SINAR HARAPAN, Senin, 13 Desember 2004
Kasus Penembakan dan Pengeboman Gereja, Kapolresta Palu
Dicopot
Jakarta, Sinar Harapan
Menyusul penembakan disertai peledakan bom di Gereja Anugerah Masomba dan
Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) Immanuel di Palu, Minggu (12/12) malam,
Kepala Polisi Daerah Sulawesi Tengah (Kapolda Sulteng), Brigjen Aryanto Sutadi,
Senin (13/12) pagi ini mencopot Kapolresta Palu, Ajun Komisaris Besar Noman
Siswandi.
Kapolda Brigjen Aryanto Sutadi ketika dihubungi SH, Senin (13/12) pagi ini
membenarkan hal tersebut. Dia mengatakan, Ajun Komisaris Besar Noman Siswandi
dinilai gagal dan lalai dalam menjalankan tugasnya sebagai Kapolresta Palu sehingga
muncul kasus penembakan disertai peledakan bom di kedua gereja di Palu pada
Minggu (12/12) malam.
Dia mengatakan, mulai Senin pagi ini jabatan Kapolresta Palu diisi oleh Ajun
Komisaris Besar Guntur Widodo yang sebelumnya Kapolres Luwuk. Ketika ditanya
lebih jauh, Kapolda mengatakan, dirinya masih memimpin rapat untuk mengusut
kasus penembakan dan peledakan bom di Gereja Anugerah Masomba dan GKST
Immanuel."Saya lagi pimpin rapat. Nanti saja usai rapat kontak saya lagi,"
tambahnya.
Sebelumnya, Kapolda Sulawesi Tengah (Sulteng) Brigjen Aryanto Sutadi
mengatakan, pengamanan rumah ibadah di Kota Palu belum dilaksanakan sesuai
dengan sistem yang ada, mengakibatkan terjadi dua kasus penembakan disertai
peledakan bom di Gereja Anugerah dan GKST Immanuel Palu."Sistem pengamanan
tidak dijalankan dengan baik, ini sebuah kecolongan," katanya di Palu, Minggu
(12/12) malam, seusai meninjau tempat kejadian perkara (TKP).
Menurut Kapolda Aryanto Sutadi, dua gereja yang menjadi sasaran aksi kekerasan
itu seharusnya mendapat pengamanan dari personel polisi. "Namun, sistem
pengamanan itu yang tidak berjalan," katanya.
Seorang perwira di Polda Sulteng mengaku pada saat gelar pasukan pengamanan
Natal dan Tahun Baru di Palu beberapa hari lalu, Kapolda telah mengistruksikan
pimpinan polisi di tingkat bawah untuk melakukan pengamanan terhadap
rumah-rumah ibadah. "Namun kenyataannya di lapangan seperti ini," tuturnya.
Menutup Akses
Sementara itu, jajaran Polda Sulteng sejak Minggu tengah malam menutup tiga pintu
utama keluar kota Palu yang menuju Manado Sulawesi Utara (Sulut), Mamuju dan
Bone Sulawesi Selatan (Sulsel). Langkah itu guna mempersempit gerak para pelaku.
Hal itu diungkap Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) Polda Sulteng, Ajun
Komisaris Besar Rais Adam ketika dihubungi SH, Senin (13/12) pagi ini. Dia
mengatakan, penutupan akses keluar kota Palu merupakan perintah langsung
Kapolda. Selain itu, sebuah tim khusus telah dibentuk untuk memburu para pelaku.
Dia mengungkapkan, sejauh ini Polda Sulteng telah meminta keterangan 15 saksi
mata dalam kasus penembakan disertai peledakan bom di Gereja Anugerah
Masomba dan GKST Immanuel di Palu. Dari keterangan saksi yang melihat langsung
kedua kejadian tersebut diperoleh keterangan bahwa pelaku lebih dari dua orang.
Dalam beraksi, para pelaku menggunakan sepeda motor. Pelaku diketahui bertubuh
tidak terlalu tinggi dan mengenakan jaket hitam.
"Kami menduga pelaku akan berusaha kabur melalui tiga pintu utama keluar kota
Palu di antaranya yang menuju ke Manado (Sulawesi Utara) dan Mamuju serta Bone
(Sulawesi Selatan)," katanya.
Ajun Komisaris Besar Rais Adam menyatakan, hingga Senin pagi ini pihaknya
dibantu jemaat setempat masih menjaga lokasi Gereja Anugerah Masomba di Jalan
Tanjung Manimbaya yang diberondong peluru dan GKST Immanuel di Jalan Masjid
Raya yang dilempar bom pada Minggu (12/12) malam.
Apakah aksi penembakan di Gereja Anugerah Masomba terkait dengan peledakan
bom di GKST Immanuel, Ajun Komisaris Besar Rais Adam belum berani
menyimpulkan hal tersebut. Namun, diakuinya ada kemiripan modus operandi yang
dilakukan pelaku dalam kasus di Gereja Anugerah Masomba dan GKST Immanuel
yakni para pelaku mengendarai sepeda motor."Kami masih mendalami kasus ini.
Apakah pelakunya sama atau terkait, ya kita tunggu saja hasil penyelidikan tim
khusus yang telah dibentuk Polda Sulteng," jelasnya.
Dia menambahkan, pihak Polda Sulteng sejak Idul Fitri lalu hingga menjelang Natal
dan Tahun Baru telah menyiapkan sedikitnya 500 hingga 600 personel untuk
mengamankan kota Palu dari aksi penembakan liar serta peledakan bom. Namun
memang untuk kejadian pada Minggu (12/12) malam pihak Polda Sulteng memang
kecolongan.
