaknya adalah mereka akan sangat bersungguh-sungguh jika ada peluang mendapatkan tambahan dana untuk sekolah atau informasi pemberian Beasiswa. Bukti sederhana tentang ini penulis rasakan ketika FOSILRAM menggulirkan program Departemen Wirausaha Siswa dan Majalah LIGHT.

Dalam sebuah diskusi pribadi dengan Seorang Ibu Kepala Sekolah sebuah SMK Negeri di Bandung, penulis menemukan bahwa kendala ekonomi ini sebenarnya bisa menjadi potensi luar biasa ketika anak-anak ini diarahkan untuk menggapai sesuatu yang besar di masa depannya. Hanya terkadang sayang, guru yang (maaf) berstatus PNS, sudah hilang waktunya untuk melukis cita-cita di benak para siswa tadi. Disinilah pentingnya program kerjasama dengan pihak luar seperti LSM Pelajar dan Kampus.

Penulis sangat yakin sekali, jika komunitas Fisika di Kampus tidak hanya sibuk dengan debat kusir tentang teori ini dan teori itu, potensi ini bisa bangkit dengan luar biasa …

4.       Akhlaq

Entahlah, penulis selalu menemukan bahwa orang-orang yang berhasil menjadi Ilmuwan sejati selalu memiliki kebiasaan santun, sederhana dan kebersahajaan. Bagi beberapa orang mungkin kedua hal itu bukanlah sebuah korelasi, tapi bagi penulis, akhlaq yang baik adalah prasyarat mutlak agar Sains tetap bisa Melangit dan Membumi. Dan komunitas masjidlah yang paling pantas untuk membangun prasyarat itu 

Allahu ‘Alam

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda bagi ulil Albab … yaitu mereka yang senantiasa mengingat Allah saat berdiri, duduk maupun berbaring. Mereka merenungkan tentang penciptaan langit dan bumi, (kemudian berkata) Robb Kami, sungguh tidak ada yang Engkau ciptakan ini sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka Jauhkan Kami dari Azab Neraka.” (Al Quranul Karim)