SINAR HARAPAN, Sabtu, 11 Februari 2006
Hampir Semua Pengungsi di Maluku Utara Kembali ke Desa
Jakarta - Sebanyak 1.000 keluarga atau 5.000 jiwa atau sekitar 95 persen pengungsi
di Maluku Utara saat ini telah kembali ke daerahnya masing-masing. Mereka
sebelumnya tersebar di beberapa wilayah akibat konflik horizontal yang bernuansa
SARA (suku agama dan ras) pada tahun 1999–2000.
Gubernur Maluku Utara Thaib Armaiyn kepada wartawan di Jakarta, Jumat (10/2)
malam, mengungkapkan hal itu. Menurutnya, akibat konflik horizontal tersebut,
sebagian besar dana yang diberikan oleh pusat kepada daerah habis untuk
menangani masalah pengungsi.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Maluku Utara sendiri hanya
sekitar Rp 402 miliar yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp 371
miliar dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rp 32 miliar. Akibatnya, angka
pengangguran mencapai 11 persen.
Dia menambahkan untuk membuat Maluku Utara berkembang saat ini dibutuhkan
perbaikan infrastruktur. Langkah ini diperlukan untuk membuka investasi asing,
mengingat Maluku Utara kaya dengan sumber daya alam, yakni emas dan nikel.
Dari data yang ada saat ini masih ada delapan daerah tingkat dua di Maluku Utara
yang masih terisolasi. "Ada pelabuhan di setiap kabupaten itu, tapi tidak ada
kapalnya. Ada badar udara, tapi juga tidak ada pesawat," ujarnya.
Sejauh ini, kebijakan terkait dengan investasi masih berada di tangan pusat.
Kebijakan-kebijakan yang diambil daerah melalui peraturan daerah (perda) juga
banyak yang dibatalkan karena dinilai tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah.
"Makanya untuk memajukan di sana, kita minta pemerintah pusat, kecuali kita punya
kewenangan untuk mengelola sumber daya alam," tambahnya
Menurut Gubernur Thaib, konflik di Maluku Utara saat ini bisa dikatakan hilang. Hal ini
terbukti dari sudah bersatunya masyarakat yang terlibat konflik. "Saat ini, kita sedang
menata ketertinggalan, tapi butuh dana yang cukup besar," sambil menambahkan
niatnya untuk membuat daerah Morotai, Halmahera Utara, menjadi kawasan otorita di
Indonesia Timur. (tutut herlina)
Copyright © Sinar Harapan 2003
|