Bisa Dicegah
Sementara itu, sumber-sumber SH di Palu menyebutkan, munculnya kasus
penembakan serta peledakan bom Minggu (12/12) malam sebenarnya bisa dicegah
seandainya pihak Polresta Palu termasuk juga Polda Sulteng menyiagakan
personelnya di 40 gereja yang berada di Kota Palu termasuk di Gereja Anugerah
Masomba dan GKST Immanuel. Apalagi personel kepolisian di daerah tersebut sejak
aksi peledakan bom di sebuah angkutan kota (angkot) pada 13 November 2004 lalu di
Poso, telah ditambah dari Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Khusus untuk di
kota Palu saja tercatat sedikitnya 600 personel kepolisian setempat.
"Seandainya satu gereja dijaga dua anggota personel Polri saja. Jumlah gereja di
Palu sekitar 40 gereja maka hanya dibutuhkan sekitar 80 petugas kepolisian. Terus
terang saja sejak awal Desember 2004 ini sama sekali tidak ada pengamanan di 40
gereja tersebut. Yang ada hanya pengamanan yang dilakukan pihak gereja dengan
memperkerjakan satuan pengamanan atau satpam," kata sumber SH itu.
Menurut catatan SH, untuk mengamankan Kota Poso apalagi menjelang Natal dan
Tahun Baru, Mabes Polri pada 17 November 2004 lalu menambah pasukan 1 Satuan
Setingkat Kompi (SSK) ditambah sejumlah aparat Reskrim dan Intelpam Mabes Polri
serta 30 petugas khusus dari Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Penambahan
pasukan itu merupakan perintah langsung Kapolri Jenderal Da’i Bachtiar. Bahkan,
untuk beberapa waktu Kabareskrim Mabes Polri Komjen Suyitno Landung juga
berada di Poso. (SH,18/11).
Harus Komprehensif
Menanggapi kejadian itu, Koordinator Kaukus Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
daerah Konflik dan Pasca Konflik, Ichsan Loulembah mengatakan, persoalan di Palu
dan Poso, Provinsi Sulawesi Tengah tidak boleh hanya ditangani oleh petugas
keamanan lokal semata tapi harus ditangani secara komprehensif sehingga konflik
yang terjadi di daerah itu dapat dielesaikan secara tuntas.
"Harus ada upaya serius dari pemerintah pusat untuk menangani konflik di Palu dan
Poso sehingga dapat memberikan rasa aman kepada warga terhadap aksi kekerasan
dan teror yang sering terjadi di daerah itu," kata Ichsan Loulembah yang juga anggota
DPD dari Sulawesi Tengah ketika dihubungi SH, Senin (13/12) pagi ini.
Ia mengkhawatirkan adanya perasaan imun di tengah masyarakat dan petugas
keamanan akibat seringnya tindak kekerasan yang terjadi di kedua daerah Sulawesi
Tengah itu. Jika ini terjadi maka kekerasan dianggap suatu yang biasa sehingga
kekerasan tak akan pernah berhenti. "Ini bahaya sekali," tambahnya.
Kronologis
Jemaat Gereja Anugerah Masomba di Jalan Tanjung Manimbaya pada Minggu (12/12)
malam sekitar pukul 19.05 Wita diberondong tembakan oleh orang tidak dikenal,
mengakibatkan dua jemaatnya yakni Rada Krisna (38) dan Nofri (18) cedera terkena
peluru. Rada Krisna terkena serempetan peluru di lengan kiri atas. Sedangkan Nofri
terserempet peluru di kepala bagian belakang. Hingga Senin pagi ini keduanya masih
dirawat di Rumah Sakit (RS) Undata. Selain itu ada juga jemaat yang dirawat akibat
shock atas kejadian tersebut di antaranya Arni dan Vina, jemaat GKST Immanuel
serta Estevin jemaat Gereja Anugerah Masomba.
Berselang beberapa menit kemudian atau sekitar pukul 19.20 Wita, GKST Immanuel
di Jalan Masjid Raya dibom juga oleh orang tidak dikenal, mengakibatkan Binti Jaya
(61) pensiunan TNI Angkatan Darat (AD) yang juga satuan pengamanan (Satpam)
gereja tersebut terkena serpihan bom di bagian kakinya. Sampai Senin pagi ini
korban masih berada di Ruang ICU Rumah Sakit (RS) Bala Keselamatan.
Aksi penembakan dan peledakan bom berlangsung ketika kedua gereja tersebut
tengah berlangsung kebaktian malam yang dihadiri ratusan anggota jemaat. Di Gereja
Immanuel diperkirakan dihadiri 500 jemaat. Sedangkan di Gereja Anugerah Masomba
hanya puluhan jemaat. Saat kejadian kebaktian di GKST Immanuel sedang dipimpin
oleh Pendeta Erna Lagerence.
Menurut catatan SH, dalam November 2004 ini setidaknya terjadi empat kasus di
Kota Poso, Sulteng. Pertama, kasus penculikan dan pembunuhan terhadap
Carminalis Endele (49), Kepala Desa Pinedada, Kecamatan Poso Pesisir Utara.
Kedua, penembakan sopir angkot, ketiga peledakan bom di atas angkot nomor polisi
DN-1599-E pada Sabtu (13/11) pagi sekitar pukul 09.15 Wita yang menewaskan
enam penumpangnya dan sejumlah lainnya luka-luka serius. Keempat, ledakan bom
rakitan di Kelurahan Labuhan, Kecamatan Poso Kota pada Rabu (17/11) sekitar pukul
00.15 Wita. (nor/wip)
Copyright © Sinar Harapan 2003
|