HOME

Kembali ke Kelas Bayi

Arsip: Milis Diskusi e-BinaGuru <subscribe-i-kan-binaguru@xc.org>, Maret  2003

Oleh: Meilania <meilania@telkom.net>

 

TANGGAPAN: membicarakan ide materi dan susunan acara Kelas Bayi

Dari Meilania

Dear Riani,

Terima kasih untuk tanggapan Anda.

Sore ini saya baca-baca lagi buku "Perkembangan Anak" karangan Elizabeth B. Hurlock (memenuhi janji saya pada Anda untuk mem-posting beberapa materi ttg tumbuh kembang bayi / anak).

Ada hal menarik yg saya dapatkan, yaitu tentang "Perkembangan Pengertian". Berikut saya kutipkan sebagian:

Hal. 45 (kotak 13-2)

Hal-hal yang penting dalam Perkembangan Konsep

- Kemampuan untuk melihat adanya hubungan

  Untuk mampu menangkap arti, anak itu harus mampu melihat hubungan antara

  pengalaman baru dan lama. Kemampuan ini bahkan mulai berkembang sebelum

  bayi berusia satu tahun dan selanjutnya berkembang dengan cepat. Pada tiap

  usia, melihat hubungan secara tetap lebih mudah bila materi baru mempunyai

  persamaan dengan pengalaman masa lampau.

--------------------------------------------------------------------

Intinya, bila kita ingin mengajarkan sesuatu pada bayi, usahakan untuk "masuk" dengan apa yg sudah mereka KENAL baru kemudian kita ajarkan / kenalkan mereka dg hal baru. Bila kita langsung mengajarkan sesuatu yg BARU sama sekali, dhi. yg  tidak ada sangkutpautnya dengan hidup mereka sehari-hari, tentulah mereka akan sulit memahaminya.

Saya sependapat dg Anda, bahwa saat kita menyampaikan Firman Tuhan pada bayi, kita melakukannya dg IMAN. Ada 1 bagian di Alkitab yg menyatakan bahwa "Firman Tuhan tidak akan kembali dg sia-sia", bukan? Meski demikian, bukan berarti kita tidak perlu MEMILIH bagian alkitab yg mana yg sebaiknya kita sampaikan / perkenalkan pada anak / bayi.
 

> nah, di sini justru kita mengajar orangtua, untuk bercerita pada anak, > bukan kita (GSM) yang bercerita pada anak. untuk itu, materi bercerita > untk bayi, perlu ada kalimat atau kata kunci yang akan

> diekspresikan/didikte oleh orangtua pada anak.

Benar. Saya lebih setuju bila cerita Alkitab diberikan oleh para orang tua melalui aktivitas sehari-hari bersama bayi. Misal: sebelum tidur malam, di pagi / sore hari, dsb sehingga timbul kebiasaan dalam diri anak untuk "membaca Alkitab". Idealnya dg menggunakan Buku Alkitab Bergambar untuk bayi / anak batita (gambarnya sederhana, warna cerah, kalimat paling cuma 1-2 saja tiap halamannya)
 

> dan tidak seperti kelas lainnya, orangtua (atau suster) yang membawa > anak ke kelas bayi di bawah 1 tahun ini, punya PR untuk menceritakan

> yang sama selama 1 minggu pada anak 

> saya sih beriman, anak2 akan senang dan ingat cerita itu.

Cerita yg diulang-ulang pastilah membekas dalam ingatan anak. Anak saya yg pertama pun sudah saya ajak "membaca Alkitab" sedini 3 bulan :-) Setelah melewati usianya yg pertama (saat mulai pinter ngomong), barulah saya sadar, bahwa dia sudah "hapal" cerita yg ada di alkitabnya. TAPI, kemudian saya juga sadar, bahwa pengetahuan dia HANYA sebatas TAHU cerita, TANPA mengerti maknanya apalagi bila dikaitkan dg kehidupannya pribadi. Memang sebegini-lah level pemahaman anak batita.

Contoh: Kisah Zakheus naik pohon ara untuk melihat Tuhan Yesus.

Anak batita mengerti bahwa ada orang namanya Zakheus, naik pohon, disuruh turun oleh Tuhan Yesus, kemudian Tuhan Yesus "main" ke rumah Zakheus. Selesai.

Bahwa Zakheus adl seorang pemungut cukai (pengkhianat bangsanya sendiri dg memihak penjajah, berlaku tidak jujur dan menindas orang lain) anak tidak memahaminya. Bahwa dg  "main" ke rumah Zakheus, Tuhan Yesus "dirasani" orang-orang sebangsanya, anak juga tidak paham. Bahwa inti cerita di atas adl. keselamatan diberikan pada orang berdosa (bahkan pada orang se-"buruk" Zakheus), anak juga tidak mengerti.

Saya kutipkan lanjutan Kotak 13-2 di atas:

- Kemampuan untuk menguasai arti yang tersirat

  Anak-anak menangkap hal-hal berdasarkan apa yang terlihat dan tidak

  menangkap arti yang tidak terlihat. Bila artinya halus atau kiasan, anak yang lebih

  besar pun biasanya tidak menangkapnya. Anak itu menginterpretasikan pepatah

  "Anda tidak dapat mengajarkan seekor anjing tua ketrampilan baru" secara

  harafiah, sesuai dengan arti tiap kata.

-------------------------------------------------------

Ini baru kisah Zakheus yg sederhana dan merupakan kisah nyata. Sudah tentu cerita-cerita perumpamaan (penabur benih, talenta, orang pandai dan bodoh membangun rumah, dsb) DAN arti-arti simbolik (penjala ikan menjadi penjala manusia, garam dan terang dunia) KURANG  BERMAKNA bila disampaikan pada anak batita.

Saya sependapat dg rekan Riani, anak-anak tentu SENANG dan INGAT, meski tidak memahami dg baik arti sesungguhnya yg dimaksud oleh cerita Alkitab tsb.

Sehingga timbul 2 pemikiran dalam diri saya:

[1] Pikirkan baik-baik, materi Firman Tuhan apa yg cocok untuk bayi dan anak

     batita, serta tentukan cara yg tepat untuk menyampaikannya.

Kalaupun dg segala keterbatasan yg ada dalam diri kita, kita merasa kesulitan ....

[2] Ceritakan saja ... paham atau tidak paham, toh benih Firman yg tertanam suatu

     saat kelak pasti akan "memberikan buah"nya. Yg sanggup membukakan

mata

     rohani anak adl. Tuhan sendiri.

Bagaimana menurut rekan-rekan?

Moderator (meilania).

 

Baca TANGGAPAN:

Dari Riani Josephine - Saya setuju kita pikirkan bersama. saya menunggu postingnya....

Dari Meilania -Dear Riani, Terima kasih untuk tanggapan Anda. Sore ini saya baca-baca lagi buku "Perkembangan Anak"

Dari Meilania -Lewerissa wrote: > Bagaimana kalo diantara kita bisa meposting lirik lagu lagu sekolah

Dari Safrina -SAya juga sedang mencari bahan yang practical ke kelas bayi-batita,