Home > Artikel > Jangan Bayangkan Linux itu Gratis

Jangan Bayangkan Linux itu Gratis

(Sekadar) Sebuah Tanggapan atas Tulisan Sdr. Julianto di Internet Edisi Juni - Juli 2001

Membaca judulnya saja membuat kening siapapun akan berkerut, apa memang demikian, mengingat Linux selama ini digembar-gemborkan sebagai sistem operasi yang handal, tahan banting, dan murah bahkan sebenarnya gratis. Membaca isinya, kening semakin berkerut karena tiga perempat tulisan ini justru menguatkan fakta di atas. Baru pada sub judul terakhir disimpulkan bahwa Linux ternyata tidak murah dan juga tidak gratis, apalagi bagi pemula. Namun, yang terasa mengganjal adalah kalimat terakhirnya yang juga menjadi kesimpulannya :
Kesimpulannya, Anda perlu menghitung biaya yang anda keluarkan untuk mempelajari Linux, baik dari kursus maupun dari internet, termasuk waktu yang anda investasikan untuk kegiatan ini. Bandingkan dengan harga Windows dan aplikasinya.

Saya perlu menggarisbawahi kata bagi pemula di awal subjudul terakhir itu. Pemula mana yang dimaksud oleh penulis, pemula yang belum pernah sama sekali menyentuh komputer atau pemula di Linux yang sudah terbiasa (terbawa) dengan penggunaan Windows dan aplikasinya (yang belum tentu legal). Bukan rahasia lagi kalau 90% software Windows dan aplikasinya di Indonesia adalah bajakan. Harap diingat bahwa kriteria bajakan meliputi : penggandaan tidak sah, instalasi satu software sah pada banyak komputer tanpa lisensi, instalasi pada komputer baru tanpa CD dan CoA, penyewaan software, meski sah dan berlisensi (terjadi di rental, warnet, dan kursus!), dan kompilasi sejumlah software dalam satu CD secara ilegal. Begitu ketatnya kriteria tersebut sehingga akan besar sekali dampaknya jika diberlakukan secara tegas (istilah Jawanya, saklek ), maka Windows, dan apalagi, aplikasi-aplikasinya hanya akan dinikmati oleh segelintir 'elite' bangsa ini. Dalam tulisan itu sudah disebutkan harga Windows (OEM) $70, Office 2000 $600, dan belum termasuk software lain, yang bisa saya uraikan di antaranya : Norton Utilities ($60), Adobe Photoshop ($600), CorelDraw! (sekitar $300), AutoCAD (sekitar $600), MS Visual Studio (lebih dari $1000), dan lain-lain. Dibanding harga PC (rakitan) kelas menengah di Indonesia yang rata-rata $500-$1000 per unit, harga software di dalamnya, bila dibeli secara sah, akan jauh di atas harga hardwarenya.

Pemula, yang belum pernah menyentuh komputer atau belum terbiasa dengan komputer berbasis Windows sebelumnya, akan mengalami kesulitan, dan membutuhkan bimbingan, baik dari buku maupun kursus. Apakah harga buku-buku dan kursus Windows dan Linux berbeda jauh ? TIDAK. Yang terjadi mungkin hanya kelangkaan buku-buku Linux berbahasa Indonesia dan kursus-kursus Linux di kota-kota Indonesia. Silakan anda bandingkan buku-buku Windows terbitan Catapult, Microsoft Press, atau serial for Dummies yang memang diperuntukkan bagi pemula, dengan berbagai buku tentang Linux yang beredar di pasaran, tidak berbeda jauh. Lalu, bandingkan harga majalah Chip, Internet, MikroData (yang pakai CD) dengan majalah InfoLinux (juga pakai CD), tidak berbeda jauh juga. Perlu diketahui (bukan promosi) dengan membeli majalah InfoLinux, Anda akan mendapatkan CD berisi distro lengkap sebagai bonus yang siap pakai, ditambah CD berisi aplikasi-aplikasi penunjang di edisi-edisi lainnya. Untuk soal kursus Linux, sebenarnya sudah cukup banyak, yang masih sangat kurang adalah kursus mengenai aplikasi Linux, seperti StarOffice, GIMP, dan lain-lain. Kebanyakan kursus Linux adalah mengenai basic (instalasi), administrator, dan networking. Kelebihan Lnux justru pada sumber daya di internet yang sangat kaya, mulai dari manual, HowTo, FAQ, forum, milis, newsgroup, semuanya tersedia gratis (semampu anda menggali), namun memang masih sedikit yang berbahasa Indonesia.

