Kirim Komentar
 

Materi Kuliah
Penyuntingan
Jurusan Bahasa Indonesia FBS UNJ

 

 

ADS:

 

 

 



 

Google

 

 Tulislah ringkasan buku dan dapatkan uang

 

Judul: Tapol
Penulis: Ngarto Februana
Penerbit: Media Pressindo Yogyakarta
Cetakan: I, September 2002
Tebal: Viii + 175 halaman.

 

 

 

SKRIPSI TENTANG NOVEL TAPOL

Ringkasan Skripsi

KAJIAN POLITIK KEKUASAAN PADA NOVEL TAPOL KARYA NGARTO FEBRUANA


By: Yuyud Eka Asmawan
Fakultas Sastra/ Sastra Indonesia

Created: 2007-10-29 , with 1 file(s).


Setelah dilakukan kajian politik kekuasaan novel Tapol karya Ngarto Februana dapat disimpulkan sebagai berikut. Analisis stuktural meliputi judul, tema, penokohan dan perwatakan, konflik, serta latar. Kajian politik kekuasaan meliputi sosok penguasa dalam politik, negara kekuasaan dan negara kerakyatan, merebut kekuasaan, mempertahankan kekuasaan, menghindari dari hilangnya kekuasaan.

Judul novel Tapol karya Ngarto Februana menunjukkan obyek cerita. Judul Tapol mencerminkan isi cerita yaitu mengenai kehidupan tahanan politik. Tema dalam novel Tapol mencakup tema mayor dan tema minor. Tema mayor novel Tapol yaitu kehidupan mantan tahanan politik dan anak istrinya pada masa Orde Baru sangat menyedikan. Tema minor novel Tapol ada empat yaitu: 1) kesewenang-wenangan penguasa menyebapkan penderitaan rakyat; 2) seorang isteri yang setia kepada suaminya menimbulkan rasa bangga keluarganya; 3) perbedaan ideologi tidak mempengaruhi pershabatan; 4) ajaran komunis tidak cocok untuk negara Indonesia. Tema minor tersebut mendukung keberadaan tema mayor, sehingga menjadi suatu kesatuaan yang tematis.

Tokoh dalam novel Tapol sebanyak 36 tokoh. Tokoh utama novel Tapol adalah Kardjono. Ia mengalami perubahan watak dalam cerita ini. Tokoh bawahan dalam novel ini sebanyak 35 tokoh. Empat tokoh bawahan berwatak bulat dan sembilan tokoh bawahan berwatak datar. Sebanyak 22 tokoh bawahan tidak dapat diketahui perwatakannya karena tidak ada data yang menunjukkan perwatakan tokoh bawahan tersebut. Adanya bermacam-macam watak dalam cerita tersebut menimbulkan ketegangan cerita, sehingga novel menjadi menarik untuk dibaca.

Konflik dalam novel Tapol karya Ngarto Februana ada dua macam, yaitu konflik fisik dan konflik batin. Konflik fisik terbagi menjadi tiga yaitu konflik manusia dengan manusia, konflik manusia dengan masyarakat, konflik manusia dengan alam. Konflik batin dalam novel ini terbagi menjai dua yaitu konflik ide yang satu dengan ide yang lain dan konflik seseorang dengan kata hatinya. Adanya konflik dalam novel Tapol membuat cerita lebih hidup.

Latar dalam novel Tapol ada tiga yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Adanya latar dalam novel Tapol menjadikan terasa lebih kongkrit, sehingga mudah dipahami. Unsur-unsur sruktural yang mencakup judul, tema, penokohan dan perwatakan, konflik, serta latar saling berkaitan dan terdapat keterjalinan yang membentuk kesatuan cerita secara utuh.
Ada empat sosok penguasa dalam novel Tapol, yaitu: sosok penguasa yang kuat, sosok penguasa yang pandai bertipu daya, sosok penguasa yang kejam, dan sosok penguasa yang baik. Sosok penguasa yang kuat, pandai bertipu daya, dan kejam dalam novel Tapol adalah Soeharto. Sosok penguasa yang baik dalam novel Tapol adalah Soekarno. Adanya sosok penguasa yang berbeda menjadikan cerita novel ini lebih hidup.

