SEMINAR ADVOKASI 

  ormon atau genetika, melainkan suatu penyakit, penyimpangan, dan disorientasi dari heteroseksualitas yang dianggap satu-satunya perilaku seksual yang normal dan wajar.  Atas dasar pemahaman inilah buku ini ditulis.

Seperti yang pasti telah kita duga – bahkan dari judulnya - , buku ini memiliki misi untuk meluruskan kembali sesuatu yang dianggap telah bengkok, yaitu dari homoseksual menjadi heteroseksual. Untuk mengembalikan orientasi yang dianggap menyimpang itu, penulis mengajukan beberapa teori, contoh-contoh kasus, terapi penyembuhan, dan kesaksian seorang gay yang telah mengikuti terapi tersebut. Teori klasik tentang kurangnya hubungan yang erat dengan orangtua yang satu jenis, ibu yang dominan, pengalaman di abuse secara seksual adalah beberapa contohnya. Rasa rendah diri, perasaan tidak dikasihi dan tidak berharga, kecemasan dan depresi, kemarahan dan kejengkelan, cemoohan dan penghinaan, adalah contoh dari gangguan emosional yang juga diyakini penulisnya sebagai penyebab terjadinya naluri homoseksual. Demikian pula dengan terapi reorientasi, penyangkalan diri, menahan godaan, dan lain-lain. Buku ini ditujukan bukan saja untuk para homoseksual yang ingin berubah, tapi juga bagi konselor kristen yang terlibat dalam pelayanan konseling kaum homoseksual kristen yang merasa berdosa dan menganggap orientasinya salah dan menyimpang.

Penelaahan atas ayat-ayat Alkitab dalam buku ini dilakukan berdasarkan metode tafsiran harfiah. Artinya, ayat-ayat Alkitab yang berhubungan dengan isu hubungan seks antar pria, diambil begitu saja dan dimengerti secara harfiah sesuai dengan pemahaman jaman sekarang,  dan tidak dikaji berdasarkan metode historis-kritis, yaitu berdasarkan pemahaman pada jaman dimana ayat tersebut ditulis, yang tentu memiliki kultur dan latar belakang yang berbeda dari kondisi kita di jaman sekarang ini. Hal ini cukup disayangkan, karena dengan adanya metode tafsiran harfiah tersebut, pembaca buku ini  tidak dituntun untuk berpikir lebih jauh lagi dan bersikap kritis atas ayat-ayat Alkitab yang dianggap mengutuk homoseksualitas. Dengan kata lain, penulis buku ini mengajak pembacanya untuk mengerti ayat-ayat tersebut seperti apa adanya, sekalipun ahli-ahli teologia aliran utama saat ini tahu dan menyadari bahwa ayat-ayat tersebut tidak bisa begitu saja dipakai untuk menilai isu homoseksualitas abad ini.

Lebih jauh, buku ini condong mendasarkan sikapnya yang anti homoseksualitas itu pada contoh-contoh pengalaman hidup pria-pria gay yang merana, yang tidak bahagia dengan identitas dirinya sebagai gay dan yang sesungguhnya masih memiliki konflik batin ketika mereka hidup sebagai gay. Pengalaman buruk dalam hal asmara diantara sesama kaum gay, stereotipe kaum gay yang promiskuitas, keterlibatan orang-orang tersebut dengan pornografi, obat bius dan pelacuran, telah dijadikan contoh dari teori disorientasi/penyimpangan seksual dan gangguan emosi yang dipegang oleh penulis buku ini. Sementara itu, faktanya adalah banyak pria-pria gay lain di bumi ini yang bahagia dengan identitas seksualnya, tidak lagi memiliki konflik batin yang menyiksa, yang telah berdamai dengan dirinya sendiri, memiliki pengalaman hidup yang kaya akan hal-hal yang baik, monogami, mereka yang tidak terlibat obat bius dan pelacuran, gay-gay yang rohani, aktif dalam pelayanan, hidup bertanggungjawab dan bahagia, sama seperti kaum heteroseksual lainnya. Bagaimana si penulis dapat menjelaskan ini semua? Mengatakan bahwa itu semua kamuflase belaka bukanlah jawaban yang baik, sebab kebenaran tidaklah boleh didasarkan pada prasangka-prasangka yang subyektif sifatnya atau pada contoh kasus beberapa orang  yang kemudian generalisasikan atau dianggap berlaku untuk setiap orang.

Pada akhirnya, bukankah kita harus kembali pada dua sumber yang kita anggap cukup bertanggungjawab dalam memberikan jawaban untuk menilai isu homoseksualitas? Kitab suci dan ilmu pengetahuan! Ketika ada tafsiran lainnya yang lebih gay friendly  atas Alkitab, dan ketika ada teori, konsep dan dalil lain yang lebih gay friendly dari ilmu psikologi, dimana homoseksualitas secara jelas telah dinyatakan bukan lagi sebagai penyimpangan seksual (kecuali yang egodistonik), bukankah setiap pembaca buku ini harus juga bersikap kritis dan tidak langsung menerima ide dan pandangan si penulis dengan begitu saja? Itulah pesan saya terhadap anda yang ingin membaca buku ini.

 

(Judul Buku: TIDAK LAGI  HOMO, Strategi-Strategi Praktis bagi Orang Kristen untuk Mengatasi Homoseksualitas, Bahasa: Indonesia,  Judul Asli: HOMOSEXUAL NO MORE, Pengarang: Dr. William Consiglio, Terjemahan: Lanny I. Utoyo, Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Alamat Penerbit (Ind):  Jl. Naripan 67, Bandung 40112, Jumlah Halaman (Ind): 231, Edisi : Pertama, 1998, Penerbit (Eng): Chariot Victor Books, ISBN: ASIN: 0896939359, Edisi (Eng): Oktober 1991, Rating PdC:**)

KEMBALI KE: MENU BUKU