HOME

Kembali ke Kelas Bayi

Arsip: Milis Diskusi e-BinaGuru <subscribe-i-kan-binaguru@xc.org>, Juli 2003

Oleh: Meilania <meilania@telkom.net>

 

Topik: Hukuman bagi Anak 2 Tahun?

Deskripsi: pro dan kontra jenis hukuman “pukulan” pada anak

 

Dari: Fiertra Cahya

Usul,

Sebelum kita menghukum, coba di-pertimbangkan/ dibedakan, mana karena

"kelalaian" sang anak (menolak didikan), atau mana yang karena

"ke-kanak-kanakan-nya" (bawaan-nya seorang anak kecil yah pgitu itu).

 

Misal-nya, kalau dia menjatuhkan makakan sewaktu dia masih/ baru belajar

berjalan, tentu saja itu masuk kategori "Childy" (memang bawaan-nya

seorang anak2 yang masih bertumbuh/ belum siap). Tetapi, jika sewaktu

sudah bisa mengendalikan diri, dan saat si anak marah2 karena

makanan-nya kurang enak (atau jumlah-nya kurang dari yang diharapkannya,

alias serakah) lalu  di-buang dengan sengaja, nach baru deh "tongkat

didikan"-nya jalan.

 

Sebaik-nya pukulan di "pantat", tidak di daerah lain/ tungkai, karena

pukulan di pantat cederung tidak melukai karena ada lapisan "tebal"

(lemak) yang sedikit meredam. Tetapi rasa sakit-nya, tentu saja tetap

akan terasa...

 

Kadang2 alat disiplin tersebut bisa menimbulkan trauma pada si anak

kelak, setiap kali mereka melihat benda tsb. Karena itu, tidak

disarankan menggunakan tangan, suatu saat mereka akan "menolak"/ enggan

kita peluk atau kita belai karena mereka trauma dengan tangan kita (dulu

pernah kena pukul, sekarang membelai...).

 

Betul, banyak-nya pukulan dan kekerasan-nya harus di-perhatikan.

Target-nya pukulan dari tongkat didikan adalah membuat "kebodohan lari

dari si anak" (bertobat), jadi harus di-bedakan antara anak yang satu

dengan anak yang lain. Tuhan kan menciptakan setiap orang UNIK, jadi

mungkin ada anak yang di-pukul ringan saja sudah bertobat, ada yang

harus cukup keras (sebaik-nya di-coba dulu ke diri si pemukul, batas

mana yang cukup) baru bertobat, ada juga yang baru liat ortu pegang

tongkat didikan sudah bertobat, nangis ter-pipis2...

 

Saat sang anak melanggar, sebaik-nya secepat2nya dilakukan "langkah

bijaksana" (disiplin,red), jangan ditunda terlalu lama, dilakukan di

tempat yang "tersembunyi" (tidak di-lihat orang lain, bahkan kakak/

adik-nya sendiri), karena tongkat disiplin bukan u/ "mempermalukan" sang

anak, tetapi menegur karena kasih. Segera lakukan, jangan sampai kita

sudah terlanjur emosi, sehingga keras-nya pukulan bisa saja tidak lagi

terkontrol, nanti malah melukai sang anak.

 

Setelah dilakukan pen-disiplin-an, ada baik-nya dilakukan penjelasan

kenapa sang anak harus di-pukul (kesalahan-nya, tujuan tongkat didikan

u/ mengingatkan, tanda kasih kita), lalu peluk sang anak supaya mereka

merasa tetap di-kasih-i.

 

Jika si anak menangis, arahkan menangis yang "terkontrol" (diam/

berbisik2) tidak keras2 menjerit/ teriak2 mencari perhatian. Ortu jgn.

ter-intimidasi dengan tangisan tersebut, pandang mata anak tersebut

dengan tenang/ tanpa gugup, temani dia dan jangan biarkan mereka keluar

sebelum tenang/ diam kembali, katakan "kontrol diri kamu, tenang..!

Setelah kamu tenang baru kita keluar dari sini...!").

 

Ingat, tidak perlu sama sekali kata2 "penghinaan", apalagi kata2 kutukan

(mis, dasar anak bego, gak tau di-untung, gak bisa di-ajar, dst...).

Ingat, apa yang kita "tanam" (melalui kata2 berkat/ kutuk) akan tumbuh

menghasilkan "tuaian" (prilaku/ kejadian) suatu hari nanti...!!!

 

Inti-nya, keep cool & fully under-control...!!

 

Salam,

FRC'03

=======

 

PS: ada semacam tongkat didikan, yang terbuat dari seuntas rotan kecil

(diameter 3-5mm) se-ukuran batang "kemonceng", cukup lentur, tetapi juga

cukup "perih" (tanpa meninggalkan bekas), bisa di-cari/ dipesan di

beberapa gereja.

 

Baca TANGGAPAN:

Dari Fiertra Cahya -Usul,  Sebelum kita menghukum, coba di-pertimbangkan/ dibedakan,

Dari Ardianto - Dengan Hormat, Ibu Anna, sewaktu kecil saya termasuk anak yang sangat nakal

Dari Yusub Tri H. - Yth, Rekan-rekan, Saya bagikan pengalaman saya waktu kecil.

Dari Inda - Diskusi ini sungguh menarik sekali, dari beberapa pengalaman rekan-rekan

Dari Anna S. Setiyowati - rekan Inda , dan semua .. bersyukur yg sharing disini mengalami " pengalaman kecil  -

Dari Erlyta Stefani - Dear Ibu Anna, Wah... saya setuju sekali bu' tentang pendapat ibu,

Dari Meilania - Erlyta wrote: > Kalo menurut saya kalo anak nakal ,

Dari Fiertra Cahya - Sekedar masukkan, Tindakan disiplin kepada anak (yang dilakukan ortu-nya),

Dari Ardianto - Tentang disiplin saya pikir sampai seorg anak belum dewasa dan masih tinggal

Dari Meilania - Ardianto wrote: > Tentang disiplin saya pikir sampai seorg anak belum dewasa