Dalam novel Tapol, bentuk negara yaitu negara rebublik. Negara Indonesia berbentuk rebublik karena dikepalai oleh presiden, ada demokrasi dalam suatu negara, ada DPR dalam suatu negara, ada Tentara nasional, ada banyak partai dalam negara, adanya Konstitusi yang dibuat rakyat, ada dinas-dinas pemerintah, ada jenderal dalam suatu negara, dan ada revolusi dalam suatu negara. Ada empat cara merebut kekuasaan. Cara tersebut yaitu: 1) mengandalkan kemampuan menggunakan senjata; 2) dengan jalan diskusi-diskusi; 3) dengan
jalan pemilu. Dalam pemilu terdapat beberapa langkah yaitu calon pengusa mencari dukungan dari rakyat dan mencari dulungan partai yang besar dalam suatu negara; 4) merebut kekuasaan yaitu dengan jalan licik dan kejam.

Dalam novel Tapol terdapat empat cara mmpertahankan kekuasaan. Cara tersebut yaitu: 1) memperkuat tentara untuk mempertahankan kekuasaannya. Penguasa mengetahui seluk beluk kemiliteran dan seni perang; 2) mengatasi musuh dalam negara dengan cara menumpas habis kekuasaan lama dan tidak pernah membiarkan bibit ancaman tumbuh dalam negara; 3) tidak mengubah UU yang sudah berlaku; 4) membangun benteng pertahanan disetiap daerah. Langkah ini diambil Soeharto dengan cara membangun Koramil di tingkat kecamatan, Kodim di tingkat kabupaten, Korem di tingkat propinsi.

Terdapat tiga cara menghindari hilangnya kekuasaan yaitu mengambil hati rakyat dengan cara peduli dengan rakyat, bersahabat dengan rakyat, dan menarik simpati rakyat. Cara kedua yaitu mengusahakan agar tidak dibenci oleh kelompok yang berpengaruh dalam negara tersebut. Cara ketiga yaitu dengan mencari menteri yang cakap dan seria pada negara.

Aspek politik kekuasaan sangat dominan dalam novel Tapol, sehingga novel tersebut sangat menarik perhatian para peneliti politik di dalam karya sastra. Hal ini dapat menimbulkan daya tarik bagi masyarakat pembaca karena berwawasan politik, terutama mengenai kekuasaan. Politik kekuasaan sangat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah pengetahuan.
 

Source: Gray literature from GDLHUB / 2007-10-29 08:53:30

For more information, contact:

DL Name: Universitas Jember. PublisherID:GDLHUB. Organization: IndonesiaDLN. Contact:
digilib. Address: Jl. Kalimantan 37. City: Jember. Region: East Java. Country: Indonesia. Phone: 0331-330561. Fax: 62-22-2500089. Admin Email: kmrg@kmrg.itb.ac.id. CKO Email:
kmrg@kmrg.itb.ac.id

 

Rubrik Resensi di Kedaulatan Rakyat, Minggu, 10-11-2002

Mengungkap Kaum yang Terpinggirkan Itu

BAGI masyarakat yang kini berusia di atas 30 tahun, pasti bisa membayangkan betapa ‘cap terlibat G30S/PKI’ bagaikan hantu bergentayangan yang sangat menakutkan di zaman Orde Baru. Labelling ‘PKI’ pernah menjadikan berjuta rakyat Indonesia hidup dalam kenistaan dan kesengsaraan sebagai warga negara. Kepada mereka diberlakukan istilah politis bersih lingkungan yang sangat menghambat aktivitas dan ruang gerak.

Keluarga yang memiliki anggota terlibat apalagi tokoh G30S/PKI, akan mendapat cemoohan masyarakat dan terpinggirkan dari kegiatan itu. Demikian pula anak-anak yang ketika peristiwa itu terjadi masih balita atau bahkan masih di kandungan — harus ikut menanggung ‘kesalahan’ orangtuanya.

Oleh karena itu, tokoh Lastri dalam novel ini memilih mengatakan kepada dua anaknya: Mirah (tahun 1965 ketika peristiwa terjadi baru berusia 4 tahun) dan Hernowo (ketika bapaknya diculik melalui Operasi Kalong, masih dalam kandungan) — bahwa bapaknya sudah meninggal. Bahkan mengganti nama dari Kardjono menjadi Supardi.

Kesengsaraan demi kesengsaraan dilukiskan melalui Lastri sebagai istri seorang komandan Angkatan Udara yang menjadi tahanan politik (tapol). Kemudian meluas pada penderitaan dan tekanan batin dua anaknya. Mirah (anak perempuannya) tumbuh menjadi gadis yang penuh gejolak, aktivis LSM yang mengkritisi kebijakan pemerintah.

