Informasi
Pendakian Gunung


  

HOME

DAFTAR ISI


CEREMEI

GEDE

MERAPI

MERBABU

PANGRANGO

PAPANDAYAN

SALAK

SEMERU

SINDORO

SLAMET

SUMBING


Hal Penting

TAMAN NASIONAL


SACHRUL ISWAHYUDI

 


G. Papandayan

 

 

 

ged1.gif (71053 bytes)

 

 

 

 

 

 

 

Puncak G. Papandayan (1989)

Letak

Sedang dalam pengerjaan ...

Kesampaian Lokasi

Sedang dalam pengerjaan ...

Biaya Perjalanan

Sedang dalam pengerjaan ...

Tips Pendakian

Sedang dalam pengerjaan ...

Cerita Serem

Ini bukan cerita serem. Sebaliknya ini merupakan pengalaman yang paling menyenangkan. Ceritanya begini: Waktu perjalanan turun gunung, saya mempersilakan teman-teman saya turun terlebih dahulu semuanya. Waktu itu saya ingin buang air besar (maklum, di puncak makan terlalu banyak). Sebelum berpisah, seorang teman meminjam uang kepada saya untuk makan siang di Cisurupan, dan akan dikembalikan jika sudah sampai di Garut (uangnya ditinggalkan sebagian di tempat kami sebelumnya menginap di rumah nenek salah seorang teman kami yang lain). Uang yang tersisa tinggal pecahan 5000-an dan beberapa recehan yang tidak cukup untuk ongkos ke Garut sekalipun. Sebenarnya saya agak ragu memberi lembaran 5000-an, tapi karena saya pikir kami akan bertemu kembali di Cisurupan sebelum ke Garut (saya dapat menagih sisa uang 5000-an tersebut untuk ongkos ke Garut, setelah dipakai untuk bayar makan), maka akhirnya saya berikan. Tinggallah saya sendiri, mencari-cari kali kecil. Dalam pencarian tersebut, saya menyadari telah terlalu jauh dan terlampau lama dan berusaha kembali ke jalan utama. Di tengah jalan ternyata hujan, saya sempat berteduh di gubuk-gubuk yang di buat peladang atau pencari kayu setempat. Waktu-pun berjalan semakin panjang, dan akhirnya buang air besar terlupakan. Waktu hampir gelap, dengan susah paya saya berusaha mengejar teman-teman yang pasti sudah tidak sabar lagi menunggu. Sampai di Cisurupan akhirnya sudah malam.

Di Cisurupan saya tidak mendapati teman-teman saya menunggu di sana. Saya kecewa berat saat itu, tapi kemudian menyadari, tidak mungkin menunggu saya sampai malam, karena akan kesulitan mendapatkan kendaraan ke Garut yang dapat menyebabkan mereka tidur di jalanan. Dengan uang sisa beberapa keping recehan, tidak mungkin saya ke Garut. Saya tidak memiliki keberanian bersitegang dengan kondektur bis soal ongkos. Akhirnya saya memutuskan untuk menunggu teman saya menjemput dan tidur di emperan toko di tepi jalan, walaupun agak naik ke atas terdapat masjid yang dapat digunakan untuk tidur. Hal ini saya lakukan sambil berharap bila ada teman saya yang menyusul atau mencari-cari saya, tidak kesulitan menemukan saya.

Saat hampir tengah malam yang dingin, saya didatangi oleh beberapa orang. Keadaan cukup gelap waktu itu, tapi tidak takut karena saya tidak punya apa-apa, selain pakaian bekas dan sepatu butut. Seandainya mereka ingin barang-barang tersebut, akan saya relakan, toh, besok pasti teman-teman saya akan menjemput saya (yakin sekali, karena saya kenal sekali dengan sifat-sifat teman saya yang setia kawan dan saling menolong). Tapi ternyata dugaan saya meleset sama sekali. Saya justru ditawari menginap di rumah salah seorang dari mereka. Mereka ternyata para pengojek yang mangkal di pertigaan Jalan Raya Cisurupan dan jalan menuju Gunung Papandayan. Rupanya mereka tidak tega melihat seorang ABG (anak baru gede, waktu itu saya masih SMA) tidur kedinginan sendirian di pinggir jalan raya). Akhirnya salah seorang meminta saya berkemas dan mengajak saya menuju rumahnya. Orang tersebut namanya Dadang, mempersilakan saya tidur di tempat tidur yang empuk, setelah sebelumnya meminta adik-adiknya tidur di tempat lain.

Keesokan harinya, setelah mandi, makan sekenyangnya dan tentu saja buang air besar, saya diajak kembali oleh Kang Dadang ke tempat para teman-temannya (Ojek Cisurupan). Setelah ngobrol sebentar (birokrat bilang: ramah-tamah), mereka berkumpul, bisik-bisik, dan ternyata mereka urunan, kumpulin uang, buat ongkos saya ke Jakarta. Aduh, baik sekali Mahluk-Mahluk Allah ini. Sebelumnya saya berencana menunggu teman saya menjemput saya. Kemudian mereka memberhentikan bis (elf), dan titip pesan (jangan ditagih ongkos) untuk keberangkatan saya. Sebelumnya saya mengucapkan banyak terimakasih kepada mereka (dan Kang Dadang) atas pertolongan, perhatian dan keramahtamahan mereka kepada saya. Mudah-mudahan segala amal perbuatan mereka mendapat balasan dariNYA cepat atau lambat.


Sosiologi

Sedang dalam pengerjaan ...

 

Kembali ke Atas

 


Website ini dikelola dan dikembangkan oleh Sachrul Iswahyudi
Kirim e-mal ke: sachrul@softhome.net jika ada tanggapan, kritik atau saran
Terakhir di-update pada: August 30, 2003