Tumbuh dikota Bekasi, aku sering mendengarkan curhat teman-teman sebayaku tentang ciuman dan bersentuhan dengan pria, saat itu kami berusia 9 tahun, tepatnya kelas IV SD. mulai penasaran, aku mulai pacaran saat itu, walau agak takut saat bergandengan tangan.
Memasuki SLTP aku mulai genit dengan cowok, meski masih risih dengar cerita mengenai ciuman, tapi di usia 14 tahun aku mulai merasakan ciuman pertamaku (ga enak sih, akhirnya aku cari cowok lain untuk menciumku). Mulai saat itu aku kenal rasa seks. Aku masih penasaran dengan semua berbau seks. Jujur saja aku tidak pernah nonton bokep di usia itu, tapi teman-teman priaku yang mengajarkanku. Sebut saja "I" seorang kakak kelasku dan sekaligus tetanggaku memintaku untuk memegang Penisnya, lalu mengisapnya. Well ... aku memang menyukainya, jadi aku turuti kemauannya. Sayangnya air maninya cepat keluar, tapi sejak saat itu aku mengenal rasanya mani.
Tentu saja aku tidak puas, aku mulai menjelajahi pria-pria lainnya, pernah dan sering kali hampir keperawananku hilang diusia-usia SLTP, tapi takdir belum tertulis untukku melepas perawanku saat itu.
Usia 15 tahun aku jatuh cinta pada seorang pria (beda 2 tahun), sebutlah namanya "Y". Dia dewasa, kebapakan, tapi sayang Papa tidak suka, karena keluargaku dan dia sering bermusuhan. Aku kehilangan dia saat aku memasuki 1 SMU. Dia kabur dari rumah, padahal saat itu aku sedang membutuhkannya, karena Papaku selingkuh. Aku butuh tempat curhat. Dan entah sampai sekarang jika aku memiliki masalah, aku lebih nyaman, jika aku menuangkan segenap rasaku itu. Saat aku merasa bimbang, aku berkenalan dengan pria sebayaku, dia adalah "A", entah dimana logikaku sampai aku menyerahkan perawanku padanya. Bodohnya aku...
Malam itu sepulangnya, aku langsung menangis dibahu teman priaku yang biasa main didepan rumahku. Aku ceritakan semua padanya. Dan aku minum 3 papan nipam sekaligus (paginya aku sudah pesan, karena aku merasa putus asa atas kepergian "Y" dan tak ada balasan surat darinya). Paginya aku hampir ketahuan mabuk dengan Guru Bahasa Indonesia, tapi untunglah temanku menolongku.
Sekitar seminggu setelah hubungan seks dengan "A", aku tak kunjung mendapat menstruasi dan masuk angin. Papaku sadar bahwa aku hamil, lalu memintaku mengantar kerumah "A". "A" mengelak, tapi keluarganya percaya aku. Papa menyuruhku membuat keputusan, gugurkan atau tidak, sebenarnya aku tidak ingin digugurkan, tapi "A" tidak seiman denganku, aku tidak bisa menikah dengannya dan lagi pula bagaimana dengan sekolahku???
Aku menggugurkan kandunganku di sebuah klinik dikawasan Jakarta. Dan sejak itu aku menjadi liar, aku bercinta dengan siapa saja yang kutemui, bahkan pernah dengan pria yang tak kukenal sama sekali. Tapi memasuki kelas 3 SMU aku mulai menyadari bahwa hidupku itu berharga. Guruku berkata: "yang kamu lakukan hari ini akan berpengaruh pada kehidupanmu 10-20 tahun yang akan datang."
Aku melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi di Jakarta. Berkenalan denga seorang pria yang sudah bekerja, usianya lebih tua 3 tahun dariku. Selama 3 tahun di masa-masa kuliahku, aku sering melakukan hubungan seks dengannya, sampai akhirnya aku tahu rasanya orgasme dan mendapatkian cara untuk puaskan libidoku sendiri tanpa pria.
|