Radio Nederland Wereldomroep, Selasa, 30 November 2004
FPI Mengaku Dibantu Orang Pemerintahan untuk Kirim
Sukarelawan ke Irak
Front Pembela Islam FPI menyatakan akan mengirim sejumlah sukarelawan ke
Fallujah, Irak. Menurut Machsuni Kaloko, ketua operasional FPI sampai sekarang
hampir 300 orang telah mendaftarkan diri. Setelah melewati proses dan berbagai tes,
mereka akan dilatih taktik militer di Indonesia dan Irak. Untuk itu para sukarelawan ini
bahkan mendapat bantuan dari sejumlah orang dalam pemerintah. Selain itu para
sukarelawan dikirim dengan menggunakan visa turis dan baru masuk ke Irak lewat
negara lain. Ikuti keterangan Machsuni Kaloko lebih lanjut kepada Radio Nederland:
Machsuni Kaloko [MK]: Yang pertama tragedi Fallujah ini, kita melihat tindakan dari
zionis Amerika memang sudah biadab. Dan kita lihat juga di sana kan kekuatannya
juga tidak berimbang. Dan kami sebagi ummat Islam itu merasa peduli. Dengan FPI
kami mengambil sikap dengan membuka posko pendaftaran mujahiddin untuk Irak
khususnya Fallujah. Itu artinya kami bisanya itu.
Radio Nederland [RN]: Sampai sekarang sudah banyak pak yang mendaftar?
MK: Hari ini saja 154. Total semuanya hampir 300.
RN: Lalu rencana berikutnya bagaimana pak mengirim mereka?
MK: Kan ini kita ada ketentuannya, ada persyaratannya. Jadi begitu mereka nanti
syarat administrasi mereka sudah lengkap, ada ijin orang tua, ada pas foto, identitas
mereka lengkap. Terus nanti kita lihat yang sudah punya paspor atau bagaimana.
Nanti ada interview, ada tes. Dari tahapan ini nanti mereka lulus seleksi. Kita kasih
latihan 30% di tanah air yang 70% di Irak. Kenapa di Irak 70%, karena medannya
tidak sama.
RN: Latihannya latihan apa saja?
MK: Macam-macam. Di sana kan bukan hanya sekadar berani saja, atau gimana.
Tidak. Di sini itu ya minimal dasar kemiliteran. Artinya bagaimana strategi untuk
bertempur, bagaimana strategi bertahan, bagaimana cara-cara menembak yang
benar. Kan begitu.
RN: Dan siapa yang menjadi pelatihnya?
MK: Macam-macam. Kan di kita juga banyak yang pernah berangkat ke Ambon,
pernah berangkat ke Afghan. Dan itu juga tidak menutup kemungkinan
saudara-saudar kita yang mungkin ada di pemerintahan. Maaf dengan tanda kutip,
kita tidak bisa sebutkan namanya. Di peduli dengan dia merasa terpanggil
keislamannya, bagi ia punya keilmuannya. Artinya ada juga beberapa orang yang
ingin bantu kita gitu.
RN: Kalau mereka dikasih latihan militer, berarti mereka juga diperlengkapi dengan
peralatan militer?
MK: Artinya begini, kalau dasar militer yah seperti hands slib dan sebagainya itu kan
ada dasarnya. Bukan berarti otomatis dong. Latihan ya namanya nembak pakai
pistol. Tidak mungkin nembak pakai selain pistol. Nah itu kita bekalin. Karena ada
beberapa orang yang juga memang sudah punya dasar itu, untuk finishingnya di Irak.
Bukan berarti dari sini lalu langsung bawa senjata, tidak.! Nah kalau dari sini bawa
senjata, sampai airport Soekarno-Hatta saja sudah kena cekal. Kan begitu.
RN: Lalu dananya dari mana pak?
MK: Nah ini. Jadi dari tadi kan juga nanya dananya nanti senjatanya bagaimana? Kita
jujur saja beberapa donatur yang siap bantu kita. Sekali lagi mohon maaf dengan
tanda kutip, kita tidak bisa sebutin nama-nama orang itu. Sekarang bayangin bu,
Sekarang bayangi, dia hanya bisa bantu. Dia sisihkan sebagian harta dia untuk ada
yang bikinkan paspor, ada yang dia belikan tiketnya. Ada yang bilang oh saya ini
menyumbang mau kasih obat-obatan. Nah ini kita sesuai dengan kesepakatan. Kita
harus jaga kerahasiaan itu.
RN: Lalu untuk ke sana kan ada visa Irak atau mereka harus lewat negara lain. Atau
bagaimana ini? Mengirimnya dengan menggunakan pesawat, kapal?
MK: Sekarang bagaimana saya kita kirim mereka. Kita itu resmi. Artinya begini:
mereka ada paspornya resmi, mereka beli tiket pesawat juga resmi, mer! eka urusin
visa dan fiskalnya resmi. Tetapi dengan tanda kutip juga, mereka berangkat ke sana
bukan sebagai seorang mujahiddin. Mereka berangkat ke sana sebagai turis saja.
Jadi tidak bisa langsung ke Irak, mungkin via Jordan, mungkin via Sudan, mungkin
juga via Mesir. Begitu sudah sampai di sana kita ksih foto-fotonya, nih mereka sudah
sampai sana.
RN: Lalu di sananya pak, kalau mereka sampai di Timur Tengah, kan harus ada yang
mengantar mereka, yang menunjuk jalan. Apakah ada orang yang menuntun mereka?
MK: Ya seperti umpamanya di sini turis. Kan kalau turis dari luar kan di sini ada
guide. Begitu juga di sana kita punya guide di sana. Kita sudah buka link-link ke sana
via Jordan, via Sudan, via Timur Tengah sendiri.
RN: Lalu begini pak, kalau di Fallujah itu menurut pernyataan Amerika mereka
memerangi pihak teroris. Nah apa nanti FPI tidak takut dicap sebagai teroris oleh
Amerika?
MK: Jangankan berangkat ke Fallujah. FPI menegakkan amar ma'aruf nahi mungkar,
memberantas tempat-tempat maksiat di negaranya sendiri saja dibilang teroris. Jadi
wajar itu.
RN: Kan Amerika itu negara adi daya. Risikonya kalau dicap sebagai kelompok
sebagai kelompok teroris oleh Amerika risikonya kan besar pak?
MK: Yah tidak apa-apa. Artinya kan masyarakat juga bisa lihat siapa sih
sesungguhnya teroris itu. Yang jadi Amerika itu setiap orang-orang Islam yang
menegakkan ajaran Islam itu dibilang teroris semuanya. Memang begitu. Kita sudah
sadar itu. Tidak apa-apa. Kalau kami menjalankan syariat Islam dibilang teroris, yah
mau apa kami teroris. Kami mengikuti ajaran agama kami.
Demikian Machsuni Kaloko, ketua operasional FPI.
© Hak cipta 2004 Radio Nederland Wereldomroep
|