Bila yang dimaksud pemula yang terbiasa dengan Windows dan aplikasinya, memang ada kesulitan mempelajari Linux, apalagi jika hanya ingin coba-coba. Bagi 'pemula' (karena sebenarnya mereka bukan pemula) perlu diingatkan bahwa Linux bukanlah Windows, bahwa jika mereka hanya ingin coba-coba karena konon kabarnya Linux itu gratis, murah, handal, dan tidak terlalu sulit dipelajari, sebaiknya berpikir kembali. Seseorang mempelajari Linux sebaiknya dimulai dari penghargaan terhadap semangat open source, yang pada dasarnya adalah kerelaan untuk berbagi, untuk bekerja sama menghasilkan software yang bagus, dengan bug seminimum mungkin, dan juga penghargaan terhadap lisensi, karena Linux meskipun gratis juga dilindungi oleh lisensi GPL (GNU General Public Licence). Namun, di dalam open source ada bermacam-macam lisensi seperti, BSD Licence, MPL, Artistic Licence, QPL, dan sebagainya. Mempelajari suatu sistem yang baru sama sekali pasti sulit, semuanya akan berpulang pada niat awalnya, dengan kemauan yang kuat tak ada yang mustahil.

Saya bahkan belum bicara mengenai harga Linux. Harga dasar Linux adalah GRATIS, bila yang dimaksudkan adalah Linux sebagai kernel (http://www.kernel.org). Pengertian Linux sebagai sistem operasi (seharusnya GNU/Linux) siap pakai, disebut distribusi atau distro (RedHat, SuSE, Mandrake, Trustix, Caldera) biasanya tersedia paling sedikit dalam dua versi, versi gratis yang bisa didownload langsung dari produsennya atau dibeli dari berbagi outlet (dengan mengganti ongkos CD), dan versi komersial (boxed) yang menambahkan ekstra berupa CD aplikasi (yang isinya pun software-software gratis, evaluasi, atau demo komersial). Jadi, membeli satu distro berarti membeli sistem operasi dan aplikasinya sekaligus, dengan harga paling mahal yang saya tahu adalah sekitar $179 (RedHat edisi Professional). Sekarang silakan bandingkan dengan Windows dan aplikasinya. Anda juga bisa membeli CD distro dari beberapa situs di internet dengan harga Rp 17.500,00 - Rp 29.000,00 per keping, tidak jauh berbeda dari harga CD Windows dan aplikasinya yang bajakan alias GPL (Glodok Public Licence). Apalagi, membeli distro resmi (istilahnya "boxed") sekaligus juga mendapat support penuh dari vendornya, atau paralel dengan versi retail dari Windows. Perlu diketahui harga Windows versi retail adlah mulai dari $99 (single user licence), harga $70 di atas adalah versi OEM, yang tanpa support vendor, hanya support dari reseller, atau setara dengan versi download Linux yang gratis atau hanya seharga 15-30 ribuan di Glodok atau toko-toko Linux. (kalau $1 = Rp 10.000,00, hitung sendiri 'kemurahan' Linux)

Terakhir, coba kita bandingkan harga kursus Linux dan Windows serta aplikasinya. Untuk mendapatkan sertifikasi resmi (dari vendor aplikasi) kita harus membayar ratusan rubu sampai jutaan rupiah untuk satu aplikasi. Jangan bandingkan dengan kursus-kursus non-sertifikasi resmi yang softwarenya pasti bajakan (lihat kriteria bajakan di atas). Sedangkan kursus Linux, selain softwarenya dijamin tidak membajak, biayanya pun lebih bersaing. Meski harus diakui, sertifikasi untuk kursus Linux masih belum ada, dan kursus aplikasi Linux masih sangat kurang (untuk tingkat operator).

Kesimpulannya, Jangan bayangkan Linux itu gratis...betul sekali. Jangan bayangkan Linux itu murah.... relatif, bila dibandingkan Windows dan aplikasinya yang resmi, walau ditambah kursus, buku, langganan majalah, dan surfing sampai mabok pun saya kira masih lebih murah Linux. Apalagi jika pemula mau bergabung dengan KPLI yang sudah tersebar di seluruh nusantara. Jangan dibandingkan dengan Windows yang bajakan, apalagi yang nekat belajar sendiri (autodidak), yang itu pun masih perlu biaya. Sekian saja tulisan ini, semoga tidak dirasakan terlau menggurui, hanya sekadar ingin membagi pengetahuan untuk kebaikan bersama. Terima Kasih.

Artikel Terkait

back to index


Homepage ini seisinya © 2002-2007 oleh Imam Indra Prayudi