JUGYOU KENKYUU
Professor Masami Matoba , seorang pakar yg mendalami classroom management di Nagoya University mengajak saya untuk mengunjungi salah satu sekolah di daerah Aichi Ken, sebuah sekolah yg menjadi tempat pelaksanaan program jugyou kenkyuu, awal Juni 2005.

Fukushima chuugakkou yg kami datangi adalah sebuah  sekolah tua, didirikan 100 th yg lalu di daerah tokai city.  Melihat apa yg ada di dalam sekolah, jejeran piala yg menyambut tamu di bagian depan sekolah, membuktikan bahwa sekolah ini layak dijadikan sbg tempat belajar bagi para educator, principal, pegawai diknas, mahasiswa, dll.


Program yg ingin kami amati adalah 'jugyou kenkyuu' suatu program baru untuk memberikan appraisal kpd guru.  Ada 2 kelas yg diamati, yaitu kelas science dan social study. Kelas science berlangsung di laboratorium, dengan materi fisika.  Ketika guru fisika mulai mengajar, guru2 yg lain berdiri di dalam kelas mengamati jalannya pembelajaran, mencatat pada point-point tertentu. Seorang guru merekam proses pengajaran dg video kamera. Kepala sekolah dan beberapa aparat dari educational board tokai city, juga staf monbukagakusho duduk di belakang ikut mengamati.  Kejadian yg sama berlangsung di kelas social study.

Setelah sekolah  berakhir, semua murid pulang, para guru berkumpul untuk membahas hasil observasi mereka. Pembahasan dilakukan dalam dua kelompok, science dan social.







Saya mengamati kelas science.  Dinding depan ruang pertemuan ditempeli dg  kertas putih besar berisi point-point pengamatan, di antaranya : efektivitas waktu, kecepatan guru berbicara, respon siswa (ada yg mengantuk atau justru menyimak dg serius)  respon guru thd pertanyaan siswa, praktek, alur pembelajaran, content yg disampaikan guru, dll.Satu persatu guru pengamat maju ke depan menyampaikan kritik dan penilaiannya. Wakil kepala sekolah, aparat pemerintah juga hadir, demikian pula guru fisika tp tdk boleh memberikan komentar apa2 dulu.  Setelah itu dibentuk kelompok diskusi yg lebih kecil, 3 kelompok untuk membahas lebih detil. Guru fisika berkeliling untuk mencatat content diskusi dan sesekali dimintai komentar ttg materi yg dia ajarkan.  Selanjutnya hasil diskusi setiap kelompok kembali didiskusikan dalam kelompok besar.

Acara terakhir berupa forum pertemuan besar yg dihadiri semua guru, principal, aparat pemerintah, dosen dan mahasiwa pengamat untuk menyampaikan kesan ttg program ini. Saya sangat tersnjung karena principal memberikan tempat duduk khusus di samping beliau. Rasanya seperti tamu kehormatan.

Kunjungan ini sangat bermakna bagi saya pribadi. Saya tdk tahu apakah ini sudah berjalan di Indonesia atau belum tp saya pikir perlu kita cobakan untuk meningkatkan profesionalisme guru di Inodnesia.....

Nagoya, Juli 2005

home back