Radio Nederland Wereldomroep, Selasa, 7 Desember 2004
Tiga Organisasi Bersenjata Aktif di Puncak Jaya, Papua
Intro: Gempa bumi di Nabire yang terus mendominasi pemberitaan Papua, jelas
menutupi masalah Puncak Jaya. Oktober lalu, sekitar 5000 orang mengungsi dari
Puncak Jaya karena operasi militer di wilayah itu, yang konon dibiyai oleh apbd
sebesar Rp. 19 milyar. Benarkah Organisasi Papua Merdeka satu-satunya organisasi
militer yang berperan di Puncak Jaya? John Rumbiak Koordinator Advokasi
Internasional bagi organisasi hak-hak azasi manusia Elsham melihat paling sedikit
ada tiga organisasi bersenjata yang aktif di Puncak Jaya.
John Rumbiak [JR]: Di Puncak Jaya itu ada tiga kelompok yang menurut investigasi
Elsham menunjukkan bahwa ada satu kelompok yang dipimpin oleh Goliath Tabuni.
Tabuni mengaku diri sebagai pimpinan TPN OPM di daerah itu. Dia ingin merdeka,
lepas dari Indonesia. Dan untuk itu dia percaya pada kekerasan. Itu satu.
Nah untuk kedua ada dua kelompok lain yang dipimpin oleh Wenda. Yang menarik
dari kelompok ini adalah bahwa mereka mempunyai telefon satelit. Nah, TPN OPM itu
tidak punya duit apa-apa sama sekali. Dan kepemimpinan OPM itu tidak jelas.
Sampai dengan sekarang itu kalau mau tanya siapa komandan mereka itu tidak jelas
sama sekali. Mereka juga punya SSB, Single Sightbin Radio. Mereka juga punya
bensin, di mana penebangan hutan di situ itu dikuasai oleh mereka. Dan mereka
bebas keluar masuk dan punya hubungan yang sangat baik dengan pihak militer.
Ini membuat kami yang sudah lama sekali memonitor kehadiran militer di Papua yang
memanipulasi dan infiltrasi kelompok-kelompok seperti begini yang menuntut Papua
merdeka, kami percaya bahwa orang-orang kampung yang menamakan diri TPN
OPM ini adalah korban-korban yang bekerjasama dengan pihak militer untuk
melakukan aksi-aksi yang menjustifikasi operasi militer untuk
kepentingan-kepentingan yang lebih besar, menyangkut kebijakan-kebijakan Jakarta
soal Papua.
Papua selalu menjadi ajang komoditi politik oleh orang-orang yang punya kepentingan
di Indonesia secara keseluruhan. Papua adalah salah satu tempat di mana mereka
eksploitasi secara politik, Aceh ada tempat kedua. Dulu Timor Timur adalah tempat
yang pernah dieksploitasi. Poso di Sulawesi adalah salah satu tempat yang lain. Dan
berbagai tempat yang ada di Indonesia, di mana kelompok-kelompok ini bermain
untuk menciptakan destabilisasi wilayah untuk maksud-maksud ekonomi dan politik
dari kelompok-kelompok tersebut.
Radio Nederland: Kelompok ketiganya siapa? Anda tadi baru menyebut dua
kelompok ini.
JR: Kelompok ketiga itu ada pimpinan yang saya lupa namanya, tapi missinya sama
seperti kelompok kedua tadi. Jadi yang pertama tadi adalah, saya boleh katakan
sebagai murni berjuang untuk Papua merdeka, menamakan diri TPN OPM, kemudian
dua kelompok yang lain, yang kelompok kedua dan ketiga tadi sebenarnya itu
terang-terang itu gaya milisia Timor Timur, saya bisa katakan seperti itu. Tugasnya
adalah melakukan aksi-aksi teror, intimidasi dan penyanderaan, melakukan
penyerangan terhadap terutama kaum migran. Sentimen migran itu memang secara
politik itu menjadi pihak yang paling empuk sama sekali yang bisa dieksploitasi oleh
pihak militer untuk membangun opini dunia.
Bahwa di Papua itu ada kelompok-kelompok brutal, apalagi dalam konteks perang
melawan terorisme saat ini. Pada tingkat internasional bisa digarap oleh kelompok
yang berkuasa, terutama militer di Indonesia untuk membangun opini dunia bahwa
TPN OPM itu adalah kelompok teroris. Mereka mesti dikategorikan sebagai teroris,
untuk itu masyarakat internasional harus mendukung upaya militer Indonesia untuk
membasmi gerakan separatisme di Papua.
Demikian John Rumbiak Koordinator Advokasi Internasional bagi organisasi hak-hak
azasi manusia Elsham.
© Hak cipta 2004 Radio Nederland Wereldomroep
|