Puisi MARSLI N.O

SIA-SIA (DOA SEJARAH)

Terasa bagaikan bersendirian di tengah peta yang kumal
kaki kecilmu terkial-kial tidak pasti akan ke mana melangkah
dan hatimu yang sudah berjuta kali meratap
cuba kau bujuk serta hiburkan dengan doa

masihkah kau mencari negeri
ketika segala huruf yang pernah kau baca dan hafal
telah berubah menjadi titik yang teramat hitam
dan di tanah-tanah sunyi bernama perkuburan
ribuan jasad menyimpan raungnya di lindap tanah
kerana suaranya telah berubah menjadi ruang yang teramat kosong,
aduhai anak 

begitu kau dengar desah angin yang selalu bersiutan
di sela amarah dan desing peluru sekejap bergumam dan serentak
kau kembali mencium bau darah
yang menyebar ke seluruh liang dan rongga udara
hingga tubuhmu yang kerdil dan kecil tersengguk-sengguk menahan gementar oleh ngeri yang tak dapat kaugambarkan
dengan kata atau sebarang warna

hatimu yang sudah berjuta kali meratap
cuba kau bujuk dan hiburkan dengan doa
walau kau tahu segalanya tidak lain adalah serakan panjang penantian
sementara engkau kembali terlelap dan dipermainkan oleh mimpi
mimpikan sebuah tanah bernama negeri dan  tatkala terjaga
kembali engkau mendengar herdik, kutuk dan hinaan baru
sedangkan kau tak mampu mengembara jauh untuk melepaskan sengsara
yang menjadi bejana dipenuhi igau
betapa segala haus, lapar dan penganiayaan
tetap tak jauh lepas dari ruang hidupmu

lalu diam-diam matamu yang sudah bosan  menangis dan terlalu berdukacita
semakin tak keruan  terperanggah entah ke mana kiblatnya
tatkala melihat terlalu banyak sudah darah yang tumpah
dan menggenangi jasad serta rongga tanah
hingga kau semakin menjadi tidak mengerti entah untuk apa
mereka berbicara tentang perdamaian
dan ribuan kebohongan tidak lain hanyalah
menjadi saksi sebuah sejarah
sejarah yang tak sepenuhnya kau mengerti dan entah untuk apa
terlalu banyak merakamkan peristiwa ngeri dan luka
sehingga huruf dan aksara yang memberat turut terseok-seok berdukacita

dan hatimu yang sudah berjuta kali meratap
cuba kau bujuk dan hiburkan dengan doa
meski hanya
sia-sia.

MARSLI N.O
kuantan, 2 November 2000





KEMBALI