Dalam jalinan kisah inilah pengarang mengolah data yang didasari fakta sejarah yang dirangkai seperti potret tragedi manusia dalam peristiwa bersejarah di Indonesia G30S/PKI 1965. Berkat penggalian data sejarah melalui pelbagai literatur, buku ini (mungkin) juga dimaksudkan sebagai pelurusan sejarah yang selama ini diduga telah diputarbalikkan — seperti yang dikemas dalam buku pelajaran sejarah untuk konsumsi sekolah formal. Untuk referensi penulis memang membaca buku sejenis Menyingkap Kabut Halim 1965,landreform dan Gerakan Protes Petani Klaten 1959-1965, Pledoi Oemar Dani, juga buku-buku karangan Dr H Soebandrio, AH Nasution, dll. Bahkan, menggunakan keterangan Wakil Sekjen Gerwani, Sulami.

Karena itulah, setting cerita dengan lokasi Jakarta, Yogya, Klaten, Madiun bisa dijalin dengan gamblang. Sehingga sebagai novel, karya Ngarto Februana ini enak dibaca. Dengan tebal 175 halaman, membuat orang tidak awang-awangen untuk membaca. Dari bahasa yang cukup ngepop mengalirlah menjadi kalimat rancak. Penulis terasa sangat menghayati substansi novel. Hal itu bisa dilihat dari nuansa emosi yang ‘dilekatkan’ pada tokoh-tokoh.

Bagi pembaca yang belum cukup dewasa (mungkin level SLP/SMU), apa yang ditulis dalam novel ini bisa jadi akan ditelan mentah. Pada halaman 85-90, misalnya, yakni bab VI dengan judul Menganut Komunisme — memuat (seolah) kutipan dari suasana diskusi metodologi marxisme, ideologi kiri, leninisme, komunisme, dan sejenisnya. Nah, bagi pembaca dewasa pun bab ini cukup provokatif. Sehingga apa jadinya bila dibaca oleh kalangan teenager — level SLP/SMU, misalnya. Agar tidak tertelan mentah-mentah, agaknya pembaca muda ini perlu pendampingan. Ini mengingat bukankah seumur kalangan teenager selama ini ‘menelan’ buku-buku sejarah produk Orba yang merupakan kontroversi dari novel ini? Hal itu perlu dipahami bersama agar novel ini tetap menjadi referensi atas perubahan sejarah, namun bukan menebarkan benih pergolakan baru.

Novel ini memang happy ending bagaikan kisah kumpuling balung pisah. Meski dalam ‘pertemuan keluarga’ yang dilukiskan sangat haru dan bahagia itu, penulis nampak memaksakan logika. Mungkin seperti dalam sinetron atau telenovela itulah. Sebab, sang tapol (Kardjono alias Djon) yang kemudian jadi pemulung, jatuh sakit dan dirawat oleh Mirah (kebetulan anaknya), lalu dibawa pulang dan ketemu Lastri (istrinya)...

Namun, novel yang pernah dipresentasikan dalam program Penulisan Novel Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) 2001 ini memang diperhitungkan menjadi salah satu dari sekian banyak novel serupa yang agaknya tengah menjadi trend tersendiri di zaman reformasi ini.(Esti Susilarti)-o

Judul : Tapol

Penulis : Ngarto Februana

Penerbit : Media Pressindo Yogyakarta

Cetakan : I, September 2002

Tebal : Viii + 175 halaman.

 

CATATAN BUDAYA:
"BAPAK TELAH TIADA" MENINGGALKAN "MASA KINI PENUH PENDERITAAN"

Kesan Membaca Novel "TAPOL" karya Ngarto Ferbruana

Tapol singkatan dari tahanan politik, sudah merupakan istilah baru yang menambah perbendaharaan kosakata bahasa Indonesia merujuk kepada orang-orang yang ditahan karena sebab-sebab berlatarkan sebab dan dugaan politik. [SELENGKAPNYA]

 

 

 

 
 


I puisi I cerpen I novel I skenario I skripsi I profil I time line I catatan harian I surat-surat I
proses kreatif 
I artikel I komentar & resensi] I berita I


 Copyright©2000 Ngarto Februana. All rights reserved.
Designed by Ngarto Februana